Tidak bisa semua
A
A
A
SISTEM pendidikan kita menyarankan agar kita sebagai murid menjadi yang terbaik di antara murid-murid yang lain. Kita ditekankan untuk berkompetisi.
Kita dipacu untuk menjadi ranking (peringkat) 1. Suatu sistem yang sudah out of context menurut saya. Murid yang ranking 1 dianggap sebagai murid yang paling pintar. Apakah benar demikian? Menurut saya, “Tidak”!
Saya juga tidak mengerti kenapa seorang murid diminta untuk menguasai semua mata pelajaran. Di kehidupan nyata (setelah pendidikan formal), apakah ada orang yang bisa hebat di semua bidang? Tentu tidak.
Lantas, kenapa ketika di sekolah semua murid diminta untuk menguasai semua mata pelajaran? Saya tidak pernah sekali pun diminta oleh ayah saya untuk menjadi ranking 1.
Dari SD, ayah saya bilang, “Bill, kamu enggak perlu ranking 1. Kalau mau sukses, kamu harus punya banyak teman.” Ya, saya beruntung memiliki ayah dengan pemikiran yang sangat ‘maju’. Dia tidak menganggap, apabila saya ranking 1, saya akan sukses nanti ketika terjun di masyarakat.
Dia punya prinsip bahwa kesempatan sukses akan lebih besar ketika seseorang memiliki banyak teman. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang bisa sukses sendirian dan tanpa bantuan orang lain.
Sejak SD, SMP, dan SMA, saya pun ‘kasihan’ melihat teman-teman yang berusaha untuk meraih peringkat 1. Mereka berusaha menguasai semua mata pelajaran. Sementara saya, belajar, berusaha semaksimal mungkin.
Tapi, bukan untuk menjadi ranking 1. Ranking saya bervariasi, dari ranking 10 hingga ranking 25-an. Tapi ketika duduk di bangku SMA, saya pernah ranking 1, dan sempat 3 besar terus hingga lulus. Ketika saya ranking 1 pun, saya sendiri tidak menyangka. Karena apa? Karena memang saya tidak pernah menargetkan diri saya untuk ranking 1. Menurut saya, tidak penting untuk menjadi ranking 1. Saya tidak pernah ingin menguasai semua hal.
Tidak realistis, menurut saya. Sebagai perbandingan saja, murid-murid yang bersekolah di sekolah internasional tidak diberikan ranking. Mereka tidak dibandingkan satu sama lain. Sistem pendidikannya membandingkan kemampuan si murid dengan potensi yang dimiliki si murid tersebut. Bukan membandingkan dia dengan teman-temannya. Dan, hampir di semua tugas yang diberikan, tugas-tugasnya adalah tugas kelompok, bukan tugas individu.
Sistem pendidikan seperti ini lebih menyiapkan si murid untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya nanti. Ya, di dalam hidup ini ada kompetisi. Tapi yang lebih penting adalah kerja tim (kolaborasi). Ketika Anda bekerja di sebuah perusahaan, bukan Anda seorang diri yang harus bertarung menghadapi perusahaan lain loh.
Anda harus bisa bekerja sama dengan rekan-rekan kerja yang ada di perusahaan tempat Anda bekerja, untuk supaya bisa mengalahkan penjualan perusahaan kompetitor. Di Indonesia sekarang ini zamannya banyak orang yang bilang, “Anda pasti bisa!” atau “Saya ini dulu orang miskin, kalau saya bisa, Anda juga pasti bisa!” Saya tidak akan pernah bilang seperti itu. Saya orang yang rasional, dan saya tidak akan menjual mimpi.
Kenyataannya, setiap orang memiliki latar belakang, pola pikir, karakter, serta kemampuan yang berbeda. Kalau seseorang bisa menjadi astronot, apakah lantas semua orang bisa menjadi astronot? Memang, bukan berarti kalau seseorang bisa menjadi astronot, lantas hanya dia seorang diri di dunia ini yang bisa menjadi astronot. Tapi, bukan juga berarti semua orang akan bisa kan? Kita semua harus punya mimpi, cita-cita.
Dan, selama mimpi itu gratis, kenapa harus hanya punya satu mimpi? Memangnya kalau Anda punya dua mimpi atau bahkan 10 mimpi, lantas Anda harus membayar pajak yang lebih besar? Bagaimana cara bermimpi yang ‘benar’?
Pertama, Anda harus bermimpi untuk mencapai sesuatu yang Anda cintai. Misalnya Anda suka makanan, mungkin mimpi Anda adalah untuk membuka restoran. Jangan bermimpi punya perusahaan IT, kalau Anda tidak suka dengan teknologi.
Kedua, Anda harus mengenali diri Anda, sehingga ketika Anda bermimpi, mimpi Anda sesuai dengan kelebihan dan kekurangan diri.
Misal Anda tidak pandai matematika maupun fisika, tapi bermimpi untuk menjadi terkenal sebagai orang jenius seperti Einstein. Bermimpilah sesuai dengan kemampuan diri. Saya pandai bernyanyi, bermimpilah untuk menjadi penyanyi yang sukses.
