Trisula Kemajuan: Pemuda, Pendidikan, dan Perdesaan

Selasa, 06 Agustus 2019 - 08:05 WIB
Trisula Kemajuan: Pemuda, Pendidikan, dan Perdesaan
Trisula Kemajuan: Pemuda, Pendidikan, dan Perdesaan
A A A
Dito Ariotedjo
Ketua Umum Angkatan Muda Pembaruan Indonesia, Ketua DPP Partai Golkar

JAYABAYA pernah meramalkan kehadiran seorang dewa berbadan manusia bersenjatakan Trisula Wedha di masa depan. Dewa tersebut menjelma menjadi satrio piningit : seorang ksatria yang menyembunyikan diri. Jayabaya menyebut tiga unsur dan makna Trisula Wedha yakni "benar, lurus, jujur". Dan saya percaya, pemegang trisula ini sejatinya bukan individu, melainkan masyarakat yang berdaya.

Terlepas percaya atau tidak dengan ramalan Jayabaya tersebut, kita dapat memetik pesan moralnya bahwa masa depan perlu disambut dengan "benar, lurus, jujur" pula. Semangat tersebut perlu dijaga, ditularkan dan dilestarikan oleh bangsa kita sebagai pedoman moral.

Pedoman moral tersebut adalah kompas bagi perilaku masyarakat bermartabat, beradab, dan terbuka. Oleh karena itu, kita perlu menetapkan cara untuk menentukan siapa, bagaimana, dan di mana? Semua ini harus dimulai dan dibangun untuk kemajuan Indonesia.

Perkuat Pemuda
Indonesia sedang mengalami transisi demografi di mana peningkatan jumlah penduduk usia kerja (PUK) yang sangat potensial untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional sedang berlangsung. Namun, solusinya tidak akan datang secara otomatis dan gratis, perlu upaya dan biaya, untuk menyulap fenomena ledakan penduduk menjadi bonus demografi yang berkualitas, bukan malah menjadi depresi demografi.

Sampai hari ini, kita masih dihantui oleh defisit talenta muda pada sektor wirausaha, pertanian, peternakan, perikanan, hingga kelautan. Belum lagi, proses prekariatisasi pada sektor jasa. pengangguran terpelajar yang meningkat, hingga krisis keterampilan karena terdisrupsi oleh kemajuan teknologi.

Untuk mencegah depresi demografi, pemerintah, swasta dan kelompok masyarakat sipil perlu membangun public private partnership (PPP) dalam rangka memperkuat generasi muda Indonesia: generasi milenial maupun generasi Z dengan cara beberapa cara.

Pertama
, fokus pada program kesehatan dengan memastikan kecukupan gizi dan pangan. Kedua, memperkuat program perawatan kesehatan preventif dan pelayanan kesehatan promotif agar anak muda memiliki gaya hidup sehat dan produktif. Ketiga, meningkatkan keterampilan dan talenta generasi muda agar mampu mengadopsi dan beradaptasi dengan kebutuhan industri 4.0. Keempat, perluas kesetaraan dan kesempatan kerja dengan sistem yang inklusif: ramah anak muda, ramah gender, ramah difabel.

Semua ini penting agar PUK, terutama dari kalangan generasi muda, dapat terserap dan memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Menyiapkan talenta generasi muda yang bermutu dan berkualitas dari segi kesehatan, kecerdasan dan keterampilan memerlukan investasi besar dan perlu dikawal ketat bahkan sejak SDM tersebut masih di dalam kandungan hingga memasuki dunia kerja. Upaya-upaya ini perlu ditopang oleh sistem tata kelola yang baik, cepat dan sederhana, untuk memudahkan para stakeholder berkontribusi dalam pembangunan sumber daya pemuda, di masa mendatang.

Perluas Pendidikan
Sistem pendidikan merupakan cerminan dari sistem sosial sebuah bangsa. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan masa depan negara secara umum dan keberhasilan individu secara khusus. Dalam pandangan saya, pendidikan merupakan sarana transformasi sosial yang dapat menstimulusi generasi muda untuk bergerak maju. Maka menjadi penting, menentukan kebutuhan dan keterampilan apa saja yang dibutuhkan agar kurikulum pendidikan bisa kompatibel dengan semangat zaman yang mulai berlari cepat ini.

