Radio dan Hoaks
A
A
A
Eddy Koko
Mantan Pemimpin Redaksi Radio Trijaya FM
“Di radio aku dengar lagu kesayanganmu…”
Begitu penyanyi terkenal Gombloh membuka lagunya yang berjudul agakserem, yaituKugadaikan Cintaku. Gombloh memanfaatkan media radio untuk urusan cintanya kepada sang kekasih. Walaupun kemudian Gombloh datang dan melihat kenyataan seperti ini:
“Tetapi mimpi apa aku semalam/Ku lihat engkau duduk berdua/Bercanda mesra dengan seorang pria/Kau cubit, kau peluk,/Kau cium...”
Gombloh langsung loyo, pulang. Apesbener!
ILUSTRASI di atas mengingatkan kita kepada siaran radio sebagai media hiburan. Sebagai media pengingat kenangan. Itu yang terjadi. Tidak banyak yang memandang bahwa radio merupakan salah satu media yang cukup strategis sebagai advokasi, sosialisasi, dan penangkal info tidak benar alias hoaks. Banyak pihak kurang memanfaatkan radio, padahal merupakan media resmi yang cukup efektif dalam menyampaikan pesan dengan cepat ke wilayah yang sulit dijangkau media lain.
Perkembangan zaman begitu pesat, sejatinya, radio dilihat sebagai media yang memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan lainnya. Jika dahulu orang mendengar radio menggunakan alat penerima siaran dalam bentuk besar, seperti radio transistor dan lainnya, sekarang lebih kecil. Siaran radio sekarang bisa didengar melalui pesawat telepon genggam (smartphone) dalam bentukstreamingmaupun manual. Jika dahulu kala tidak banyak orang memiliki alat penerima radio, sekarang mayoritas mudah mendapatkan. Banyak orang memilikismartphonedan melalui alat ini bisa mendengarkan siaran radio. Maka, bisa dikatakan radio masa kini lebih mudah dan luas menjangkau masyarakat.
Maju tidaknya perusahaan radio tergantung seberapa besar kreativitas pengelolanya. Terbukti masih banyak acara radio pada hari ini diminati orang dan mereka bukan melulu “orang lama”, tetapi anak muda yang hidup dalam era digital. Menganggap media radio adalah kuno sehingga tidak layak didengar adalah salah. Kebanyakan yang kuno adalah pengelolanya, tidak mengikuti zaman, tidak mampu mengikuti selera atau keinginan masyarakat sehingga ditinggalkan pendengar.
Penangkal Hoaks
Era keterbukaan informasi dan kemajuan teknologi saat ini berdampak pada begitu derasnya arus informasi yang diterima oleh masyarakat. Penyebar berita terbesar saat ini bukan hanya dilakukan oleh wartawan seperti yang masyarakat mengenal selama ini. Tetapi, masyarakat awam pun sekarang dapat ikutan menjadi penyebar berita dan jumlahnya cukup banyak serta lebih cepat dibandingkan wartawan. Kalah cepat karena wartawan harus mengolah informasi terlebih dahulu dari segi tata bahasa, kepastian (check & recheck), dan sebagainya sebelum dipublikasikan. Sementara mereka yang bukan wartawan bablas menyiarkan tanpa proses konfirmasi. Itu yang sekarang banyak terjadi kemudian menimbulkan masalah hukum.
Pada masyarakat yang memiliki tingkat intelektualitas cukup serta bijak dalam mencerna informasi dan menanggapi informasi, tentu akan berhati-hati sebelum menyebarkan informasi yang ia terima. Namun, tidak sedikit orang terjebak pada emosinya, yaitu hanya membaca judul langsung menyebarkan informasi yang diterimanya melalui berbagai saluran media sosial. Mereka tidak melakukancheck & rechekterkait akurasi informasi peristiwa yang diterimanya.
Kemajuan teknologi dan kemudahan membuat media berita, khususnyaonline(daring), banyak berpengaruh pada maraknya informasi hoaks yang tersebar di masyarakat. Apalagi, banyak media daring sekadar mengejarratingAlexa dan meraupclickeriklan Adsense (program kerja sama iklan media internet) dengan menghadirkan berita-berita heboh yang sedang menjadi perbincangan di masyarakat. Kondisi seperti itulah yang membuat banyak media berita, akhirnya, terjebak dalam arus penyebaran informasi salah atau hoaks.