Ketiga, bermimpilah yang besar. Kalau bisa punya 10 restoran, kenapa harus puas dengan hanya memiliki 1 restoran?
Kalau bisa, terus membesarkan perusahaan Anda sehingga Anda bisa terus memberikan lapangan pekerjaan kepada lebih banyak orang, kenapa harus puas hanya memiliki 10 karyawan? Kalau Anda sekarang adalah seorang manajer, kenapa harus puas dengan posisi Anda sekarang?
Kalau Anda bisa menjadi seorang CEO dan mengembangkan perusahaan tempat Anda bekerja sehingga perusahaan Anda bisa berkontribusi lebih banyak lagi bagi bangsa ini, kan lebih baik, kenapa tidak?
Kita tidak bisa mencapai semua yang kita impikan. Tapi ingat, kita juga tidak akan pernah mencapai yang tidak pernah kita impikan. Miliki target yang ingin dicapai sebanyak-banyaknya. Karena, inilah yang membuat hidup ini ‘seru’.
Anak muda sekarang banyak yang galau. Tahu tidak kenapa? Pada dasarnya, seseorang akan galau (bingung) kalau dia sedang tidak tahu mesti berbuat apa.
Dan, pada umumnya, orang yang tidak tahu harus berbuat apa itu karena dia sedang tidak memiliki tujuan atau mimpi yang ingin dicapai. Kita tidak perlu menguasai semua bidang. Saya tahu apa passion saya, dan saya mengenali betul siapa diri saya. Saya tahu apa kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri saya. Oleh sebab itu, saya tidak pernah ingin menjadi dokter atau pun penyanyi. Saya suka brand management dan juga tantangan.
Saya menguasai leadership, management, dan marketing. Jadi, kalau sekarang saya terus berusaha membesarkan perusahaan-perusahaan yang telah saya rintis, dan sedang menyiapkan sebuah bisnis baru di Jakarta (2013) dan Bali (2014), berarti saya memang berada di rel yang sesuai dengan diri saya.
Saya sadar, dan berharap Anda juga sadar bahwa kita tidak bisa sukses di semua bidang. Tidak ada satu orang pun yang bisa sukses di semua bidang.
Tapi, lantas jangan pernah berpikir bahwa Anda hanya bisa sukses di satu bidang. Kalau bisa sukses di beberapa bidang, kenapa membatasi hanya di satu bidang? See You on Top!
BILLY BOEN
CEO PT YOT Nusantara
Director PT Jakarta International Management (JIM)
Shareholder, Rolling Stone Café
Facebook.com/billyboenYOT
www.youngontop.com
@billyboen
Kita dipacu untuk menjadi ranking (peringkat) 1. Suatu sistem yang sudah out of context menurut saya. Murid yang ranking 1 dianggap sebagai murid yang paling pintar. Apakah benar demikian? Menurut saya, “Tidak”!
Saya juga tidak mengerti kenapa seorang murid diminta untuk menguasai semua mata pelajaran. Di kehidupan nyata (setelah pendidikan formal), apakah ada orang yang bisa hebat di semua bidang? Tentu tidak.
Lantas, kenapa ketika di sekolah semua murid diminta untuk menguasai semua mata pelajaran? Saya tidak pernah sekali pun diminta oleh ayah saya untuk menjadi ranking 1.
Dari SD, ayah saya bilang, “Bill, kamu enggak perlu ranking 1. Kalau mau sukses, kamu harus punya banyak teman.” Ya, saya beruntung memiliki ayah dengan pemikiran yang sangat ‘maju’. Dia tidak menganggap, apabila saya ranking 1, saya akan sukses nanti ketika terjun di masyarakat.
Dia punya prinsip bahwa kesempatan sukses akan lebih besar ketika seseorang memiliki banyak teman. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang bisa sukses sendirian dan tanpa bantuan orang lain.
Sejak SD, SMP, dan SMA, saya pun ‘kasihan’ melihat teman-teman yang berusaha untuk meraih peringkat 1. Mereka berusaha menguasai semua mata pelajaran. Sementara saya, belajar, berusaha semaksimal mungkin.
Tapi, bukan untuk menjadi ranking 1. Ranking saya bervariasi, dari ranking 10 hingga ranking 25-an. Tapi ketika duduk di bangku SMA, saya pernah ranking 1, dan sempat 3 besar terus hingga lulus. Ketika saya ranking 1 pun, saya sendiri tidak menyangka. Karena apa? Karena memang saya tidak pernah menargetkan diri saya untuk ranking 1. Menurut saya, tidak penting untuk menjadi ranking 1. Saya tidak pernah ingin menguasai semua hal.
Tidak realistis, menurut saya. Sebagai perbandingan saja, murid-murid yang bersekolah di sekolah internasional tidak diberikan ranking. Mereka tidak dibandingkan satu sama lain. Sistem pendidikannya membandingkan kemampuan si murid dengan potensi yang dimiliki si murid tersebut. Bukan membandingkan dia dengan teman-temannya. Dan, hampir di semua tugas yang diberikan, tugas-tugasnya adalah tugas kelompok, bukan tugas individu.
