KIP Kuliah untuk Melahirkan Bintang
A
A
A
Ruchman Basori Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI
IKHTIAR menghadirkan negara untuk membantu kalangan kurang mampu secara ekonomi dan berpotensi memiliki akademik bagus terus dilakukan. Kini ikhtiar tersebut memasuki babak baru. Jika semula diwujudkan melalui program Bidikmisi, mulai 2020 akan berganti menjadi Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Secara umum penyelenggaraan program Bidikmisi telah berjalan dengan baik, namun perlu perbaikan dan peningkatan layanan di sana-sini satu di antaranya soal pembinaan peserta program. Pembinaan menjadi titik yang dinilai masih kurang dalam tata kelola Bidikmisi. Jangan sampai relasi antara penerima manfaat dengan pemberi beasiswa seperti ATM. Sudah terima uang berlalu begitu saja nirprestasi dan karya karena nirpembiayaan.
Apa yang dilakukan oleh IAIN Metro dan mungkin juga tengah banyak dilakukan oleh perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) lain menjadi sangat penting untuk memberi makna pembinaan. Kegiatan yang dirancang bersama dengan IKABIM dengan Bidang Kemahasiswaan telah melahirkan pelbagai program yang cukup bagus, yakni Bedah Rumah, Student Mobility Program (SMP), santunan anak yatim, pembangunan karakter, pertemuan mahasiswa Bidikmisi regional Sumatera, dan kegiatan pengembangan diri lainnya seperti qiroatul quran , public speaking , hadrah, entrepreneur , dan desain grafis.
Sekali lagi mungkin di perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI) lain juga sudah dilakukan, bahkan lebih dahsyat lagi. Prinsipnya harus ada program pembinaan yang sistemik agar mereka tumbuh menjadi sarjana yang berkarakter dan berkualitas. Tentu kita ingin menyaksikan kelak mereka menjadi warga masyarakat yang bermanfaat di semua sektor kehidupan.
Dengan demikian, rantai kemiskinan akan terputus dengan lahirnya manusia baru yang kini menjadi sarjana dengan beragam kapasitas. Dengan mengandalkan apa yang disajikan di kampus dari kuliah-kuliah formal saja tidaklah cukup. Bidang Kemahasiswaan harus hadir memberikan perspektif baru dengan beragam program dan kegiatan. Mestinya akan muncul banyak sang juara dari Bidikmisi.
Harapan lain yang dirasa perlu kita dengar yakni agar mahasiswa Bidikmisi tidak eksklusif. Baik dari cara bergaul, mengikuti perkuliahan, hingga sajian-sajian peningkatan kualitas diri. Mereka harus membaur menjadi pribadi yang menarik bersama sivitas akademika lainnya. Mahasiswa Bidikmisi adalah sosok panutan yang bisa diandalkan dalam tata pergaulan akademik sekaligus sosial.
Ya, memang benar, mereka berasal dari kalangan kurang mampu, tetapi bukan menghalangi mereka untuk menjadi yang terbaik, yang paling berbeda, atau yang pertama dalam banyak hal. Karenanya, capaian indeks prestasi kumulatif (IPK) tidak segalanya perlu dilihat pada prestasi yang lebih luas.
KIP Kuliah
Nama lain dari Bidikmisi yang akan diberlakukan pada 2020 adalah Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Ada yang mengistilahkan dengan transformasi Bidikmisi menjadi KIP Kuliah. Secara umum sama, hanya dalam persyaratan penerimaan yang semula berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi dibuktikan dengan surat keterangan kurang mampu dari kelurahan dan dilakukan survei, saat ini diganti kepemilikan kartu Program Indonesia Pintar (PIP) pada saat di SLTA dan boleh diberikan kepada mahasiswa di atasnya (tahun akademik 2019).
Pada anggaran 2020, Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam diberikan mandat 17.565 mahasiswa untuk diberikan studi pada PTKI. Sebanyak 3.000 di antaranya untuk kalangan mahasiswa perguruan tinggi keagamaan Islam swasta. Walau belum sesuai harapan, jumlah ini meningkat signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya 11.000 mahasiswa.
Saat ini sedang disiapkan Pedoman Umum KIP Kuliah yang akan dipergunakan pada perguruan tinggi keagamaan (PTK) dalam binaan Kementerian Agama, yang kemudian akan diturunkan menjadi petunjuk teknis oleh unit Eselon I masing-masing juga PTKIN. Regulasi ini penting untuk menjadi petunjuk dan arah pelaksanaan KIP Kuliah agar lebih baik lagi.
Pelbagai catatan-catatan reflektif perjalanan Bidikmisi, dari mulai sistem seleksi, pendampingan dan pembinaan, hingga pemanfaatan alumni menjadi sesuatu yang tidak boleh terabaikan. Harus ada paradigma baru dan tata kelola baru yang memungkinkan mereka menjadi sang bintang. Dengan demikian, pergantian program Bidikmisi menjadi KIP Kuliah tidak sekadar nama, tetapi juga harus menyentuh pada substansinya. Di sinilah mutu menjadi kata kunci yang harus diletakkan dalam penyelenggaraan. Program KIP Kuliah yang direncanakan akan diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada Maret ini akan mengurangi tangisan anak-anak usia pendidikan tinggi yang sementara ini tidak dapat melanjutkan studi.
