Tabungan Pendidikan
A
A
A
BUDI FRENSIDY
Staf Pengajar FEUI dan Perencana Keuangan,
www.fund-and-fun.com @BudiFrensidy
Tak ada yang meragukan pentingnya memberikan pendidikan berkualitas untuk anak-anak kita. Inilah tanggung jawab utama orang tua zaman modern.
Jika dua dekade lalu belum ada sekolah nasional plus apalagi sekolah internasional untuk umum, kini sekolah-sekolah ini hadir di kota-kota besar. Beberapa sekolah bahkan mengenakan biaya pendidikan tahunan hingga ratusan juta rupiah atau belasan ribu dolar Amerika. Saya pun harus merogoh tidak kurang dari USD5.000 plus Rp60 juta setiap awal tahun ajaran untuk putri saya yang belajar di sebuah sekolah internasional favorit di Jakarta.
Biaya sebesar itu belum termasuk uang ekstrakurikuler, biaya outing atau berkemah di luar kota, baik yang wajib maupun yang opsional, yang jika ditotal angkanya mencapai belasan hingga puluhan juta sendiri.
Menghadapi kewajiban berbiaya besar ini, para orang tua mempunyai beberapa alternatif. Mereka yang tidak memahami atau tidak suka hitung-hitungan sangat wajar mengandalkan produk-produk keuangan yang marak ditawarkan perbankan dan asuransi dengan embel-embel pendidikan. Hampir setiap bank mempunyai produk tabungan pendidikan, sedangkan salah satu produk utama perusahaan asuransi adalah asuransi pendidikan. Sejatinya, Anda memerlukan matematika keuangan untuk dapat menilai dengan cerdas produkproduk ini. Pemahaman tentang yield, anuitas, dan nilai akan datang mutlak dibutuhkan untuk tujuan ini.
Yield Kuncinya
Dalam hal menilai tabungan pendidikan, misalnya, kita utamanya perlu menghitung yield atau return efektif yang diberikan. Yield ini kemudian kita bandingkan dengan alternatif lain yang tersedia atau dengan yield yang dapat kita peroleh jika melakukan sendiri akumulasi dana pendidikan ini.
Dalam keadaan apa pun, yield harus lebih besar daripada inflasi yang terjadi. Menerima yield yang lebih rendah daripada tingkat inflasi berarti penurunan daya beli dana yang Anda setorkan itu.
Perbedaan yield 3% setahun dalam jangka pendek 1-2 tahun, tidak begitu terasa. Tidak demikian pengaruhnya dalam jangka panjang. Uang sebesar Rp1 juta setiap bulan akan menjadi Rp86,4 juta dalam enam tahun dengan yield 6% p.a. atau 0,5% per bulan tetapi akan menjadi Rp95 juta jika yield 9% p.a. atau 0,75% per bulan.
Untuk mempunyai dana sebesar Rp1 miliar dalam 10 tahun ke depan, kita hanya memerlukan setoran bulanan Rp5,17 juta jika dapat memperoleh yield9% p.a. Namun, angkanya membengkak menjadi Rp6,1 juta jika yield 6% p.a. Sayangnya, hampir tidak ada tabungan pendidikan y a n g memberikan yield bersih 6% p.a., apalagi sampai 9% p.a. Ini baru soal yield. Hal yang juga penting untuk dip e r t i m - bangkan a d a l a h soal bes a r n y a dana yang diperlukan.
Mengasumsikan biaya pendidikan akan meningkat linier dengan tingkat inflasi adalah kurang tepat. Menyadari kurva permintaan atas pendidikan bermutu bersifat inelastis, sama seperti permintaan akan transportasi, BBM, dan kebutuhan pokok lain, para penyelenggara pendidikan bermutu tidak ragu untuk menaikkan harga jasanya jauh di atas inflasi.
Sebagai ilustrasi, biaya kuliah di Universitas Indonesia (UI) sekitar seperempat abad lalu hanya Rp54.000 per semester dan tidak ada dana l a i n . B a n - dingkan biaya ser end ah ini dengan biaya operasional pendidikan semesteran di UI saat ini, yang mulai diberlakukan sejak 2008 lalu, yaitu Rp5 juta untuk fakultas sosial dan Rp7,5 juta untuk fakultas eksakta atau rata-rata Rp6,25 juta. Artinya, telah terjadi kenaikan 116 kali selama 25 tahun atau rata-rata sebesar 21% per tahun. Belum lagi jika ada dana pembangunan atau uang pangkal yang harus dibayarkan.
