Dilema Zero Sum Game Pascapilpres
A
A
A
Sahara
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM-IPB dan Associate Professor Adelaide University
PEMILIHAN presiden (pilpres) yang diikuti dua calon presiden baru saja selesai diselenggarakan di Indonesia. Pesta demokrasi tersebut telah menguras sumber daya modal dan tenaga kerja yang besar serta telah memasuki tahapan penghitungan suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Siapa pun pemenangnya diharapkan bisa membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik dan bisa memberikan keadilan kepada seluruh lapisan masyarakat, terlepas dari perbedaan pilihan ketika pemilu berlangsung. Namun ada sebagian kalangan yang mengkhawatirkan bahwa setelah pemilu selesai diselenggarakan, fenomena zero sum game akan terjadi dan hanya akan menguntungkan masyarakat pendukung presiden terpilih.
Zero Sum Game
Dalam game theory, permainan zero sum game mengacu pada suatu kondisi di mana keuntungan yang diperoleh satu orang (satu kelompok) menyebabkan kerugian untuk orang lain (kelompok lain) dalam jumlah yang sama. Efek bersih atau total untuk semua orang yang terlibat dalam permainan adalah nol. Permainan poker merupakan salah satu contoh dari zero sum game di mana uang taruhan yang diperoleh oleh si pemenang bersumber dari pihak yang kalah. Contoh lainnya adalah pertandingan olahraga, adanya juara menunjukkan adanya pihak yang telah dikalahkan.
Dalam konteks yang luas, zero sum game juga berlaku di berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi politik. Dalam konteks ini politik dan ekonomi diibaratkan sebuah pertandingan di mana suatu kelompok hanya bisa mendapat kemenangan bila ada kelompok lain yang kalah. Bagi kelompok yang menang, mereka merasa memiliki akses yang lebih baik dalam melakukan negosiasi dengan penguasa bila dibandingkan dengan kelompok yang kalah. Bagi kelompok yang kalah, mereka akan menjadi pengkritik sejati di mana apa pun yang dilakukan oleh pemerintah tidak ada satu pun yang benar di mata mereka.
Pada kondisi zero sum game, tidak ada ruang untuk kepentingan bersama. Dalam konteks berbangsa, pengelompokan pemenang dan pecundang tentu saja akan merugikan negara secara keseluruhan. Alih-alih melakukan kerja sama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, kedua kelompok masyarakat malah sibuk mencurahkan energinya untuk mencapai kepentingan kelompok masing-masing.
Strategi Win-Win Solution
Kekalahan dan kemenangan calon presiden seyogianya bisa diterima dengan legawa oleh kedua kelompok masyarakat. Pascapilpres, presiden terpilih memiliki kewajiban untuk memobilisasi kedua kelompok tersebut terlepas dari perbedaan pilihan mereka sebelum pemilu dilaksanakan. Presiden terpilih harus bisa menempatkan dirinya sebagai presiden semua lapisan masyarakat Indonesia, bukan hanya presiden kelompok masyarakat yang menjadi pendukung presiden terpilih tersebut, tetapi juga presiden bagi masyarakat yang tidak memilih. Demikian juga bagi pihak yang kalah, baik di level elite maupun akar rumput, harus bisa legawa dengan menerima kenyataan bahwa presiden terpilih adalah pemimpin mereka yang tentu saja harus diberi kesempatan untuk memimpin bangsa Indonesia dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
Tujuan pembangunan nasional kita adalah mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang positif sehingga penyerapan tenaga kerja dapat dilakukan lebih optimal dan terjangkaunya harga-harga kebutuhan pokok. Kita bangsa Indonesia menginginkan standar kehidupan yang lebih baik, tidak hanya di masa sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Bagi presiden terpilih, kemenangan harus dijadikan sebagai peluang untuk memegang kendali dan mendorong bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut.
Bagaimana agar kedua kelompok masyarakat tidak harus merasa menjadi bagian kelompok menang-kalah? Presiden terpilih harus bisa melepaskan atribut-atribut yang mencirikan kedua kelompok masyarakat tersebut. Ketika presiden terpilih resmi dilantik, tim sukses dan sukarelawan dari kedua kubu semuanya harus dibubarkan sehingga masyarakat tidak lagi dikotak-kotakkan ke dalam dua kubu.
