Debat Pertama, Kedua Pasang Capres Langsung Saling Serang

Jum'at, 18 Januari 2019 - 09:19 WIB
Debat Pertama, Kedua...
Debat Pertama, Kedua Pasang Capres Langsung Saling Serang
A A A
JAKARTA - Debat perdana calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) berlangsung menarik. Kedua pasangan, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, tanpa sungkan langsung saling serang secara terbuka untuk memenangkan argumentasi sekaligus melemahkan lawan.

Situasi yang tersuguh ini sekaligus menjadi indikasi keberhasilan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mendi na misasi jalan perdebatan agar tidak berlangsung formal. Moderator-Ira Koesno dan Imam Priyono-pun sanggup mengarahkan kedua pasang kandidat tersebut menyampaikan jawaban secara konkret.

Kendati sudah langsung menyerang, debat yang digelar di Ruang Birawa, Hotel Bidakara, Jakarta, itu berlangsung adem. Masing-masing calon tidak ada yang terpancing emosi. Setelah closing statement mereka langsung menurunkan tensi dengan langsung bersalaman dan berpelukan. Jokowi, misalnya, terlihat bersalaman dengan Prabowo sambil ketawa.

Keduanya berpelukan dan cium pipi kanan-kiri. Saling serang dalam debat yang mengambil tema hukum, HAM, korupsi, dan terorisme ditunjukkan Jokowi dan Prabowo. Jokowi yang mendapat giliran pertama menyampaikan visi-misi, capres petahana ini secara tidak langsung mengulik Prabowo.

Dia menyebut negara masih memiliki beban pelanggaran HAM masa lalu yang tidak mudah diselesaikan karena kompleksitas hukum pembuktian dan waktu yang terlalu jauh. Selama ini Prabowo kerap dikaitkan dengan tragedi HAM saat kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 1998 silam.

“Seharusnya ini selesai setelah peristiwa itu berlangsung, tetapi kami tetap berkomitmen dan menjamin masalah tersebut (untuk diselesaikan),” ujar Jokowi.

Prabowo dalam paparan visi-misinya juga langsung menyinggung adanya ketidakpastian hukum. Prabowo menyebut seharusnya hukum ditegakkan untuk semua kalangan, tanpa tebang pilih. Sejauh ini, menurut Prabowo, hukum berpihak kepada orang-orang kuat dan kaya saja.

“Tekad kami keadilan untuk semua, keamanan untuk semua, kemakmuran untuk semua,” papar Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu. Sandi yang mendapat kesempatan tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengorek problem pemerintahan saat ini. Dia menandaskan, pemerintah harus menghadirkan kepastian hukum sehingga bisa membuka peluang ekonomi dan menghadirkan rasa keadilan bagi masyarakat.

“Banyak masyarakat yang masih mengeluh, itu PR kita dan bersama Prabowo-Sandi insyaallah kita tegakkan hukum,” paparnya. Selama dalam berbagai kampanye tim Prabowo-Sandi kerap kali melontarkan pernyataan yang menyebut pemerintahan Jokowi masih tebang pilih dalam penegakan hukum. Tensi panas semakin terasa pada sesi tanya jawab.

Prabowo misalnya menyebutkan bahwa saat ini penghasilan para pegawai negeri sipil (PNS) sangat kurang, bahkan tidak realistis. Tensi debat kian meninggi ketika Jokowi menohok internal partai yang dipimpin Prabowo-Partai Gerindra. Hal ini dilakukan Jokowi dengan menanyakan komitmen Prabowo-Sandi dalam hal kesetaraan gender.

Dia menilai visi-misi Prabowo-Sandi yang akan memprioritaskan pemberdayaan perempuan tidak sesuai fakta dalam susunan kepengurusan Partai Gerindra karena justru sebagian besar diduduki laki-laki. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lalu membandingkan dengan komitmennya dalam hal kesetaraan gender.

Dia menyebutkan bahwa dalam kabinetnya banyak diisi menteri perempuan. Di antaranya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri KLHK Siti Nurbaya, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastusi. Menjawab pertanyaan Jokowi, Prabowo mengatakan bahwa partai yang berusia sepuluh tahun merupakan partai muda.

