Plus Minus Duet Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilpres 2024
Selasa, 07 Maret 2023 - 06:15 WIB
Igor melanjutkan, sedangkan Anies saat ini dicitrakan sebagai antitesa Jokowi. “Dan berada di Koalisi Perubahan atau change yang punya makna bukan keberlanjutan dari Jokowi. Bisa dikatakan pemilih Anies umumnya mereka yang memang tidak suka terhadap pemerintahan Jokowi dan ingin perubahan,” ujar Igor.
Kedua, lanjut Igor, duet Anies-Sandi mungkin bagus untuk pilkada seperti di Jakarta, Depok, atau Banten. “Tetapi kurang realistis untuk pilpres yang berskala nasional,” imbuhnya.
Dia berpendapat, salah satu faktor yang membuat Anies-Sandi menang di Pilkada Jakarta 2017 karena solidnya pemilih Prabowo dan Gerindra saat itu. “Problemnya di 2024, Anies justru berpotensi menghadapi Prabowo yang dulu justru pendukung utamanya,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Sandi adalah kader Gerindra yang sudah menyatakan loyalitasnya di berbagai kesempatan untuk mendukung Prabowo sebagai capres 2024. “Oleh Karena itu, duet Prabowo-Sandi jilid II justru jauh lebih masuk akal ketimbang duet Anies-Sandi jilid II. Apalagi duet Anies-Sandi juga ternyata menyimpang jejak persoalan utang-piutang oleh Anies kepada Sandi, meskipun sudah case closed,” ungkapnya.
Ketiga, kata Igor, usulan duet Anies-Sandi layaknya seperti manuver politik yang dilakukan oleh PKS atau Koalisi Perubahan untuk menggembosi Prabowo yang notabene termasuk capres kuat di Pilpres 2024. Dia juga menilai duet Anies-Sandi jilid II untuk Pilpres 2024 belum tentu mendapat sentimen positif dari masyarakat.
“Alih-alih menjadi duet perubahan, malah bisa sebaliknya dikonotasikan atau dikampanyekan negatif sebagai duet brutus (pengkhianat) terhadap Menhan Prabowo Subianto. Mungkin buat Anies no problem, tapi Bang Sandi: that's the problem," pungkasnya.
Analis politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Power Ikhwan Arif berpendapat bahwa peluang duet Anis-Sandi masih terbuka karena sejauh ini posisi tawar Sandiaga Uno masih diperhitungkan untuk disandingkan dengan bakal capres dari koalisi mana pun.
Ikhwan mengatakan, dengan berkaca pada dinamika politik yang cair dalam menentukan bakal cawapres, kemungkinan besar Sandiaga Uno menjadi rebutan antarkoalisi. “Daya tawarnya bisa menciptakan tarik-menarik antarkoalisi semakin kuat. Hal ini terbukti ketika muncul wacana Sandiaga Uno disandingkan dengan Anies, Sandiaga Uno diusung oleh PPP dan PAN,” kata Ikhwan.
Dia juga mengakui duet Anies-Sandi memiliki kelemahannya. “Menurut saya lebih banyak plusnya karena sebelumnya Anies-Sandi pernah berjuang merebut kursi gubernur dan wakil gubernur DKI, jadi keduanya punya chemistry yang cukup kuat, lalu keduanya punya basis suara yang cukup kuat juga,” ungkapnya.
Dia mennuturkan, Anies dinilai sosok yang nasionalis religius dan Sandiaga Uno dinilai sebagai sosok pemimpin muda yang punya rekam jejak di pemerintahan. “Keduanya punya pengalaman yang sama di pemerintahan. Selain itu, Sandiaga Uno punya modal logistik yang kuat,” katanya.
Kedua, lanjut Igor, duet Anies-Sandi mungkin bagus untuk pilkada seperti di Jakarta, Depok, atau Banten. “Tetapi kurang realistis untuk pilpres yang berskala nasional,” imbuhnya.
Dia berpendapat, salah satu faktor yang membuat Anies-Sandi menang di Pilkada Jakarta 2017 karena solidnya pemilih Prabowo dan Gerindra saat itu. “Problemnya di 2024, Anies justru berpotensi menghadapi Prabowo yang dulu justru pendukung utamanya,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Sandi adalah kader Gerindra yang sudah menyatakan loyalitasnya di berbagai kesempatan untuk mendukung Prabowo sebagai capres 2024. “Oleh Karena itu, duet Prabowo-Sandi jilid II justru jauh lebih masuk akal ketimbang duet Anies-Sandi jilid II. Apalagi duet Anies-Sandi juga ternyata menyimpang jejak persoalan utang-piutang oleh Anies kepada Sandi, meskipun sudah case closed,” ungkapnya.
Ketiga, kata Igor, usulan duet Anies-Sandi layaknya seperti manuver politik yang dilakukan oleh PKS atau Koalisi Perubahan untuk menggembosi Prabowo yang notabene termasuk capres kuat di Pilpres 2024. Dia juga menilai duet Anies-Sandi jilid II untuk Pilpres 2024 belum tentu mendapat sentimen positif dari masyarakat.
“Alih-alih menjadi duet perubahan, malah bisa sebaliknya dikonotasikan atau dikampanyekan negatif sebagai duet brutus (pengkhianat) terhadap Menhan Prabowo Subianto. Mungkin buat Anies no problem, tapi Bang Sandi: that's the problem," pungkasnya.
Analis politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Power Ikhwan Arif berpendapat bahwa peluang duet Anis-Sandi masih terbuka karena sejauh ini posisi tawar Sandiaga Uno masih diperhitungkan untuk disandingkan dengan bakal capres dari koalisi mana pun.
Ikhwan mengatakan, dengan berkaca pada dinamika politik yang cair dalam menentukan bakal cawapres, kemungkinan besar Sandiaga Uno menjadi rebutan antarkoalisi. “Daya tawarnya bisa menciptakan tarik-menarik antarkoalisi semakin kuat. Hal ini terbukti ketika muncul wacana Sandiaga Uno disandingkan dengan Anies, Sandiaga Uno diusung oleh PPP dan PAN,” kata Ikhwan.
Dia juga mengakui duet Anies-Sandi memiliki kelemahannya. “Menurut saya lebih banyak plusnya karena sebelumnya Anies-Sandi pernah berjuang merebut kursi gubernur dan wakil gubernur DKI, jadi keduanya punya chemistry yang cukup kuat, lalu keduanya punya basis suara yang cukup kuat juga,” ungkapnya.
Dia mennuturkan, Anies dinilai sosok yang nasionalis religius dan Sandiaga Uno dinilai sebagai sosok pemimpin muda yang punya rekam jejak di pemerintahan. “Keduanya punya pengalaman yang sama di pemerintahan. Selain itu, Sandiaga Uno punya modal logistik yang kuat,” katanya.
tulis komentar anda