Dukun Keji dan Kurangnya Literasi Keuangan
Senin, 10 April 2023 - 14:22 WIB
Masyarakat kembali dikejutkan dengan ulah sadis Mbah Slamet Tohari. Dengan modus penggandaan uang, pembunuh berantai asal Banjarnegara Jawa Tengah ini mengelabui banyak korbannya. Sedikitnya sudah 12 orang tewas akibat kekejian Mbah Slamet.
Kasus serupa tidak hanya terjadi kali ini saja. Belum lupa ingatan kita terhadap kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Wowon CS. Bahkan kasusnya masih baru terungkap dan belum masuk ke persidangan.
Komplotan Wowon CS tersebut juga telah membunuh sedikitnya sembilan orang. Motif pembunuhan juga ada yang terkait dengan iming-iming penggandaan uang terhadap sejumlah tenaga kerja wanita (TKW). Sebelumnya lagi sudah banyak kasus pengganda uang terjadi di negara ini. Salah satunya yang cukup heboh adalah kasus Dimas Kanjeng alias Taat Pribadi. Sehingga modus kejahatan ini memang bukan hal yang baru.
Dari sejumlah peristiwa tersebut, kita disadarkan bahwa di sinilah para pemangku kepentingan termasuk pemerintah mesti turut bertanggung jawab dalam memberikan literasi soal keuangan kepada masyarakat. Publik harus sadar untuk tidak mudah percaya orang yang mengklaim mampu memberikan kekayaan mendadak melalui penggandaan uang.
Ada sejumlah faktor penyebab mengapa kejadian pembunuhan berantai bermodus penggandaan uang.Pertama, impitan ekonomi, terlilit utang, sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan kurangnya keterampilan dalam mencari nafkah membuat mereka mudah tergoda mencoba peruntungan ke dukun pengganda uang. Fenomena ini biasa terjadi di desa-desa yang menjadi kantong kemiskinan.
Kedua, kurangnya literasi terhadap bahaya penipuan berkedok penggandaan uang. Masyarakat ingin cepat kaya namun dengan cara mengambil jalan pintas. Mereka cenderung percaya hal-hal mistis yang dilakukan ‘orang pintar’. Literasi yang rendah membuat masyarakat gampang terbujuk mendatangi dukun atau sejenisnya yang mengaku bisa menggandakan uang.
Ketiga, kurangnya pengawasan dari masyarakat sekitar. Sangat disayangkan praktik sadis Mbah Slamet bisa sampai merenggut 12 nyawa tanpa diketahui warga sekitarnya. Ini berarti terjadi kurang guyubnya masyarakat di sana. Kepedulian masyarakat terhadap apa yang terjadi di sekitarnya sangat penting agar kasus seperti Mbah Slamet tidak sampai terjadi.
Terlepas dari berbagai penyebab di atas, tentu kita tidak bijak hanya menyalahkan korban semata. Pemerintah juga punya andil yang besar terkait maraknya fenomena masih maraknya dukun pengganda uang. Selain belum mampu menyejahterakan masyarakat secara merata, pemerintah juga kurang memberikan literasi yang cukup terhadap masyarakat terutama yang hidup di perdesaan.
Di era modern seperti saat ini memang terlihat konyol karena masih ada masyarakat yang bisa tergoda dengan rayuan gombal para dukun. Logikanya jika si dukun sendiri kalau memang bisa menggandakan uangnya, mereka pasti kaya raya.
Kasus serupa tidak hanya terjadi kali ini saja. Belum lupa ingatan kita terhadap kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Wowon CS. Bahkan kasusnya masih baru terungkap dan belum masuk ke persidangan.
Komplotan Wowon CS tersebut juga telah membunuh sedikitnya sembilan orang. Motif pembunuhan juga ada yang terkait dengan iming-iming penggandaan uang terhadap sejumlah tenaga kerja wanita (TKW). Sebelumnya lagi sudah banyak kasus pengganda uang terjadi di negara ini. Salah satunya yang cukup heboh adalah kasus Dimas Kanjeng alias Taat Pribadi. Sehingga modus kejahatan ini memang bukan hal yang baru.
Dari sejumlah peristiwa tersebut, kita disadarkan bahwa di sinilah para pemangku kepentingan termasuk pemerintah mesti turut bertanggung jawab dalam memberikan literasi soal keuangan kepada masyarakat. Publik harus sadar untuk tidak mudah percaya orang yang mengklaim mampu memberikan kekayaan mendadak melalui penggandaan uang.
Ada sejumlah faktor penyebab mengapa kejadian pembunuhan berantai bermodus penggandaan uang.Pertama, impitan ekonomi, terlilit utang, sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan kurangnya keterampilan dalam mencari nafkah membuat mereka mudah tergoda mencoba peruntungan ke dukun pengganda uang. Fenomena ini biasa terjadi di desa-desa yang menjadi kantong kemiskinan.
Kedua, kurangnya literasi terhadap bahaya penipuan berkedok penggandaan uang. Masyarakat ingin cepat kaya namun dengan cara mengambil jalan pintas. Mereka cenderung percaya hal-hal mistis yang dilakukan ‘orang pintar’. Literasi yang rendah membuat masyarakat gampang terbujuk mendatangi dukun atau sejenisnya yang mengaku bisa menggandakan uang.
Ketiga, kurangnya pengawasan dari masyarakat sekitar. Sangat disayangkan praktik sadis Mbah Slamet bisa sampai merenggut 12 nyawa tanpa diketahui warga sekitarnya. Ini berarti terjadi kurang guyubnya masyarakat di sana. Kepedulian masyarakat terhadap apa yang terjadi di sekitarnya sangat penting agar kasus seperti Mbah Slamet tidak sampai terjadi.
Terlepas dari berbagai penyebab di atas, tentu kita tidak bijak hanya menyalahkan korban semata. Pemerintah juga punya andil yang besar terkait maraknya fenomena masih maraknya dukun pengganda uang. Selain belum mampu menyejahterakan masyarakat secara merata, pemerintah juga kurang memberikan literasi yang cukup terhadap masyarakat terutama yang hidup di perdesaan.
Di era modern seperti saat ini memang terlihat konyol karena masih ada masyarakat yang bisa tergoda dengan rayuan gombal para dukun. Logikanya jika si dukun sendiri kalau memang bisa menggandakan uangnya, mereka pasti kaya raya.
tulis komentar anda