“Saat penyusunan (kepengurusan), kami pilih siapa yang paling pertama dan paling mau. Tapi di eselon dua banyak perempuan seperti di Dewan Penasihat (Partai Gerindra) ada Rachmawati. Caleg perempuan (Gerindra) terbanyak. Dalam undang-undang minimal 30 (persen caleg perempuan), tapi kami ada sekitar 40 persen,” katanya.

Dalam sesitanya jawab lain, pertanyaan Sandiaga juga bernada menyerang pemerintahan Jokowi. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu menilai, pada pemerintahan ini masih banyak aturan hukum yang tumpang tindih. Selain itu, Sandi juga mempertanyakan penunjukan aparat hukum yang berafiliasi dengan parpol seperti Jaksa Agung M Prasetyo yang merupakan politikus Partai NasDem. Prabowo menyebutkan bahwa selama empat tahun memimpin, saat ini banyak aparat pemerintah yang dinilai tidak mengayomi masyarakat.

“Bagaimana caranya karena Bapak sudah memimpin empat tahun. Yang bisa disegerakan itu apa?” tanya Prabowo. Jokowi pun langsung menanggapi bahwa pemerintahannya telah melakukan revisi undang-undang yang menghambat berkembangnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

“Kami akan revisi banyak undang-undang yang tidak pro pada investasi. Kami akan perbaiki aparat-aparat yang tidak memberikan pengayoman dan perlindungan pada rakyat,” katanya.

Pada saat debat memasuki tema terorisme, cawapres nomor urut 01, Ma’ruf Amin, yang sebelumnya tidak terlalu banyak memberikan pernyataan, mulai mengambil peran. Mantan Rais Aam PBNU ini mengatakan, terorisme merupakan kejahatan dan harus ditumpas sampai ke akar-akarnya. bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa bahwa terorisme bukanlah jihad, tapi bentuk kejahatan.

“Upaya penanggulangan terorisme dilakukan dengan sinergi pencegahan dan penindakan. Ke depan kita kuatkan pencegahan dengan deradikalisasi. Kita lakukan pendekatan yang humanis. Kita ajak ormas-ormas, khususnya ormas keagamaan,” katanya.

Pada tema ini Prabowo mengungkit perannya saat masih di Kopassus. Dia mengatakan, saat masih muda dia merupakan spesialisasi antiteror. “Saya sangat paham, masalahnya saya tahu terorisme adalah dikirim dari negara lain dan sering dibuat menyamar bahwa seolah terorisme adalah orang Islam, padahal bisa dilakukan bukan Islam atau orang Islam,” katanya.

Berbeda dengan itu, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang banyak menjadi contoh negara-negara lain dalam hal penindakan terhadap aksi terorisme. “Kita tidak hanya penegakan hukum, tapi ada pendekatan humanis,” katanya.

Pada sesi kelima, Jokowi bertindak agresif dengan mempertanyakan komitmen Prabowo dalam hal pencegahan dan pemberantasan korupsi. Jokowi mengacu pada data Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebutkan bahwa dalam Pemilu 2019 ini Partai Gerindra merupakan parpol yang banyak mengusung calon legislatif (caleg) mantan narapidana kasus korupsi.

“Kita tahu korupsi adalah kejahatan yang luar biasa. Bahkan Pak Prabowo mengatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah stadium empat, meski saya tidak setuju. Tapi menurut ICW, parpol yang Bapak pimpin termasuk yang paling banyak mencalonkan mantan koruptor atau mantan napi korupsi. Saya tahu caleg itu yang tanda tangan adalah ketua umumnya, berarti Pak Prabowo yang tanda tangan,” tanya Jokowi yang langsung disambut tawa oleh audiens.

Menghadapi serangan itu Prabowo mengatakan bahwa Partai Gerindra akan melawan korupsi sampai ke akar-akarnya. “Kalau ada anggota Gerindra yang korupsi saya akan langsung yang memasukkan ke penjara,” katanya.

Dia menambahkan, kalau aturannya masih bisa, maka tidak masalah mengusung caleg mantan koruptor. “Ya kalau masyarakat tidak mau memilih ya enggak usah dipilih. Kan begitu,” bantahnya. Menurut Prabowo, kalau kasus seseorang sudah melalui proses hukum dan seseorang itu sudah dihukum dan rakyat masih menghendaki caleg mantan napi tersebut, maka hal itu tidak masalah.