Berdasarkan kenyataan ini, jika inflasi tahunan di masa mendatang diperkirakan 6%, realistisnya asumsi kenaikan biaya pendidikan adalah sekitar 10%. Jika biaya masuk sekolah SMP favorit bermutu saat ini Rp20 juta, lima tahun ke depan kebutuhan untuk itu diproyeksikan menjadi sekitar Rp32 juta. Jika dana menjadi mahasiswa universitas favorit saat ini Rp30 juta, 10 tahun nanti sangat mungkin angkanya menembus Rp77,8 juta. Mengambil tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan yang menjanjikan dana sebesar Rp25 juta untuk masuk SMP 5 tahun lagi atau Rp60 juta untuk bergabung dengan perguruan tinggi prestisius 10 tahun lagi adalah tidak tepat.
Untuk asuransi pendidikan, hitungannya agak sedikit repot. Kita harus dapat memisahkan komponen biaya asuransi dan nilai investasi dari setoran periodik. Jika Anda merasa asuransi memang dibutuhkan dan biaya asuransi yang dikenakan juga wajar, Anda tinggal menilai komponen investasi dengan langkahlangkah di atas.
Perencanaan Mandiri
Menyadari rendahnya yield hampir seluruh tabungan dan asuransi pendidikan yang ada, saya menyarankan Anda melakukan sendiri akumulasi dana pendidikan ini. Semua produk keuangan yang ditawarkan juga mempunyai kelemahan, yaitu mengasumsikan memulainya dari nol. Padahal, sangat mungkin Anda mempunyai dana cukup besar saat berencana sehingga besar setoran bulanan pun berubah.
Kelebihan lain perencanaan mandiri adalah Anda fleksibel untuk menyesuaikan kekurangan dana yang harus ditambah untuk mencapai target Anda. Untuk itu semua, Anda memerlukan pengetahuan matematika keuangan.
Menjadi berapa akumulasi dana periodik Anda atau berapa yield yang harus diperoleh untuk mencapai tujuan Anda dapat dengan mudah dijawab dalam hitungan detik dengan matematika keuangan.
Tips dari saya, jika Anda berkepentingan dengan pertumbuhan kekayaan dan pemenuhan tujuan keuangan Anda, jangan ragu untuk mempelajari matematika keuangan. Ilmu perencana keuangan itu sepertiga sampai setengah isinya adalah mengenai matematika keuangan. Ilmu lainnya yang juga diperlukan adalah pemahaman produk keuangan dan investasi yang ada (expected return dan risikonya), asuransi, dan waris.
Staf Pengajar FEUI dan Perencana Keuangan,
www.fund-and-fun.com @BudiFrensidy
Tak ada yang meragukan pentingnya memberikan pendidikan berkualitas untuk anak-anak kita. Inilah tanggung jawab utama orang tua zaman modern.
Jika dua dekade lalu belum ada sekolah nasional plus apalagi sekolah internasional untuk umum, kini sekolah-sekolah ini hadir di kota-kota besar. Beberapa sekolah bahkan mengenakan biaya pendidikan tahunan hingga ratusan juta rupiah atau belasan ribu dolar Amerika. Saya pun harus merogoh tidak kurang dari USD5.000 plus Rp60 juta setiap awal tahun ajaran untuk putri saya yang belajar di sebuah sekolah internasional favorit di Jakarta.
Biaya sebesar itu belum termasuk uang ekstrakurikuler, biaya outing atau berkemah di luar kota, baik yang wajib maupun yang opsional, yang jika ditotal angkanya mencapai belasan hingga puluhan juta sendiri.
Menghadapi kewajiban berbiaya besar ini, para orang tua mempunyai beberapa alternatif. Mereka yang tidak memahami atau tidak suka hitung-hitungan sangat wajar mengandalkan produk-produk keuangan yang marak ditawarkan perbankan dan asuransi dengan embel-embel pendidikan. Hampir setiap bank mempunyai produk tabungan pendidikan, sedangkan salah satu produk utama perusahaan asuransi adalah asuransi pendidikan. Sejatinya, Anda memerlukan matematika keuangan untuk dapat menilai dengan cerdas produkproduk ini. Pemahaman tentang yield, anuitas, dan nilai akan datang mutlak dibutuhkan untuk tujuan ini.
Yield Kuncinya
Dalam hal menilai tabungan pendidikan, misalnya, kita utamanya perlu menghitung yield atau return efektif yang diberikan. Yield ini kemudian kita bandingkan dengan alternatif lain yang tersedia atau dengan yield yang dapat kita peroleh jika melakukan sendiri akumulasi dana pendidikan ini.
Dalam keadaan apa pun, yield harus lebih besar daripada inflasi yang terjadi. Menerima yield yang lebih rendah daripada tingkat inflasi berarti penurunan daya beli dana yang Anda setorkan itu.