Ketika tidak ada lagi pengotak-ngotakan tersebut, kebijakan-kebijakan ekonomi bisa dilakukan tanpa menguntungkan partai dan kelompok masyarakat tertentu. Kebijakan ekonomi yang diambil Presiden dan jajarannya harus berdasarkan profesionalitas, tidak hanya menguntungkan tim sukses dan relawannya. Misalnya kebijakan kuota impor pangan, tentu saja harus diberikan kepada pihak yang memang memiliki kapasitas mengimpor pangan secara efisien dengan harga jual di dalam negeri yang kompetitif. Contoh lain adalah di bidang pembangunan infrastruktur (bendungan, jembatan, jalan, dll) yang harus dialokasikan kepada daerah-daerah yang memang membutuhkan, bukan dibangun di daerah-daerah kantong pendukung presiden terpilih.
Namun penting juga untuk dicatat, walaupun pengotakan masyarakat telah tiada, kebijakan yang dilakukan pemerintah kemungkinan besar tetap menimbulkan trade off, yaitu adanya pihak yang menang dan kalah. Dengan kata lain zero sum game masih bisa berlaku. Hanya saja pihak yang menang (memperoleh manfaat positif) dari adanya kebijakan tersebut tidak harus selalu merupakan pihak pendukung presiden terpilih dan pihak yang kalah (mendapat manfaat negatif) atau tidak selalu berasal dari kelompok yang kalah.
Pada konteks inilah peran pemerintah diperlukan, yaitu sebagai pihak yang bisa meminimalkan kerugian yang dialami kelompok yang mendapatkan manfaat negatif dari pemberlakuan suatu kebijakan. Misalnya pemberian izin pembangunan kawasan perumahan oleh pengusaha tentu saja akan menguntungkan perusahaan perumahan tersebut, tetapi bisa berdampak negatif bagi lingkungan masyarakat sekitar perumahan, yaitu berkurangnya daerah serapan air. Dalam hal ini pemerintah bisa mewajibkan perusahaan untuk menjaga daerah resapan air atau menyediakan sumber mata air yang bersih bagi masyarakat yang terdampak dari pembangunan tersebut. Dengan demikian dampak negatif tersebut bisa diminimalkan.
Sudah menjadi kewajiban presiden terpilih untuk membawa masyarakat Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Lagipula dalam game theory juga berlaku non-zero sum game, yaitu win-win solution dan lose-lose solution. Strategi win-win solution di mana semua elemen bangsa di bawah komando presiden terpilih bekerja sama untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik adalah strategi yang sangat dianjurkan.
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM-IPB dan Associate Professor Adelaide University
PEMILIHAN presiden (pilpres) yang diikuti dua calon presiden baru saja selesai diselenggarakan di Indonesia. Pesta demokrasi tersebut telah menguras sumber daya modal dan tenaga kerja yang besar serta telah memasuki tahapan penghitungan suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Siapa pun pemenangnya diharapkan bisa membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik dan bisa memberikan keadilan kepada seluruh lapisan masyarakat, terlepas dari perbedaan pilihan ketika pemilu berlangsung. Namun ada sebagian kalangan yang mengkhawatirkan bahwa setelah pemilu selesai diselenggarakan, fenomena zero sum game akan terjadi dan hanya akan menguntungkan masyarakat pendukung presiden terpilih.
Zero Sum Game
Dalam game theory, permainan zero sum game mengacu pada suatu kondisi di mana keuntungan yang diperoleh satu orang (satu kelompok) menyebabkan kerugian untuk orang lain (kelompok lain) dalam jumlah yang sama. Efek bersih atau total untuk semua orang yang terlibat dalam permainan adalah nol. Permainan poker merupakan salah satu contoh dari zero sum game di mana uang taruhan yang diperoleh oleh si pemenang bersumber dari pihak yang kalah. Contoh lainnya adalah pertandingan olahraga, adanya juara menunjukkan adanya pihak yang telah dikalahkan.
Dalam konteks yang luas, zero sum game juga berlaku di berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi politik. Dalam konteks ini politik dan ekonomi diibaratkan sebuah pertandingan di mana suatu kelompok hanya bisa mendapat kemenangan bila ada kelompok lain yang kalah. Bagi kelompok yang menang, mereka merasa memiliki akses yang lebih baik dalam melakukan negosiasi dengan penguasa bila dibandingkan dengan kelompok yang kalah. Bagi kelompok yang kalah, mereka akan menjadi pengkritik sejati di mana apa pun yang dilakukan oleh pemerintah tidak ada satu pun yang benar di mata mereka.
Pada kondisi zero sum game, tidak ada ruang untuk kepentingan bersama. Dalam konteks berbangsa, pengelompokan pemenang dan pecundang tentu saja akan merugikan negara secara keseluruhan. Alih-alih melakukan kerja sama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, kedua kelompok masyarakat malah sibuk mencurahkan energinya untuk mencapai kepentingan kelompok masing-masing.