Dalam satu kesempatan, pernah seorang narasumber mengungkapkan dirinya lebih senang diwawancarai media radio. Apa pasal? Masih menurut sang narasumber, berita radio sangat simpel, namun autentik. Beritanya ringkas, mudah dipahami, dan jauh dari kalimat-kalimat “pelintir” serta terhindar dari rekayasa adegan.
Pernyataan itu sepertinya cukup beralasan jika melihat hasil riset Masyarakat Telekomunikasi (MASTEL) belum lama ini. Riset tersebut menempatkan radio sebagai media dengan persentase terkecil dalam kategori Media Penyebar Hoaks, yaitu hanya 1,2% di bawah media cetak yang 5% dan televisi 8,7%. Tingkat terbesar penyebar hoaks, menurut Mastel, media sosial mencapai 92% dan aplikasichatting62,80 % serta situs web 34,90%. Lewat penelitian ini terlihat media resmi seperti radio televisi serta cetak kecil persentasenya dalam menyebarkan hoaks. Boleh jadi itu karena keteledoran bagian redaksi, tetapi bukan pada niatan mencari keuntungan dari hoaks.
Peran Radio
Pada proses berita radio, umumnya, disampaikan langsung narasumber dalam bentuk siaran langsung atau rekaman. Informasi yang keluar dari pengeras suara radio merupakan asli suara narasumber yang langsung disampaikannya. Itu sebabnya, ada penilaian berita radio cenderung lebih natural dan objektif serta informatif. Karena berita radio menggunakankata-kata, nada, dan suara serta gaya bicara yang tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi maka objektivitas berita terjamin dan enak didengar. Itu ada pada penyampaian berita radio dalam bentuk reportase maupuntalkshowdan lainnya.
Sebelum maraknya istilahcitizen journalism, sebetulnya, radio sudah melakukan konsep tersebut, yaitu dalam kasus pendengar radio saling berinteraksi,bertukar informasi, atau saling koreksi. Berita atau informasi yang disiarkan tetapi tidak jelas kebenarannya, biasanya, langsung mendapat respons pendengar lainnya dengan meluruskan informasi tersebut sehingga koreksi atas informasi salah yang sempat mengudara bisa langsung diantisipasi pendengar lainnya yang lebih mengetahui peristiwa sebenarnya. Media radio merupakan salah satu media massa bersifat dua arah, di mana pendengar bisa menyampaikan pendapat atau koreksi secara langsung pada saat itu juga. Ketika terjadi kesalahan informasi yang diberitakan maka radio mampu langsung mengoreksinya.
Pada era yang begitu terbuka, informasi berseliweran di masyarakat luas, di mana 50% penggunasmartphoneadalah lulusan SD (Buku Democratic Policing hlm 10) maka berita hoaks cenderung semakin mudah tersebar. Dampaknya, akhir-akhir ini, bisa dirasakan dan diketahui masyarakat luas sehingga menimbulkan kegaduhan dan mengakibatkan banyak hal terganggu. Masyarakat dan pemerintahantersita perhatiannya untuk sesuatu yang tidak ada guna dan melelahkan.
Melihat sifat media radio yang cepat, mampu menjangkau wilayah luas, memiliki siaran menyenangkan, dan dikenal juga sebagai media personal maka pemanfaatan media radio sebagai salah satu alat penangkal hoaks perlu ditingkatkan. Tidak tepat jika ada pihak menilai radio sebagai media kuno. Sosialisasi dari lembaga pemerintahan ada baiknya memanfaatkan media radio terutama jika muncul keresahan akibat penyebaran hoaks.
Mungkin ada juga yang menilai citra radio sebagai media pemberitaan semakin memudar. Tetapi, tidak bisa dimungkiri radio masih kental dengan nilai-nilai kejujuran. Kejujuran dari insan media, kejujuran pendengar, dan kejujuran sumber berita.
