Ekonomi di tahun politik: sentimen vs fundamental
A
A
A
DAPAT dikatakan ekonomi kontemporer digerakkan dua hal sekaligus, yaitu fundamental ekonomi dan pola sentimen pelaku pasar.
Secara teoretis keduanya terkait, tetapi akibat suatu event tertentu dalam jangka pendek arah sentimen dimungkinkan bergerak berbeda dibandingkan tren pergerakan fundamental ekonomi. Meskipun dalam jangka panjang koreksi atas sentimen yang berbeda pasti akan terjadi. Hal ini karena para pelaku ekonomi merupakan aktor rasional yang terus mendasarkan keputusan cost-benefit berdasar pada hal-hal yang bersifat fundamental.
Sebaliknya, ketika fundamental ekonomi suatu negara memburuk, perekayasaan sentimen di pasar tidak akan efektif untuk misalnya meyakinkan investor berinvestasi baik di pasar modal maupun sektor riil. Khusus di pasar modal dan pasar keuangan, sensitivitas terhadap sentimen relatif tinggi bila dibandingkan dengan di sektor riil.
Namun ketika kita lihat dalam spektrum lebih panjang, pergerakan kinerja pasar modal dan keuangan akan berjalan searah dengan pergerakan fundamental ekonomi. Misalnya pada semester II/2013, ketika isu pengurangan stimulus moneter III (quantitative easing III) disampaikan oleh The Fed ditambah dengan ketidakseimbangan antara ekspor-impor nasional, sentimen capital-outflow meningkat.
Hasilnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Namun ketika Indonesia mampu memperbaiki aspek fundamental ekonomi seperti menjinakkan pergerakan inflasi, membuat surplus neraca perdagangan, meningkatkan cadangan devisa, dan menjaga realisasi pertumbuhan ekonomi pada akhir 2013, kita menyaksikan tren positif IHSG dan pergerakan nilai tukar rupiah pada kuartal I/2014.
Artinya, meski terguncang dalam jangka pendek, dalam jangka menengah dan panjang pasar akan membangun sentimen positif berdasarkan tren penguatan fundamental ekonomi nasional. Pada tahun politik seperti yang kita alami saat ini, gerak sentimen di pasar akan membentuk pola bagaimana kita memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Bisa saja gerakan IHSG dan nilai tukar dipengaruhi sesaat oleh event, tetapi saya berkeyakinan pasar akan melihat kembali hal-hal yang bersifat fundamental ekonomi. Misalnya pasca-pengumuman hasil quick-count, IHSG pada penutupan Kamis (10/04/ 13) turun sebesar 3,16% atau 115,68 poin dan berada pada level 4.765,73. Namun keesokan harinya IHSG menguat sejak pembukaan pasar dan ditutup menguat 1,07% menjadi 4.816,58.
IHSG diperkirakan reli dengan tren menguat sepanjang minggu ini dan dapat menyentuh level 4.900. Terlepas dari sejumlah klaim capres akan membaiknya IHSG dan nilai tukar rupiah akhirakhir ini, hal yang tidak dapat dimungkiri adalah semakin kuatnya fundamental ekonomi Indonesia yang membuat pergerakan tren positif sejak awal tahun 2014 di pasar keuangan.
IHSG di awal tahun berada pada posisi 4.327,6 dan terus menguat sampai posisi penutupan Jumat (11/04/14) pada posisi 4.816,58. Sementara nilai tukar rupiah juga mengalami tren penguatan bila dibandingkan di awal Januari 2014. Pada awal tahun rupiah diperdagangkan antara kisaran 12.150–12.225 per dolar AS dan pada penutupan Jumat (11/4) nilai tukar rupiah pada posisi 11.414 per dolar AS.
Bank Indonesia mencatat cadangan devisa di akhir Maret 2014 mencapai USD102,6 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Neraca perdagangan juga mencatatkan surplus pada periode Februari 2014 sebesar USD785 juta. Sementara itu, BPS mencatat inflasi periode Maret 2014 sebesar 0,08% (month to month/mtm) atau 7,32% (year on year), turun dari inflasi Februari 2014 yang sebesar 0,26% (mtm) atau 7,75% (yoy).
Bahkan inflasi periode Maret 2014 ini juga lebih rendah dari rata-rata inflasi dalam 6 tahun terakhir. Membaiknya sejumlah indikator makro ekonomi merupakan sinyal kuat bagi munculnya sentimen positif pelaku usaha bagi perekonomian nasional. Tren penguatan fundamental ekonomi dan sentimen para pelaku pasar ke perekonomian Indonesia sejak awal 2014 diakibatkan serangkaian kebijakan yang telah ditempuh sebagai policy responses sepanjang semester- II 2013.