Program ini akan menjadi kebanggaan bagi setiap anak bangsa yang mendapatkannya karena kesempatan untuk studi dengan fasilitas negara.
Kisah sukses para penerima manfaat Bidikmisi pada masa lalu dan kini harus dipertahankan, bahkan dengan nama KIP Kuliah harus ditingkatkan. Sekaligus tata kelola pelaksanaan juga harus lebih baik dengan melihat best practices pengelolaan Bidikmisi. KIP Kuliah adalah ruang baru, kesempatan baru untuk mengimplementasikan impian anak bangsa, agar duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan anak-anak bangsa lainnya.
Para pengelola Bidikmisi juga harus semangat dengan keterbatasan yang ada. Saya tahu tidak semua perguruan tinggi penyelenggara (PTP) mempunyai anggaran yang cukup, terutama untuk melakukan pendampingan dan pembinaan. Tetapi, itu akan teratasi dengan semangat dan nilai-nilai perjuangan yang selama ini telah dimiliki.
Di masa yang akan datang, kita akan melihat anak-anak itu telah menjadi sarjana. Bahkan telah berkiprah menjadi kekuatan pembangunan. Sang Bintang atau Sang Juara Kehidupan telah muncul karena satu di antaranya kreasi kita dalam mengelola KIP Kuliah. Bukan sekadar bintang dalam olimpiade, tetapi juga bintang kehidupan karena telah berhasil menambah bobot eksistensi hidup menjadi manusia baru yang bermanfaat.
Prinsip khairuun naas an-fauhum li an-naas menjadi sangat penting. Mahasiswa KIP Kuliah harus memberi manfaat tidak saja untuk diri sendiri, tetapi juga kepada kehidupan kemanusiaan. Menjadi kewajiban semua bahwa mengantarkan mereka menjadi manusia bermanfaat harus dengan kreasi dan inovasi yang dilapisi dengan komitmen tinggi.
Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengatakan KIP Kuliah harus dimaknai sebagai kehadiran negara plus, yaitu negara sudah hadir sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono tinggal sekarang diberikan nilai tambah dengan menciptakan para bintang dan sang juara. Sang Bintang bukan lahir dengan sendirinya, tetapi harus diciptakan. Wallahu a'lam bi al-shawab .
IKHTIAR menghadirkan negara untuk membantu kalangan kurang mampu secara ekonomi dan berpotensi memiliki akademik bagus terus dilakukan. Kini ikhtiar tersebut memasuki babak baru. Jika semula diwujudkan melalui program Bidikmisi, mulai 2020 akan berganti menjadi Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Secara umum penyelenggaraan program Bidikmisi telah berjalan dengan baik, namun perlu perbaikan dan peningkatan layanan di sana-sini satu di antaranya soal pembinaan peserta program. Pembinaan menjadi titik yang dinilai masih kurang dalam tata kelola Bidikmisi. Jangan sampai relasi antara penerima manfaat dengan pemberi beasiswa seperti ATM. Sudah terima uang berlalu begitu saja nirprestasi dan karya karena nirpembiayaan.
Apa yang dilakukan oleh IAIN Metro dan mungkin juga tengah banyak dilakukan oleh perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) lain menjadi sangat penting untuk memberi makna pembinaan. Kegiatan yang dirancang bersama dengan IKABIM dengan Bidang Kemahasiswaan telah melahirkan pelbagai program yang cukup bagus, yakni Bedah Rumah, Student Mobility Program (SMP), santunan anak yatim, pembangunan karakter, pertemuan mahasiswa Bidikmisi regional Sumatera, dan kegiatan pengembangan diri lainnya seperti qiroatul quran , public speaking , hadrah, entrepreneur , dan desain grafis.
Sekali lagi mungkin di perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI) lain juga sudah dilakukan, bahkan lebih dahsyat lagi. Prinsipnya harus ada program pembinaan yang sistemik agar mereka tumbuh menjadi sarjana yang berkarakter dan berkualitas. Tentu kita ingin menyaksikan kelak mereka menjadi warga masyarakat yang bermanfaat di semua sektor kehidupan.
Dengan demikian, rantai kemiskinan akan terputus dengan lahirnya manusia baru yang kini menjadi sarjana dengan beragam kapasitas. Dengan mengandalkan apa yang disajikan di kampus dari kuliah-kuliah formal saja tidaklah cukup. Bidang Kemahasiswaan harus hadir memberikan perspektif baru dengan beragam program dan kegiatan. Mestinya akan muncul banyak sang juara dari Bidikmisi.