Strategi Win-Win Solution
Kekalahan dan kemenangan calon presiden seyogianya bisa diterima dengan legawa oleh kedua kelompok masyarakat. Pascapilpres, presiden terpilih memiliki kewajiban untuk memobilisasi kedua kelompok tersebut terlepas dari perbedaan pilihan mereka sebelum pemilu dilaksanakan. Presiden terpilih harus bisa menempatkan dirinya sebagai presiden semua lapisan masyarakat Indonesia, bukan hanya presiden kelompok masyarakat yang menjadi pendukung presiden terpilih tersebut, tetapi juga presiden bagi masyarakat yang tidak memilih. Demikian juga bagi pihak yang kalah, baik di level elite maupun akar rumput, harus bisa legawa dengan menerima kenyataan bahwa presiden terpilih adalah pemimpin mereka yang tentu saja harus diberi kesempatan untuk memimpin bangsa Indonesia dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
Tujuan pembangunan nasional kita adalah mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang positif sehingga penyerapan tenaga kerja dapat dilakukan lebih optimal dan terjangkaunya harga-harga kebutuhan pokok. Kita bangsa Indonesia menginginkan standar kehidupan yang lebih baik, tidak hanya di masa sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Bagi presiden terpilih, kemenangan harus dijadikan sebagai peluang untuk memegang kendali dan mendorong bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut.
Bagaimana agar kedua kelompok masyarakat tidak harus merasa menjadi bagian kelompok menang-kalah? Presiden terpilih harus bisa melepaskan atribut-atribut yang mencirikan kedua kelompok masyarakat tersebut. Ketika presiden terpilih resmi dilantik, tim sukses dan sukarelawan dari kedua kubu semuanya harus dibubarkan sehingga masyarakat tidak lagi dikotak-kotakkan ke dalam dua kubu.
Ketika tidak ada lagi pengotak-ngotakan tersebut, kebijakan-kebijakan ekonomi bisa dilakukan tanpa menguntungkan partai dan kelompok masyarakat tertentu. Kebijakan ekonomi yang diambil Presiden dan jajarannya harus berdasarkan profesionalitas, tidak hanya menguntungkan tim sukses dan relawannya. Misalnya kebijakan kuota impor pangan, tentu saja harus diberikan kepada pihak yang memang memiliki kapasitas mengimpor pangan secara efisien dengan harga jual di dalam negeri yang kompetitif. Contoh lain adalah di bidang pembangunan infrastruktur (bendungan, jembatan, jalan, dll) yang harus dialokasikan kepada daerah-daerah yang memang membutuhkan, bukan dibangun di daerah-daerah kantong pendukung presiden terpilih.
Namun penting juga untuk dicatat, walaupun pengotakan masyarakat telah tiada, kebijakan yang dilakukan pemerintah kemungkinan besar tetap menimbulkan trade off, yaitu adanya pihak yang menang dan kalah. Dengan kata lain zero sum game masih bisa berlaku. Hanya saja pihak yang menang (memperoleh manfaat positif) dari adanya kebijakan tersebut tidak harus selalu merupakan pihak pendukung presiden terpilih dan pihak yang kalah (mendapat manfaat negatif) atau tidak selalu berasal dari kelompok yang kalah.
Pada konteks inilah peran pemerintah diperlukan, yaitu sebagai pihak yang bisa meminimalkan kerugian yang dialami kelompok yang mendapatkan manfaat negatif dari pemberlakuan suatu kebijakan. Misalnya pemberian izin pembangunan kawasan perumahan oleh pengusaha tentu saja akan menguntungkan perusahaan perumahan tersebut, tetapi bisa berdampak negatif bagi lingkungan masyarakat sekitar perumahan, yaitu berkurangnya daerah serapan air. Dalam hal ini pemerintah bisa mewajibkan perusahaan untuk menjaga daerah resapan air atau menyediakan sumber mata air yang bersih bagi masyarakat yang terdampak dari pembangunan tersebut. Dengan demikian dampak negatif tersebut bisa diminimalkan.
Sudah menjadi kewajiban presiden terpilih untuk membawa masyarakat Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Lagipula dalam game theory juga berlaku non-zero sum game, yaitu win-win solution dan lose-lose solution. Strategi win-win solution di mana semua elemen bangsa di bawah komando presiden terpilih bekerja sama untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik adalah strategi yang sangat dianjurkan.
(mhd)