Dua paket kebijakan untuk mengendalikan inflasi, memperbaiki posisi neraca transaksi perdagangan dan pembayaran, penguatan daya beli masyarakat, penguatan cadangan devisa, dan mendorong investasi serta hilirisasi semakin memperkuat fundamental ekonomi nasional. Kondisi ini membuat pasar domestik tetap atraktif untuk berinvestasi.
Sepanjang kuartal I/2014 (Januari–Maret), BI memperkirakan kredit di Indonesia akan tumbuh sebesar 20%. Meskipun pertumbuhan kredit di periode ini sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan ini masih sangat tinggi di tengah upaya stabilisasi yang dilakukan.
Gabungan antara terjaganya daya beli masyarakat, kebijakan industrialisasi dan hilirisasi, serta terjaganya stabilitas keamanan dan politik membuat dunia usaha di Indonesia terus bergerak. Sejumlah sektor ekonomi diperkirakan terus tumbuh positif sepanjang kuartal I/2014 seperti industri pengolahan, transportasi dan telekomunikasi, pariwisata, ritel, properti dan pertanian.
Sentimen positif para pelaku usaha terhadap perekonomian nasional akan semakin tinggi setelah lancarnya pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014. Tertibnya masa persiapan, kampanye, masa tenang, pencoblosan, perhitungan quickcount dan penyelesaian konflik perhitungan semakin menunjukkan kematangan bangsa Indonesia dalam berdemokrasi.
Semua pihak yang terlibat di dalamnya baik pemerintah, KPU, Bawaslu, DKPP, partai politik, para caleg, TNI, Polri, masyarakat maupun media bersamasama mampu menjaga iklim politik yang kondusif, teduh, dan aman. Hal ini akan semakin memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Saya melihat tren penguatan fundamental ekonomi masih akan terus berlanjut seiring dengan terus dilakukannya kebijakan macroprudential dengan tetap menjaga bergeraknya dunia usaha di dalam negeri.
Keseriusan upaya mengelola perekonomian nasional baik yang dilakukan pemerintah, BI, OJK dan LPS menjadi dasar munculnya sentimen positif pelaku bisnis, utamanya di pasar keuangan nasional sehingga kita masih melihat tren pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah dengan kecenderungan menguat.
PROF FIRMANZAH PhD
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
Secara teoretis keduanya terkait, tetapi akibat suatu event tertentu dalam jangka pendek arah sentimen dimungkinkan bergerak berbeda dibandingkan tren pergerakan fundamental ekonomi. Meskipun dalam jangka panjang koreksi atas sentimen yang berbeda pasti akan terjadi. Hal ini karena para pelaku ekonomi merupakan aktor rasional yang terus mendasarkan keputusan cost-benefit berdasar pada hal-hal yang bersifat fundamental.
Sebaliknya, ketika fundamental ekonomi suatu negara memburuk, perekayasaan sentimen di pasar tidak akan efektif untuk misalnya meyakinkan investor berinvestasi baik di pasar modal maupun sektor riil. Khusus di pasar modal dan pasar keuangan, sensitivitas terhadap sentimen relatif tinggi bila dibandingkan dengan di sektor riil.
Namun ketika kita lihat dalam spektrum lebih panjang, pergerakan kinerja pasar modal dan keuangan akan berjalan searah dengan pergerakan fundamental ekonomi. Misalnya pada semester II/2013, ketika isu pengurangan stimulus moneter III (quantitative easing III) disampaikan oleh The Fed ditambah dengan ketidakseimbangan antara ekspor-impor nasional, sentimen capital-outflow meningkat.
Hasilnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Namun ketika Indonesia mampu memperbaiki aspek fundamental ekonomi seperti menjinakkan pergerakan inflasi, membuat surplus neraca perdagangan, meningkatkan cadangan devisa, dan menjaga realisasi pertumbuhan ekonomi pada akhir 2013, kita menyaksikan tren positif IHSG dan pergerakan nilai tukar rupiah pada kuartal I/2014.
Artinya, meski terguncang dalam jangka pendek, dalam jangka menengah dan panjang pasar akan membangun sentimen positif berdasarkan tren penguatan fundamental ekonomi nasional. Pada tahun politik seperti yang kita alami saat ini, gerak sentimen di pasar akan membentuk pola bagaimana kita memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Bisa saja gerakan IHSG dan nilai tukar dipengaruhi sesaat oleh event, tetapi saya berkeyakinan pasar akan melihat kembali hal-hal yang bersifat fundamental ekonomi. Misalnya pasca-pengumuman hasil quick-count, IHSG pada penutupan Kamis (10/04/ 13) turun sebesar 3,16% atau 115,68 poin dan berada pada level 4.765,73. Namun keesokan harinya IHSG menguat sejak pembukaan pasar dan ditutup menguat 1,07% menjadi 4.816,58.