Saling serang bahkan berlanjut hingga closing statement. Jokowi mengatakan bahwa pasangan nomor urut 01 tidak memiliki beban masa lalu sehingga enak dalam memerintah. “Kami tak ingin banyak bicara. Kami sudah paham persoalan bangsa. Kami tak punya potongan diktator. Kami tak punya rekam jejak melanggar HAM. Jabatan dan reputasi kami akan kami gunakan semua kepentingan rakyat. Kami akan kerja,” katanya.

Sebaliknya, Prabowo dalam pernyataan penutup berjanji, jika dia dan Sandiaga terpilih sebagai presiden dan wakil presiden maka salah satu yang akan dilakukan adalah memastikan adanya kepastian hukum dan penegakan hukum yang tidak tebang pilih. “Institusi-institusi hukum, terutama hakim, jaksa, dan polisi adalah prasyarat bagi suatu negara yang berhasil. Untuk itu, kami jika menerima mandat dari rakyat, hal ini akan kami perbaiki,” katanya.

Timses Puas

Bagaimana respons masing-masing tim sukses? Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Kiai Ma’ruf Amin Erick Thohir mengaku senang karena debat berjalan lancar dan baik. “Calon kami bisa menebarkan semangat optimisme yang sudah dibangun empat tahun terakhir sebagai fondasi pembangunan Indonesia. Dalam debat ini beliau merupakan pimpinan yang baik dan memberikan solusi yang terbaik untuk bangsa kita,” katanya.

Ketua Umum DPP Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo yang hadir untuk mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dalam melakoni debat perdana menuturkan, masing-masing pimpinan parpol pengusung Jokowi-Ma'ruf telah memberikan masukan untuk debat malam ini.

"Tentu harapan saya dan teman koalisi supaya dua-duanya dapat menjawab segala yang ditanyakan dan Indonesia semakin lebih baik," ujarnya.

HT berharap melalui debat dan visi-misi yang disampaikan masing-masing pasangan membuat masyarakat bisa tahu rencana program di bidang hukum, HAM, korupsi, dan terorisme yang akan datang. Dia pun optimistis debat perdana ini akan memengaruhi elektabilitas dua pasangan.

"Tentu, hasil debat ini akan memengaruhi elektabilitas, kami harap memberikan elektabilitas yang positif," katanya. Direktur Materi Debat badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said, juga mengapresiasi jalannya debat yang dinilai penuh persahabatan dan menunjukkan peradaban.

“Saya tak akan memberikan penilaian dari kandidat. Biar masyarakat yang menilai. Kami hanya ingin mengelaborasi pesan kami. Kita tahu soal korupsi, penegakan hukum menunjukkan tanda-tanda agak mencemaskan,” ung kapnya.

Sementara itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio, menilai secara keseluruhan debat perdana ini telah gagal memuaskan kaum milenial. Alasannya, debat berjalan membosankan dan tidak menanamkan pesan damai dari kedua paslon. “Hal yang paling menyedihkan tidak ada pesan damai dan apresiasi buat paslon lain dan masyarakat,” kata Hendri.

Direktur Eksekutif Kedai KOPI ini menuturkan, ada banyak catatan lain dari kedua pasangan. Misalnya beberapa diksi yang digunakan ada terobosan-terobosan dari Prabowo. Lalu Jokowi juga terlihat sedikit emosi di awal-awal debat. Apalagi, Jokowi juga membuat pernyataan yang me nurutnya menuduh.

“Tapi juga yang saya catat, mereka berempat memang politisi, jadi semua pertanyaan tidak harus dijawab to the point, tapi memang harus berputar,” tutur Hendri. Selain jawaban, ujar Hendri, gestur dan intonasi saat debat juga menjadi catatan.

Gestur dari Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma’ruf akan sangat dinilai. Intonasi emosi juga pasti akan dicatat, tapi harus dilihat juga ketenangan-ketenangan Jokowi pada saat penjelasannya. Tapi secara keseluruhan, dia melihat Sandi dan Ma’ruf masih jadi perhatian, dan keduanya bisa memenuhi ekspektasi meski Ma’ruf baru menjawab mulai pertanyaan terorisme.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7098 seconds (0.1#10.140)