Harapan lain yang dirasa perlu kita dengar yakni agar mahasiswa Bidikmisi tidak eksklusif. Baik dari cara bergaul, mengikuti perkuliahan, hingga sajian-sajian peningkatan kualitas diri. Mereka harus membaur menjadi pribadi yang menarik bersama sivitas akademika lainnya. Mahasiswa Bidikmisi adalah sosok panutan yang bisa diandalkan dalam tata pergaulan akademik sekaligus sosial.
Ya, memang benar, mereka berasal dari kalangan kurang mampu, tetapi bukan menghalangi mereka untuk menjadi yang terbaik, yang paling berbeda, atau yang pertama dalam banyak hal. Karenanya, capaian indeks prestasi kumulatif (IPK) tidak segalanya perlu dilihat pada prestasi yang lebih luas.
KIP Kuliah
Nama lain dari Bidikmisi yang akan diberlakukan pada 2020 adalah Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Ada yang mengistilahkan dengan transformasi Bidikmisi menjadi KIP Kuliah. Secara umum sama, hanya dalam persyaratan penerimaan yang semula berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi dibuktikan dengan surat keterangan kurang mampu dari kelurahan dan dilakukan survei, saat ini diganti kepemilikan kartu Program Indonesia Pintar (PIP) pada saat di SLTA dan boleh diberikan kepada mahasiswa di atasnya (tahun akademik 2019).
Pada anggaran 2020, Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam diberikan mandat 17.565 mahasiswa untuk diberikan studi pada PTKI. Sebanyak 3.000 di antaranya untuk kalangan mahasiswa perguruan tinggi keagamaan Islam swasta. Walau belum sesuai harapan, jumlah ini meningkat signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya 11.000 mahasiswa.
Saat ini sedang disiapkan Pedoman Umum KIP Kuliah yang akan dipergunakan pada perguruan tinggi keagamaan (PTK) dalam binaan Kementerian Agama, yang kemudian akan diturunkan menjadi petunjuk teknis oleh unit Eselon I masing-masing juga PTKIN. Regulasi ini penting untuk menjadi petunjuk dan arah pelaksanaan KIP Kuliah agar lebih baik lagi.
Pelbagai catatan-catatan reflektif perjalanan Bidikmisi, dari mulai sistem seleksi, pendampingan dan pembinaan, hingga pemanfaatan alumni menjadi sesuatu yang tidak boleh terabaikan. Harus ada paradigma baru dan tata kelola baru yang memungkinkan mereka menjadi sang bintang. Dengan demikian, pergantian program Bidikmisi menjadi KIP Kuliah tidak sekadar nama, tetapi juga harus menyentuh pada substansinya. Di sinilah mutu menjadi kata kunci yang harus diletakkan dalam penyelenggaraan. Program KIP Kuliah yang direncanakan akan diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada Maret ini akan mengurangi tangisan anak-anak usia pendidikan tinggi yang sementara ini tidak dapat melanjutkan studi.
Program ini akan menjadi kebanggaan bagi setiap anak bangsa yang mendapatkannya karena kesempatan untuk studi dengan fasilitas negara.
Kisah sukses para penerima manfaat Bidikmisi pada masa lalu dan kini harus dipertahankan, bahkan dengan nama KIP Kuliah harus ditingkatkan. Sekaligus tata kelola pelaksanaan juga harus lebih baik dengan melihat best practices pengelolaan Bidikmisi. KIP Kuliah adalah ruang baru, kesempatan baru untuk mengimplementasikan impian anak bangsa, agar duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan anak-anak bangsa lainnya.
Para pengelola Bidikmisi juga harus semangat dengan keterbatasan yang ada. Saya tahu tidak semua perguruan tinggi penyelenggara (PTP) mempunyai anggaran yang cukup, terutama untuk melakukan pendampingan dan pembinaan. Tetapi, itu akan teratasi dengan semangat dan nilai-nilai perjuangan yang selama ini telah dimiliki.
Di masa yang akan datang, kita akan melihat anak-anak itu telah menjadi sarjana. Bahkan telah berkiprah menjadi kekuatan pembangunan. Sang Bintang atau Sang Juara Kehidupan telah muncul karena satu di antaranya kreasi kita dalam mengelola KIP Kuliah. Bukan sekadar bintang dalam olimpiade, tetapi juga bintang kehidupan karena telah berhasil menambah bobot eksistensi hidup menjadi manusia baru yang bermanfaat.
Prinsip khairuun naas an-fauhum li an-naas menjadi sangat penting. Mahasiswa KIP Kuliah harus memberi manfaat tidak saja untuk diri sendiri, tetapi juga kepada kehidupan kemanusiaan. Menjadi kewajiban semua bahwa mengantarkan mereka menjadi manusia bermanfaat harus dengan kreasi dan inovasi yang dilapisi dengan komitmen tinggi.
Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengatakan KIP Kuliah harus dimaknai sebagai kehadiran negara plus, yaitu negara sudah hadir sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono tinggal sekarang diberikan nilai tambah dengan menciptakan para bintang dan sang juara. Sang Bintang bukan lahir dengan sendirinya, tetapi harus diciptakan. Wallahu a'lam bi al-shawab .
(mhd)