IHSG diperkirakan reli dengan tren menguat sepanjang minggu ini dan dapat menyentuh level 4.900. Terlepas dari sejumlah klaim capres akan membaiknya IHSG dan nilai tukar rupiah akhirakhir ini, hal yang tidak dapat dimungkiri adalah semakin kuatnya fundamental ekonomi Indonesia yang membuat pergerakan tren positif sejak awal tahun 2014 di pasar keuangan.
IHSG di awal tahun berada pada posisi 4.327,6 dan terus menguat sampai posisi penutupan Jumat (11/04/14) pada posisi 4.816,58. Sementara nilai tukar rupiah juga mengalami tren penguatan bila dibandingkan di awal Januari 2014. Pada awal tahun rupiah diperdagangkan antara kisaran 12.150–12.225 per dolar AS dan pada penutupan Jumat (11/4) nilai tukar rupiah pada posisi 11.414 per dolar AS.
Bank Indonesia mencatat cadangan devisa di akhir Maret 2014 mencapai USD102,6 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Neraca perdagangan juga mencatatkan surplus pada periode Februari 2014 sebesar USD785 juta. Sementara itu, BPS mencatat inflasi periode Maret 2014 sebesar 0,08% (month to month/mtm) atau 7,32% (year on year), turun dari inflasi Februari 2014 yang sebesar 0,26% (mtm) atau 7,75% (yoy).
Bahkan inflasi periode Maret 2014 ini juga lebih rendah dari rata-rata inflasi dalam 6 tahun terakhir. Membaiknya sejumlah indikator makro ekonomi merupakan sinyal kuat bagi munculnya sentimen positif pelaku usaha bagi perekonomian nasional. Tren penguatan fundamental ekonomi dan sentimen para pelaku pasar ke perekonomian Indonesia sejak awal 2014 diakibatkan serangkaian kebijakan yang telah ditempuh sebagai policy responses sepanjang semester- II 2013.
Dua paket kebijakan untuk mengendalikan inflasi, memperbaiki posisi neraca transaksi perdagangan dan pembayaran, penguatan daya beli masyarakat, penguatan cadangan devisa, dan mendorong investasi serta hilirisasi semakin memperkuat fundamental ekonomi nasional. Kondisi ini membuat pasar domestik tetap atraktif untuk berinvestasi.
Sepanjang kuartal I/2014 (Januari–Maret), BI memperkirakan kredit di Indonesia akan tumbuh sebesar 20%. Meskipun pertumbuhan kredit di periode ini sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan ini masih sangat tinggi di tengah upaya stabilisasi yang dilakukan.
Gabungan antara terjaganya daya beli masyarakat, kebijakan industrialisasi dan hilirisasi, serta terjaganya stabilitas keamanan dan politik membuat dunia usaha di Indonesia terus bergerak. Sejumlah sektor ekonomi diperkirakan terus tumbuh positif sepanjang kuartal I/2014 seperti industri pengolahan, transportasi dan telekomunikasi, pariwisata, ritel, properti dan pertanian.
Sentimen positif para pelaku usaha terhadap perekonomian nasional akan semakin tinggi setelah lancarnya pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014. Tertibnya masa persiapan, kampanye, masa tenang, pencoblosan, perhitungan quickcount dan penyelesaian konflik perhitungan semakin menunjukkan kematangan bangsa Indonesia dalam berdemokrasi.
Semua pihak yang terlibat di dalamnya baik pemerintah, KPU, Bawaslu, DKPP, partai politik, para caleg, TNI, Polri, masyarakat maupun media bersamasama mampu menjaga iklim politik yang kondusif, teduh, dan aman. Hal ini akan semakin memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Saya melihat tren penguatan fundamental ekonomi masih akan terus berlanjut seiring dengan terus dilakukannya kebijakan macroprudential dengan tetap menjaga bergeraknya dunia usaha di dalam negeri.
Keseriusan upaya mengelola perekonomian nasional baik yang dilakukan pemerintah, BI, OJK dan LPS menjadi dasar munculnya sentimen positif pelaku bisnis, utamanya di pasar keuangan nasional sehingga kita masih melihat tren pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah dengan kecenderungan menguat.
PROF FIRMANZAH PhD
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
(nfl)