Mengembalikan Keadaban Lingkungan

Jum'at, 03 Januari 2020 - 08:00 WIB
Mengembalikan Keadaban Lingkungan
Mengembalikan Keadaban Lingkungan
A A A
Romo Benny Susetyo
Budayawan

BANJIR terjadi di sejumlah wilayah di Jakarta pada Rabu pagi, 1 Januari 2020. Hujan lebat sepanjang malam tahun baru membuat tinggi permukaan pintu air di Jakarta meningkat. Peningkatan banjir dan longsor tersebut tidak lepas dari faktor alam dan manusia. Faktor alam adalah pengaruh perubahan iklim global yang menyebabkan dapur massa uap air bertambah sehingga menjadikan cuaca ekstrem makin sering terjadi. Faktor manusia adalah degradasi lingkungan dan tingginya kerentanan sehingga risiko bencana juga meningkat.

Faktor manusia ini yang lebih dominan menyebabkan banjir dan longsor dibandingkan alam. Banjir dan longsor sesungguhnya tidak lepas dari imbas kerusakan daerah aliran sungai (DAS). Saat ini kerusakan DAS di Indonesia sangat luar biasa. Dari 450 DAS di Indonesia, 118 DAS dalam kondisi kritis. Jika pada 1984 hanya terdapat 22 DAS kritis dan superkritis, pada 1992 meningkat menjadi 29 DAS, 1994 menjadi 39 DAS, 1998 menjadi 42 DAS, 2000 menjadi 58 DAS, 2002 menjadi 60 DAS, dan pada 2007 sekitar 80 DAS yang rusak superkritis dan kritis.

DAS Cimanuk sudah tergolong kritis sejak 1984. Kondisinya makin rusak akibat intervensi manusia yang makin masif merusak DAS. Data ini menunjukkan kerusakan keadaban alam hampir sempurna inilah menyebabkan ekosistem alam terganggu. Tata keseimbangan alam terganggu akibat sistem ekonomi yang eksploitasi maka keadaban alam mengalami kehancuran. Lingkungan hidup menyediakan berbagai kebutuhan manusia serta menentukan dan membentuk kepribadian, budaya, dan pola kehidupan masyarakat. Karena itu, dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia harus memperhatikan tujuan dan dampak yang akan ditimbulkan. Sangatlah penting untuk melindungi sumber daya hayati, melestarikan keanekaan hayati, dan bijak mengelola sumber daya hutan dan laut.

Kesadaran Lingkungan
Kesadaran masyarakat mengenai lingkungan hidup adalah hal penting dewasa ini. Kesadaran ini sesungguhnya bukan sekadar bagaimana menciptakan suasana indah atau bersih, melainkan juga masuk pada kewajiban manusia untuk menghormati hak-hak orang lain, yaitu menikmati keseimbangan alam. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang tidak berpihak kepada kelestarian lingkungan sedini mungkin dapat dihindari. Namun, faktanya pertumbuhan kesadaran tersebut belum terlihat mengingat kondisi lingkungan kita yang hari ini sungguh-sungguh memprihatinkan. Bermacam bencana alam masih terjadi silih berganti. Semakin banyak kawasan Indonesia yang terendam banjir, padahal dahulu termasuk wilayah aman. Banjir yang terkait dengan kerusakan hutan sebagai kawasan resapan, di sisi lain dibarengi makin canggihnya modus para perusak hutan. Inilah jalinan tali-temali yang sulit diurai.

Manusia dan Keserakahan
Menurut Tjokrowinoto (1996), semua kesalahan ini tidak pernah diperhitungkan para pelaku ekonomi yang rakus. Keberhasilan paradigma pertumbuhan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan kerap harus dicapai melalui pengorbanan (at the expense of ) berupa deteriorasi ekologis baik yang berwujud penurunan kesuburan tanah, penyusutan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, maupun desertifikasi. Upaya mewujudkan masyarakat berkelimpahan (affluent society ) ternyata harus disertai dengan pengorbanan yang membahayakan.

Masyarakat kecil di dataran rendah harus menanggung amukan badai banjir lumpur akibat resapan yang sudah tidak lagi memadai. Perkembangan kapitalisme yang semakin tidak tentu arah, terutama berkaitan dengan penyelamatan alam, membuat manusia terus berhadapan dengan berbagai problem lingkungan. Dari hari ke hari, gejala dan bentuk kerusakan alam semakin berkembang tidak terduga.

Andre Gorz (2002) dalam Ekologi dan Krisis Kapitalisme menyatakan, manusia sedang menghadapi situasi kelangkaan sumber daya alam yang semakin meningkat. Solusi dari krisis itu bukan pemulihan ekonomi, melainkan dengan pembalikan logika kapitalisme yang cenderung berorientasi pada penumpukan keuntungan (profit) untuk lebih seimbang antara kebutuhan dan aspek untuk mencapai kebutuhan itu sendiri. Perkembangan kapitalisme yang semakin maju telah melahirkan krisis lingkungan serius karena konsep pembangunan lebih banyak diarahkan oleh logika-logika kapitalisme. Alam diperas untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang tidak henti-hentinya menciptakan teknologi tak ramah lingkungan.

Paus Fransiksus memperingatkan bahwa Tuhan akan menghakimi manusia jika mereka tidak melindungi bumi dan peduli dengan sesama yang menderita. "Bumi ini menyediakan pangan yang cukup bagi semua, tetapi orang tampaknya enggan berbagi dengan sesamanya," kata Paus Fransiskus kepada hadirin saat membuka pertemuan Karitas, sebuah lembaga bantuan Katolik, di Roma. Kita harus melakukan apa yang kita bisa sehingga setiap orang memiliki sesuatu untuk dimakan, tapi kita juga harus ingat Tuhan akan menghakimi kita suatu hari jika kita tidak peduli dengan bumi yang menyediakan makanan bagi setiap orang, jika mereka melakukan apa yang mereka bisa untuk melestarikan lingkungan, maka bumi ini bisa menghasilkan banyak makanan.

Dibutuhkan sebuah gerakan bersama upaya pelestarian lingkungan hidup oleh masyarakat bersama pemerintah. Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan). Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah.

Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus.

Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

Budaya Pancasila
Menjaga kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab setiap individu. Sebenarnya dengan kelestarian dan ekosistem lingkungan hidup mencerminkan budaya Pancasila. Budaya Pancasila mencintai kehidupan dengan menciptakan budaya cinta pada lingkungan dengan cara mengurangi sampah plastik, tidak membuang sampah sembarangan, dan menciptakan budaya bersih lingkungan melalui kerja gotong-royong. Ini momentum kita untuk mengembalikan keadaban lingkungan.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5252 seconds (0.1#10.140)