Mantan Pemimpin Redaksi Radio Trijaya FM
“Di radio aku dengar lagu kesayanganmu…”
Begitu penyanyi terkenal Gombloh membuka lagunya yang berjudul agakserem, yaituKugadaikan Cintaku. Gombloh memanfaatkan media radio untuk urusan cintanya kepada sang kekasih. Walaupun kemudian Gombloh datang dan melihat kenyataan seperti ini:
“Tetapi mimpi apa aku semalam/Ku lihat engkau duduk berdua/Bercanda mesra dengan seorang pria/Kau cubit, kau peluk,/Kau cium...”
Gombloh langsung loyo, pulang. Apesbener!
ILUSTRASI di atas mengingatkan kita kepada siaran radio sebagai media hiburan. Sebagai media pengingat kenangan. Itu yang terjadi. Tidak banyak yang memandang bahwa radio merupakan salah satu media yang cukup strategis sebagai advokasi, sosialisasi, dan penangkal info tidak benar alias hoaks. Banyak pihak kurang memanfaatkan radio, padahal merupakan media resmi yang cukup efektif dalam menyampaikan pesan dengan cepat ke wilayah yang sulit dijangkau media lain.
Perkembangan zaman begitu pesat, sejatinya, radio dilihat sebagai media yang memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan lainnya. Jika dahulu orang mendengar radio menggunakan alat penerima siaran dalam bentuk besar, seperti radio transistor dan lainnya, sekarang lebih kecil. Siaran radio sekarang bisa didengar melalui pesawat telepon genggam (smartphone) dalam bentukstreamingmaupun manual. Jika dahulu kala tidak banyak orang memiliki alat penerima radio, sekarang mayoritas mudah mendapatkan. Banyak orang memilikismartphonedan melalui alat ini bisa mendengarkan siaran radio. Maka, bisa dikatakan radio masa kini lebih mudah dan luas menjangkau masyarakat.
Maju tidaknya perusahaan radio tergantung seberapa besar kreativitas pengelolanya. Terbukti masih banyak acara radio pada hari ini diminati orang dan mereka bukan melulu “orang lama”, tetapi anak muda yang hidup dalam era digital. Menganggap media radio adalah kuno sehingga tidak layak didengar adalah salah. Kebanyakan yang kuno adalah pengelolanya, tidak mengikuti zaman, tidak mampu mengikuti selera atau keinginan masyarakat sehingga ditinggalkan pendengar.
Penangkal Hoaks
Era keterbukaan informasi dan kemajuan teknologi saat ini berdampak pada begitu derasnya arus informasi yang diterima oleh masyarakat. Penyebar berita terbesar saat ini bukan hanya dilakukan oleh wartawan seperti yang masyarakat mengenal selama ini. Tetapi, masyarakat awam pun sekarang dapat ikutan menjadi penyebar berita dan jumlahnya cukup banyak serta lebih cepat dibandingkan wartawan. Kalah cepat karena wartawan harus mengolah informasi terlebih dahulu dari segi tata bahasa, kepastian (check & recheck), dan sebagainya sebelum dipublikasikan. Sementara mereka yang bukan wartawan bablas menyiarkan tanpa proses konfirmasi. Itu yang sekarang banyak terjadi kemudian menimbulkan masalah hukum.
Pada masyarakat yang memiliki tingkat intelektualitas cukup serta bijak dalam mencerna informasi dan menanggapi informasi, tentu akan berhati-hati sebelum menyebarkan informasi yang ia terima. Namun, tidak sedikit orang terjebak pada emosinya, yaitu hanya membaca judul langsung menyebarkan informasi yang diterimanya melalui berbagai saluran media sosial. Mereka tidak melakukancheck & rechekterkait akurasi informasi peristiwa yang diterimanya.
Kemajuan teknologi dan kemudahan membuat media berita, khususnyaonline(daring), banyak berpengaruh pada maraknya informasi hoaks yang tersebar di masyarakat. Apalagi, banyak media daring sekadar mengejarratingAlexa dan meraupclickeriklan Adsense (program kerja sama iklan media internet) dengan menghadirkan berita-berita heboh yang sedang menjadi perbincangan di masyarakat. Kondisi seperti itulah yang membuat banyak media berita, akhirnya, terjebak dalam arus penyebaran informasi salah atau hoaks.
