LSM dituding jadi kaki tangan asing di Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Maraknya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mendapat sokongan dana asing menuai kritik. Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) menyesalkan maraknya LSM yang tidak jelas kredibilitasnya dengan memberikan keterangan terkait proses perjalanan demokrasi di Indonesia.
Direktur NCID Jajat Nurjaman menjelaskan, bahwa sejumlah LSM di Indonesia justru menjadi kendaraan pihak asing untuk ikut campur dalam pemerintahan Indonesia.
"LSM bisa dikendarai oleh pihak asing untuk kepentingan tertentu, misalkan menaikkan atau menjatuhkan kandidat presiden yang dikehendaki atau tidak dikehendaki oleh asing, melalui sokongan dana besar-besaran," ujar Jajat dalam keterangan persnya, Jumat (8/11/2013).
Lebih lanjut, Jajat mencontohkan, bahwa cara kerja dari LSM seperti Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) itu selalu memunculkan isu-isu politik sesuai dengan kebutuhan asing.
Jajat memberikan contoh, keinginan aktivis Kontras untuk membawa Prabowo Subianto ke persidangan terkait kasus 1998, adalah salah satu contoh kemungkinan agenda pesanan pihak asing. Isu-isu pesanan seperti itu, lanjut dia, muncul karena keinginan pihak asing.
"Perlu diketahui, bahwa salah satu donator terbesar Kontras adalah Kairos, sebuah lembaga yang berbasis di Kanada. Tertulis di dalam situs KAIROS bahwa Kontras tidak akan bisa mempertahankan perannya di Indonesia, tanpa sokongan dana dari Kairos'," ungkap Jajat.
Hal itu juga terjadi di LSM seperti Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (Ikohi) dan Imparsial. Keduanya, lanjut dia, memiliki afiliasi dengan HIVOS, yang memberi donasi dalam bentuk Yayasan Indonesia untuk Kemanusiaan (YSIK).
"Pada satu titik, mereka akan membutuhkan bantuan asing dan di saat itulah independensi mereka dirampas," lanjut Jajat.
Menurut Jajat, Lembaga swadaya masyarakat sudah lama menjadi target empuk untuk pihak asing. Kekuatan jaringan yang dimiliki oleh LSM adalah daya jual yang mereka miliki. "Saat ini sudah hampir tidak ada LSM yang transparan dalam masalah pendanaan dan agenda setting," pungkasnya.
Baca berita:
Dituding tempat cuci uang, LSM meradang
Direktur NCID Jajat Nurjaman menjelaskan, bahwa sejumlah LSM di Indonesia justru menjadi kendaraan pihak asing untuk ikut campur dalam pemerintahan Indonesia.
"LSM bisa dikendarai oleh pihak asing untuk kepentingan tertentu, misalkan menaikkan atau menjatuhkan kandidat presiden yang dikehendaki atau tidak dikehendaki oleh asing, melalui sokongan dana besar-besaran," ujar Jajat dalam keterangan persnya, Jumat (8/11/2013).
Lebih lanjut, Jajat mencontohkan, bahwa cara kerja dari LSM seperti Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) itu selalu memunculkan isu-isu politik sesuai dengan kebutuhan asing.
Jajat memberikan contoh, keinginan aktivis Kontras untuk membawa Prabowo Subianto ke persidangan terkait kasus 1998, adalah salah satu contoh kemungkinan agenda pesanan pihak asing. Isu-isu pesanan seperti itu, lanjut dia, muncul karena keinginan pihak asing.
"Perlu diketahui, bahwa salah satu donator terbesar Kontras adalah Kairos, sebuah lembaga yang berbasis di Kanada. Tertulis di dalam situs KAIROS bahwa Kontras tidak akan bisa mempertahankan perannya di Indonesia, tanpa sokongan dana dari Kairos'," ungkap Jajat.
Hal itu juga terjadi di LSM seperti Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (Ikohi) dan Imparsial. Keduanya, lanjut dia, memiliki afiliasi dengan HIVOS, yang memberi donasi dalam bentuk Yayasan Indonesia untuk Kemanusiaan (YSIK).
"Pada satu titik, mereka akan membutuhkan bantuan asing dan di saat itulah independensi mereka dirampas," lanjut Jajat.
Menurut Jajat, Lembaga swadaya masyarakat sudah lama menjadi target empuk untuk pihak asing. Kekuatan jaringan yang dimiliki oleh LSM adalah daya jual yang mereka miliki. "Saat ini sudah hampir tidak ada LSM yang transparan dalam masalah pendanaan dan agenda setting," pungkasnya.
Baca berita:
Dituding tempat cuci uang, LSM meradang
(kri)