Berjuang untuk Kesehatan Indonesia

Senin, 12 November 2018 - 05:30 WIB
Berjuang untuk Kesehatan...
Berjuang untuk Kesehatan Indonesia
A A A
Sintong Arfiyansyah

Pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

HARI Kesehatan Na­sio­nal (HKN) ja­tuh pada 12 No­vem­ber 2018 atau dua hari setelah peringatan Hari Pah­la­wan. Hari ini adalah momentum sempurna untuk me­nyuarakan hidup sehat bagi se­luruh elemen bangsa serta me­ningkatkan ke­se­hatan di ne­geri hasil per­juang­an para pah­lawan ini. Perjuangan me­ning­katkan kesehatan harus tetap bergelora untuk men­ja­di­kan sumber daya manusia ber­­kualitas di era globalisasi mes­ki­pun banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.

Ada beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah un­tuk meningkatkan kualitas kese­hat­an di Indonesia. Apa­bila melihat fokus pemerintah pusat dari sisi kebijakan ma­kro­ekonomi, kese­hat­an adalah salah satu dimensi yang men­jadi pokok utama se­lain pen­di­dikan, penguatan IT, dan vo­ka­sional. Dimensi-di­men­si ter­se­but adalah pilar pen­ting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ter­tuang da­lam pokok-pokok ke­bi­jakan ran­cangan Anggaran dan Pen­da­patan Belanja Negara (APBN) tahun 2019.

Pemerintah mengalokasi­kan dana yang cukup besar ter­hadap sektor ini setiap tahun. Menurut data Kementerian Ke­uangan, alo­kasi bidang ke­se­hatan dalam APBN mengalami peningkatan cu­kup signifikan dari 2014 se­jumlah Rp59 tri­liun menjadi le­bih dari dua kali lipat pada 2019, yakni sebesar Rp122 triliun. Un­tuk men­du­kung pem­bangun­an sumber da­ya manusia, peme­rin­tah mem­punyai target pe­nye­dia­an Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik sebesar Rp20,3 triliun un­tuk pembangunan sarana la­yan­an kesehatan sebanyak 5.600 puskesmas. Di samping itu, DAK nonfisik operasional layanan ke­se­hatan dialo­ka­si­kan sebesar Rp12,2 triliun un­tuk operasional kesehatan yang disasarkan ke­pa­da pus­kes­mas dan balai pe­nyu­luh­an keluarga berencana.

Selain fokus terhadap pem­ba­ngunan dan operasional ke­sehatan, pemerintah juga me­la­kukan sebuah gebrakan da­lam pelayanan kesehatan. Pe­me­rin­tah mewajibkan seluruh ma­sya­ra­kat untuk mengikuti program Asuransi Kesehatan sejak 2014. Badan Penye­leng­garaan Jamin­an Sosial (BPJS) Kesehatan men­jadi wakil pe­me­rintah untuk me­nye­leng­ga­ra­kan asuransi ini. BPJS Ke­se­hatan mempunyai tu­gas yang cukup berat karena men­jadi penyelenggara utama asuransi kesehatan di negara de­ngan ratusan juta penduduk dan luas geografi yang bervariasi.

Langkah ekspansif ini bu­kan tanpa kendala. Berbagai pro­ble­matika muncul, mulai dari sis­tem manajemen, defisit pem­bia­ya­an, serta ketim­pang­an pela­yan­an kesehatan. Mes­ki­pun de­mi­kian, program ini terus ber­lanjut untuk meng­ako­mo­dasi pelayanan kese­hat­an bagi se­lu­ruh rakyat Indo­ne­sia. Peme­rin­tah mendesain sis­tem untuk meng­akomodasi ke­but­uhan pe­la­yanan kesehatan, mulai pem­bi­a­yaan defisit de­ngan dana ca­dangan hingga pro­­yeksi pajak ro­kok untuk me­nambal defisit. Saat ini BPJS Kesehatan telah me­miliki pe­serta sejumlah 200 juta jiwa dan ditargetkan peme­rin­tah untuk melindungi kese­hat­an semua penduduk Indo­ne­sia di tahun 2019 dalam program Uni­versal Health Coverage.