Perbedaan yield 3% setahun dalam jangka pendek 1-2 tahun, tidak begitu terasa. Tidak demikian pengaruhnya dalam jangka panjang. Uang sebesar Rp1 juta setiap bulan akan menjadi Rp86,4 juta dalam enam tahun dengan yield 6% p.a. atau 0,5% per bulan tetapi akan menjadi Rp95 juta jika yield 9% p.a. atau 0,75% per bulan.
Untuk mempunyai dana sebesar Rp1 miliar dalam 10 tahun ke depan, kita hanya memerlukan setoran bulanan Rp5,17 juta jika dapat memperoleh yield9% p.a. Namun, angkanya membengkak menjadi Rp6,1 juta jika yield 6% p.a. Sayangnya, hampir tidak ada tabungan pendidikan y a n g memberikan yield bersih 6% p.a., apalagi sampai 9% p.a. Ini baru soal yield. Hal yang juga penting untuk dip e r t i m - bangkan a d a l a h soal bes a r n y a dana yang diperlukan.
Mengasumsikan biaya pendidikan akan meningkat linier dengan tingkat inflasi adalah kurang tepat. Menyadari kurva permintaan atas pendidikan bermutu bersifat inelastis, sama seperti permintaan akan transportasi, BBM, dan kebutuhan pokok lain, para penyelenggara pendidikan bermutu tidak ragu untuk menaikkan harga jasanya jauh di atas inflasi.
Sebagai ilustrasi, biaya kuliah di Universitas Indonesia (UI) sekitar seperempat abad lalu hanya Rp54.000 per semester dan tidak ada dana l a i n . B a n - dingkan biaya ser end ah ini dengan biaya operasional pendidikan semesteran di UI saat ini, yang mulai diberlakukan sejak 2008 lalu, yaitu Rp5 juta untuk fakultas sosial dan Rp7,5 juta untuk fakultas eksakta atau rata-rata Rp6,25 juta. Artinya, telah terjadi kenaikan 116 kali selama 25 tahun atau rata-rata sebesar 21% per tahun. Belum lagi jika ada dana pembangunan atau uang pangkal yang harus dibayarkan.
Berdasarkan kenyataan ini, jika inflasi tahunan di masa mendatang diperkirakan 6%, realistisnya asumsi kenaikan biaya pendidikan adalah sekitar 10%. Jika biaya masuk sekolah SMP favorit bermutu saat ini Rp20 juta, lima tahun ke depan kebutuhan untuk itu diproyeksikan menjadi sekitar Rp32 juta. Jika dana menjadi mahasiswa universitas favorit saat ini Rp30 juta, 10 tahun nanti sangat mungkin angkanya menembus Rp77,8 juta. Mengambil tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan yang menjanjikan dana sebesar Rp25 juta untuk masuk SMP 5 tahun lagi atau Rp60 juta untuk bergabung dengan perguruan tinggi prestisius 10 tahun lagi adalah tidak tepat.
Untuk asuransi pendidikan, hitungannya agak sedikit repot. Kita harus dapat memisahkan komponen biaya asuransi dan nilai investasi dari setoran periodik. Jika Anda merasa asuransi memang dibutuhkan dan biaya asuransi yang dikenakan juga wajar, Anda tinggal menilai komponen investasi dengan langkahlangkah di atas.
Perencanaan Mandiri
Menyadari rendahnya yield hampir seluruh tabungan dan asuransi pendidikan yang ada, saya menyarankan Anda melakukan sendiri akumulasi dana pendidikan ini. Semua produk keuangan yang ditawarkan juga mempunyai kelemahan, yaitu mengasumsikan memulainya dari nol. Padahal, sangat mungkin Anda mempunyai dana cukup besar saat berencana sehingga besar setoran bulanan pun berubah.
Kelebihan lain perencanaan mandiri adalah Anda fleksibel untuk menyesuaikan kekurangan dana yang harus ditambah untuk mencapai target Anda. Untuk itu semua, Anda memerlukan pengetahuan matematika keuangan.
Menjadi berapa akumulasi dana periodik Anda atau berapa yield yang harus diperoleh untuk mencapai tujuan Anda dapat dengan mudah dijawab dalam hitungan detik dengan matematika keuangan.
Tips dari saya, jika Anda berkepentingan dengan pertumbuhan kekayaan dan pemenuhan tujuan keuangan Anda, jangan ragu untuk mempelajari matematika keuangan. Ilmu perencana keuangan itu sepertiga sampai setengah isinya adalah mengenai matematika keuangan. Ilmu lainnya yang juga diperlukan adalah pemahaman produk keuangan dan investasi yang ada (expected return dan risikonya), asuransi, dan waris.
(bbg)