Perlu diakui bersama, bahwa akses pendidikan kita lebih baik jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dengan program SD inpres, wajib belajar, Kartu Indonesia Pintar dan bantuan pemerintah lainnya berhasil meningkatkan kuantitas angka partisipasi sekolah. Namun, dari sisi kualitas, sayangnya, peningkatan akses tidak seiring dengan peningkatan keterampilan. Tentu masalah ini perlu mendapatkan perhatian lebih serius.

Bagi saya, pendidikan bukan hanya tugas negara, melainkan juga menjadi tanggung jawab keluarga. Di sini saya ingin memperluas makna pendidikan, yang tidak terbatas pada lembaga-lembaga formal. Pendidikan orang tua kepada anak akan memengaruhi keberhasilan anak untuk menjalani kehidupan saat dewasa nanti. Pendidikan oleh orang tua akan menjadi faktor penentu pembentukan karakter anak. Karena kemampuan orang tua berdimensi hereditas, atau diwariskan kepada anaknya, pada umumnya berupa kemampuan intelektual (IQ) dan kemampuan emosional (EQ).

Dua unsur ini yang akan memengaruhi kemampuan anak di sekolah maupun di pekerjaan. Dalam hal ini, pemerintah dengan kebijakannya perlu menjamin terciptanya program-program pendidikan, pembangunan dan ketahanan keluarga sebagai arus utama peningkatan talenta sumber daya manusia berkualitas, pada unit yang paling kecil.

Pemerintah juga perlu membantu para orang tua untuk memahami bahwa industri 4.0 memiliki dampak yang besar bagi kehidupan anaknya hari ini. Dengan demikian, orang tua akan mengerti pentingnya meningkatkan lifeskill anaknya untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan cara mengalokasikan lebih banyak waktu dan materi untuk mendidik anak, dan bersama-sama menciptakan lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang remaja.

Transformasi Perdesaan

Urbanisasi anak muda berkaitan erat dengan sentralisasi pembangunan di wilayah perkotaan. Kaitan antara urbanisasi anak muda dan pembangunan merupakan relasi yang kompleks. Misalnya, pembangunan dan mekanisasi pertanian di perdesaan sering tidak seiring dengan penurunan angka urbanisasi. Karena dengan adanya mekanisasi pertanian melalui penggunaan traktor dan alat panen lainnya dapat menurunkan permintaan tenaga kerja perdesaan, menciptakan ketiadaan lapangan pekerjaan dan mengurangi lahan yang dapat digarap, akhirnya menstimulusi anak muda mencari kerja ke kota.

Dapat dikatakan, urbanisasi anak muda lebih didorong oleh rasionalitas ekonomi, pilihan untuk berpindah dari daerah miskin menuju daerah kaya adalah demi mencapai status ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup. Menariknya, dari berbagai studi kependudukan, menunjukkan, bahwa dengan masuknya listrik ke desa malah bisa menahan anak muda untuk tidak melakukan urbanisasi. Karena ketersediaan listrik dapat meningkatkan produktivitas dan membuka lapangan pekerjaan baru di desa. Penelitian ini sebaiknya juga dikembangkan, pada hubungan penetrasi teknologi digital di desa dengan mobilisasi penduduk milenial.

Untuk menanggulangi dilema tersebut, saya menyarankan untuk mendorong perangkat desa berkolaborasi dengan anak muda memanfaatkan dana desa untuk melakukan optimalisasi badan usaha milik desa (BUMDes) dalam pemanfaatan teknologi industri 4.0 secara tepat guna. Harapannya, dengan dilibatkannya anak muda dalam proses pembangunan desa, akan terjadi transformasi paradigma dari agraris konvensional menjadi industrialisasi desa: agrobisnis, wisata, kuliner, dan produk unggulan desa lainnya. Banyak cerita sukses BUMDes yang berhasil, karena melibatkan dan memperdayakan anak muda, tentunya hal ini membuat generasi muda semakin betah tinggal di desa.

Dan, yang paling penting menurut saya, BUMDes juga perlu membangun sarana dan menjadi tempat pelatihan talenta desa, dan program Akademi Desa 4.0 dari Kemendes PDTT, harus menjadi ujung tombak dalam mencetak generasi muda desa yang maju dan mandiri. Pemuda, pendidikan, dan perdesaan adalah ketiga unsur penting bagi kemajuan Indonesia di masa sekarang dan mendatang. Pemuda adalah agen utama kemajuan, pendidikan adalah sarana agar masyarakat berpikir maju, dan perdesaan adalah fondasi untuk menuju Indonesia maju. Ketiga unsur ini, saya rajut dalam istilah, Trisula Kemajuan.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1164 seconds (0.1#10.140)