Tantangan Kesehatan Indonesia

Indonesia mempunyai tan­tangan yang besar dalam mem­perbaiki kualitas kesehatan yang dimiliki. Bahkan, diban­ding­kan dengan pilar-pilar lain seperti pendidikan, ekonomi, keamanan, dan sosial, dimensi ke­sehatan berada dalam kon­di­si yang lemah. Hal ini dapat dili­hat dari Indeks Kemakmuran atau Prosperity Index yang di­ke­luar­kan oleh Legalum Insti­tu­te. Ke­se­hatan menjadi salah sa­tu pilar terlemah di mana pada 2017, pilar kesehatan Indo­ne­sia men­du­duki peringkat 101 ini dan menyebabkan pering­kat pros­pe­rity atau kemak­mur­an Indo­ne­sia secara umum men­duduki pe­ringkat 59 di dunia.

Selain itu, menurut United Nations Development Pro­gram­­me (UNDP), Angka Ha­rap­an Hidup Indonesia hanya se­besar 69.4 pada 2018. Hal ini mengindikasikan rata-rata ha­rap­an hidup masyarakat In­do­nesia berada di kisaran ang­ka 69 tahun. Mengacu kepada nilai ter­sebut, Indonesia men­du­duki peringkat 129 dunia dan berada pada peringkat 5 di regional Asia Tenggara. Indo­ne­sia kalah jauh dibandingkan negara tetangga seperti Singa­pu­ra yang mem­pu­nyai angka harapan hidup se­be­sar 83,1 tahun atau bahkan Ma­laysia dengan angka harapan hi­dup sebesar 75,5 tahun.

Indonesia mempunyai pe­ker­jaan rumah di sektor ke­se­hat­an yang perlu perhatian. Dari pencegahan, banyak war­ga yang kurang sadar untuk me­la­kukan imunisasi dan mera­wat ling­kung­an. Hingga kini 120 juta war­ga masih hidup da­lam ling­kung­an dengan sani­ta­si yang buruk. Indonesia bah­kan men­da­patkan “penghar­ga­an” seba­gai daerah dengan sanitasi ter­bu­ruk nomor dua di dunia.

Kemudian dari sisi pe­la­yan­an kesehatan terdapat ber­ba­gai tantangan, di antaranya ku­rang­nya tenaga ahli spesialis, mi­nim­nya alat kesehatan yang me­ma­dai, dan tidak meratanya jumlah rumah sakit untuk me­lindungi kesehatan ma­sya­ra­kat Indo­ne­sia. Di samping itu, kondisi geo­grafis Indonesia yang sangat luas menjadi tan­tangan tersendiri bagi pe­me­rintah. Masih banyak daerah pinggiran yang belum menda­pat­kan pelayanan kese­hat­an yang baik.

Umumnya pelayanan ke­se­hatan bagian timur Indonesia masih minim hingga banyak pe­nyakit yang belum teratasi di dae­rah tersebut. Maluku dan Papua adalah dua daerah de­ngan angka kesehatan yang cu­kup rendah. Angka Kesehatan yang masih rendah di Provinsi Papua terefleksi dari mun­cul­nya Keja­dian Luar Biasa (KLB) campak dan masalah gizi buruk yang dialami sebagian warga suku Asmat yang terjadi di ak­hir 2017. Terdapat berbagai fak­tor penyebab tersebut antara lain cakupan imunisasi da­sar yang kurang, tenaga ke­se­hatan tidak terdistribusi de­ngan baik dan gizi buruk. Hal yang cukup miris di saat gen­car­nya pemerintah mem­prio­ri­taskan kualitas kese­hatan dalam pembangunan sum­ber daya manusia.

Melihat berbagai usaha dan tantangan yang dihadapi Indo­nesia saat ini, dibutuhkan ke­sa­daran bagi setiap elemen untuk menjaga lingkungan dan kese­hat­an. Tanpa keikutsertaan ma­syarakat untuk menjaga ke­sehatan, usaha Indonesia da­lam meningkatkan anggaran kese­hat­an dan mendongkrak kuali­tas sarana kesehatan ti­dak akan berarti apa-apa. Mo­men hari ke­se­hatan Indonesia adalah saat yang tepat bagi ma­syarakat Indo­nesia untuk me­ningkatkan kesadaran akan pen­tingnya ke­seh­atan.Apabila tidak ingin se­ma­kin tertinggal oleh negara lain, peningkatan kesehatan adalah jawaban utama meng­had­api tantangan global. Ibu Per­tiwi akan terus sakit tanpa arti apabila tidak ada semangat sehat semua elemen masya­ra­kat. Berjuang bersama mening­kat­kan kesehatan adalah faktor pen­ting dalam pembangunan kualitas manusia di Indonesia.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0878 seconds (0.1#10.140)