Dalam satu kesempatan, pernah seorang narasumber mengungkapkan dirinya lebih senang diwawancarai media radio. Apa pasal? Masih menurut sang narasumber, berita radio sangat simpel, namun autentik. Beritanya ringkas, mudah dipahami, dan jauh dari kalimat-kalimat “pelintir” serta terhindar dari rekayasa adegan.
Pernyataan itu sepertinya cukup beralasan jika melihat hasil riset Masyarakat Telekomunikasi (MASTEL) belum lama ini. Riset tersebut menempatkan radio sebagai media dengan persentase terkecil dalam kategori Media Penyebar Hoaks, yaitu hanya 1,2% di bawah media cetak yang 5% dan televisi 8,7%. Tingkat terbesar penyebar hoaks, menurut Mastel, media sosial mencapai 92% dan aplikasichatting62,80 % serta situs web 34,90%. Lewat penelitian ini terlihat media resmi seperti radio televisi serta cetak kecil persentasenya dalam menyebarkan hoaks. Boleh jadi itu karena keteledoran bagian redaksi, tetapi bukan pada niatan mencari keuntungan dari hoaks.
Peran Radio
Pada proses berita radio, umumnya, disampaikan langsung narasumber dalam bentuk siaran langsung atau rekaman. Informasi yang keluar dari pengeras suara radio merupakan asli suara narasumber yang langsung disampaikannya. Itu sebabnya, ada penilaian berita radio cenderung lebih natural dan objektif serta informatif. Karena berita radio menggunakankata-kata, nada, dan suara serta gaya bicara yang tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi maka objektivitas berita terjamin dan enak didengar. Itu ada pada penyampaian berita radio dalam bentuk reportase maupuntalkshowdan lainnya.
Sebelum maraknya istilahcitizen journalism, sebetulnya, radio sudah melakukan konsep tersebut, yaitu dalam kasus pendengar radio saling berinteraksi,bertukar informasi, atau saling koreksi. Berita atau informasi yang disiarkan tetapi tidak jelas kebenarannya, biasanya, langsung mendapat respons pendengar lainnya dengan meluruskan informasi tersebut sehingga koreksi atas informasi salah yang sempat mengudara bisa langsung diantisipasi pendengar lainnya yang lebih mengetahui peristiwa sebenarnya. Media radio merupakan salah satu media massa bersifat dua arah, di mana pendengar bisa menyampaikan pendapat atau koreksi secara langsung pada saat itu juga. Ketika terjadi kesalahan informasi yang diberitakan maka radio mampu langsung mengoreksinya.
Pada era yang begitu terbuka, informasi berseliweran di masyarakat luas, di mana 50% penggunasmartphoneadalah lulusan SD (Buku Democratic Policing hlm 10) maka berita hoaks cenderung semakin mudah tersebar. Dampaknya, akhir-akhir ini, bisa dirasakan dan diketahui masyarakat luas sehingga menimbulkan kegaduhan dan mengakibatkan banyak hal terganggu. Masyarakat dan pemerintahantersita perhatiannya untuk sesuatu yang tidak ada guna dan melelahkan.
Melihat sifat media radio yang cepat, mampu menjangkau wilayah luas, memiliki siaran menyenangkan, dan dikenal juga sebagai media personal maka pemanfaatan media radio sebagai salah satu alat penangkal hoaks perlu ditingkatkan. Tidak tepat jika ada pihak menilai radio sebagai media kuno. Sosialisasi dari lembaga pemerintahan ada baiknya memanfaatkan media radio terutama jika muncul keresahan akibat penyebaran hoaks.
Mungkin ada juga yang menilai citra radio sebagai media pemberitaan semakin memudar. Tetapi, tidak bisa dimungkiri radio masih kental dengan nilai-nilai kejujuran. Kejujuran dari insan media, kejujuran pendengar, dan kejujuran sumber berita.
(pur)