Sistem pendidikan seperti ini lebih menyiapkan si murid untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya nanti. Ya, di dalam hidup ini ada kompetisi. Tapi yang lebih penting adalah kerja tim (kolaborasi). Ketika Anda bekerja di sebuah perusahaan, bukan Anda seorang diri yang harus bertarung menghadapi perusahaan lain loh.
Anda harus bisa bekerja sama dengan rekan-rekan kerja yang ada di perusahaan tempat Anda bekerja, untuk supaya bisa mengalahkan penjualan perusahaan kompetitor. Di Indonesia sekarang ini zamannya banyak orang yang bilang, “Anda pasti bisa!” atau “Saya ini dulu orang miskin, kalau saya bisa, Anda juga pasti bisa!” Saya tidak akan pernah bilang seperti itu. Saya orang yang rasional, dan saya tidak akan menjual mimpi.
Kenyataannya, setiap orang memiliki latar belakang, pola pikir, karakter, serta kemampuan yang berbeda. Kalau seseorang bisa menjadi astronot, apakah lantas semua orang bisa menjadi astronot? Memang, bukan berarti kalau seseorang bisa menjadi astronot, lantas hanya dia seorang diri di dunia ini yang bisa menjadi astronot. Tapi, bukan juga berarti semua orang akan bisa kan? Kita semua harus punya mimpi, cita-cita.
Dan, selama mimpi itu gratis, kenapa harus hanya punya satu mimpi? Memangnya kalau Anda punya dua mimpi atau bahkan 10 mimpi, lantas Anda harus membayar pajak yang lebih besar? Bagaimana cara bermimpi yang ‘benar’?
Pertama, Anda harus bermimpi untuk mencapai sesuatu yang Anda cintai. Misalnya Anda suka makanan, mungkin mimpi Anda adalah untuk membuka restoran. Jangan bermimpi punya perusahaan IT, kalau Anda tidak suka dengan teknologi.
Kedua, Anda harus mengenali diri Anda, sehingga ketika Anda bermimpi, mimpi Anda sesuai dengan kelebihan dan kekurangan diri.
Misal Anda tidak pandai matematika maupun fisika, tapi bermimpi untuk menjadi terkenal sebagai orang jenius seperti Einstein. Bermimpilah sesuai dengan kemampuan diri. Saya pandai bernyanyi, bermimpilah untuk menjadi penyanyi yang sukses.
Ketiga, bermimpilah yang besar. Kalau bisa punya 10 restoran, kenapa harus puas dengan hanya memiliki 1 restoran?
Kalau bisa, terus membesarkan perusahaan Anda sehingga Anda bisa terus memberikan lapangan pekerjaan kepada lebih banyak orang, kenapa harus puas hanya memiliki 10 karyawan? Kalau Anda sekarang adalah seorang manajer, kenapa harus puas dengan posisi Anda sekarang?
Kalau Anda bisa menjadi seorang CEO dan mengembangkan perusahaan tempat Anda bekerja sehingga perusahaan Anda bisa berkontribusi lebih banyak lagi bagi bangsa ini, kan lebih baik, kenapa tidak?
Kita tidak bisa mencapai semua yang kita impikan. Tapi ingat, kita juga tidak akan pernah mencapai yang tidak pernah kita impikan. Miliki target yang ingin dicapai sebanyak-banyaknya. Karena, inilah yang membuat hidup ini ‘seru’.
Anak muda sekarang banyak yang galau. Tahu tidak kenapa? Pada dasarnya, seseorang akan galau (bingung) kalau dia sedang tidak tahu mesti berbuat apa.
Dan, pada umumnya, orang yang tidak tahu harus berbuat apa itu karena dia sedang tidak memiliki tujuan atau mimpi yang ingin dicapai. Kita tidak perlu menguasai semua bidang. Saya tahu apa passion saya, dan saya mengenali betul siapa diri saya. Saya tahu apa kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri saya. Oleh sebab itu, saya tidak pernah ingin menjadi dokter atau pun penyanyi. Saya suka brand management dan juga tantangan.
Saya menguasai leadership, management, dan marketing. Jadi, kalau sekarang saya terus berusaha membesarkan perusahaan-perusahaan yang telah saya rintis, dan sedang menyiapkan sebuah bisnis baru di Jakarta (2013) dan Bali (2014), berarti saya memang berada di rel yang sesuai dengan diri saya.
Saya sadar, dan berharap Anda juga sadar bahwa kita tidak bisa sukses di semua bidang. Tidak ada satu orang pun yang bisa sukses di semua bidang.
Tapi, lantas jangan pernah berpikir bahwa Anda hanya bisa sukses di satu bidang. Kalau bisa sukses di beberapa bidang, kenapa membatasi hanya di satu bidang? See You on Top!
BILLY BOEN
CEO PT YOT Nusantara
Director PT Jakarta International Management (JIM)
Shareholder, Rolling Stone Café
Facebook.com/billyboenYOT
www.youngontop.com
@billyboen
(hyk)