Pembunuhan Khashoggi dan Politik Tingkat Tinggi Saudi

Sabtu, 27 Oktober 2018 - 06:41 WIB
Pembunuhan Khashoggi...
Pembunuhan Khashoggi dan Politik Tingkat Tinggi Saudi
A A A
Fajar Anugrah Tumanggor
Analis Politik FISIP USU

PEMBUNUHAN Jamal Khashoggi pada 2 Oktober 2018 lalu cukup mencuri perhatian global. Jurnalis kenamaan Arab Saudi itu meregang nyawa secara mengenaskan setelah dibunuh dan dimutilasi saat datang ke Konsulat Saudi di Ankara, Turki, untuk mengurus proses perkawinan­nya. Dari rekaman audio jam tangan Khashoggi, didapati bahwa ia disiksa dan digergaji. Bahkan, dia sempat ber­teriak-teriak selama 7 menit sebelum pelaku memberikan suntikan zat yang saat ini belum diketahui jenis apa.Dari temuan tim investigasi Pemerintah Turki, didapati bahwa pemerintahan Saudi terlibat dalam hal ini. Beberapa indikator dan alat bukti seperti rekaman di atas me­ngukuhkan keterlibatan Muhammad bin Salman (MBS) putra mahkota Kerajaan Arab Saudi, dalam kematian jurnalis senior Arab Saudi tersebut. Bahkan, New York Times, harian terkemuka di Amerika Serikat menulis secara rinci perihal proses pembunuhan Khashoggi yang dilakukan oleh orang dekat MBS, Maher Muthrib. Terkait berita itu, Arab Saudi terkesan dingin dan memilih bergeming menanggapinya.Kematian Khashoggi jelas meng­geger­kan dunia. Kita sama-sama tahu, Arab Saudi merupakan negara yang cukup ketat memantau suara-suara kritis warganya. Sepengetahu­an saya, Khashoggi memang sering melakukan kampanye keadilan mau­pun kritik pada pemerintahan Saudi. Dari kampanye pemberian izin bagi wanita untuk mengemudi maupun pembukaan bioskop untuk khalayak. Hingga kritik terhadap kedekatan Saudi dengan Donald Trump serta intervensi Saudi di Yaman.Langkah Khashoggi yang anti mainstream ini sebenarnya menjadi pemicu kemarahan pemerintahan Saudi. Bagi MBS, apa pun yang coba mengancam pemerintahan Saudi jelas harus dipadamkan. Bila perlu sumbernya harus dihilangkan tak bersisa. Adagium yang mengatakan the king can do no wrong, raja tak per­nah salah, menjadi aksioma yang tak terbantahkan. Bagi Saudi, memen­jarakan kebebasan aspirasi rakyat pan­tas dilakukan untuk menjaga stabili­sasi pemerintahan.Namun, yang jadi tanya, sebegitu kejamkah MBS sampai harus tega mem­bunuh dan memutilasi Khashoggi? Inilah yang saya sebut dengan politik tingkat tinggi Saudi. Arab Saudi tampaknya ingin menunjukkan pada dunia bahwa mereka pun bisa kejam. Apakah Saudi tak bisa membunuh dengan cara yang lebih soft (misalnya dengan penggunaan racun seperti yang terjadi pada kasus Munir dalam kasus Indonesia)? Bisa saja. Namun, karena geramnya MBS pada Khashoggi, jalan pembunuhan sadis dinilai lebih efektif untuk meredam suara kritis warga Saudi.Kejadian yang menimpa Khashoggi ini mengingatkan kita pada kasus pembunuhan ribuan jenderal Polandia oleh Stalin pada masa Perang Dunia II. Okupasi yang dilakukan Stalin di Polandia tidak hanya mencaplok beberapa wilayah Polandia, namun juga menghilangkan jenderal yang berpengaruh bagi negara yang beribu kota di Warsawa itu. Operasi intelijen dan spionase para jenderal Polandia menjadi ancaman bagi USSR (Rusia) sehingga pembunuhan adalah pilihan paling rasional. Hutan Katyn, Rusia, menjadi saksi bisu kekejaman itu.Sama seperti tindakan Arab Saudi yang dingin kala menanggapi berita New York Times, Stalin pun me­nang­gapi kondisi tersebut dengan hal yang sama. Bahkan, Stalin mengatakan bahwa dirinya tak ikut campur dalam proses pembunuhan. Padahal, dalam draf yang ditemukan 20 tahun kemu­dian, dengan sahih dan meyakinkan Stalin-lah yang memerintahkan eksekusi pada ribuan jenderal Polandia tersebut.

Tak Pandang BuluArab Saudi dengan kuasanya me­mang terkesan sombong dan kejam. Tidak hanya soal pembunuhan Khashoggi, Saudi terus memainkan politik tingkat tingginya dalam eko­nomi negara Teluk. Satu di antaranya ialah pemberlakuan embargo pada negara Qatar yang terus berkepan­jangan. Terhitung sejak 5 Juni 2017 sampai sekarang Arab Saudi masih tidak mau menjalin kerja sama de­ngan negara Qatar yang notabene me­rupakan sobat karib Saudi.Arab Saudi berdalih Qatar telah mendukung dan mendanai organisasi ekstremis dengan tujuan terorisme. Salah satunya Ikhwanul Muslimin. Ikhwanul Muslimin sangat tidak disukai oleh negara Arab, utamanya oleh Arab Saudi dan UEA. Ia dianggap sebagai organisasi radikal yang sangat membahayakan stabilitas negara Arab. Selain itu, mesranya hubungan Iran dan Qatar juga menjadi penyebab Saudi mengembargo Qatar. Bagi Saudi, Iran masih dianggap sebagai negara yang berbahaya.Demi kepentingan politik dan ekonomi, Saudi tak pandang bulu untuk melibas lawan-lawannya. Saudi jelas ingin menunjukkan pada dunia bahwa dia bangsa yang besar. Dunia harus mengakui kekuatannya. Ke­matian Khashoggi dan embargo Qatar hanya bukti kecil dari kese­luruh­an tindakan yang bisa dibuat Saudi.Siapa yang berani melawan Saudi? Negara-negara sekitar pun tak banyak bereaksi. Pasalnya, negara-negara tersebut memiliki ketergan­tung­an yang tinggi pada minyak Saudi. Bahkan, negara-negara mediator seperti Kuwait dan Oman yang juga memiliki produksi minyak yang besar juga tak bisa berbuat banyak menghadapi politik tingkat tinggi Saudi ini.Apalagi, Saudi juga mendapat du­kungan yang kuat dari Amerika Serikat (AS). AS jelas memiliki kepentingan yang besar dengan Saudi. Kepentingan upeti dan kerja sama senjata jelas menyumbangkan devisa yang besar bagi AS sehingga tidak mengherankan kalau Trump tak terlalu keras bereaksi atas kejadian Khashoggi dan embargo Qatar. Hal itu wajar. Bila AS terlalu bereaksi atas fenomena tersebut, maka itu sama dengan mengancam AS sendiri. Ibarat maling yang mengaku telah mencuri, bukankah ia telah membunuh dirinya sendiri?Oh... come on. Kekuasaan adalah barang langka. Mendapatkannya ada­lah hal yang susah. Terlebih menjaga­nya. Artinya, ancam­an-ancaman pada kekuasaan jelas harus disingkirkan. Entah itu dalam hal politik maupun ekonomi. Raja Salman dan MBS jelas mengerti akan hal ini. Singkat kata, even we are family, if you disturb my throne, i’ll cut you, begitu kata Machiavelli. Kejam tapi memang harus dilakukan.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9066 seconds (0.1#10.140)