Pengarusutamaan Mitigasi Bencana
A
A
A
Surya Gentha Akmal
Peneliti Pusat Studi Bencana LPPM-IPB
SETIAP elemen bangsa hendaknya dibekali dengan pengetahuan bencana, sehingga dapat bersinergi dalam penerapan mitigasi bencana dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Duka yang ditimbulkan akibat gempa bumi yang mengguncang Lombok beberapa waktu lalu belum hilang dari ingatan kita.
Penanganan pasca gempa di Lombok juga belum sepenuhnya rampung. Tidak berselang lama gempa bumi yang disusul tsunami dan likuifaksi kembali menimpa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Kekuatan gempa 7.4 SR meluluhlantakkan dan menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar dari gempa bumi di Lombok. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui tim Demage and Loss Assessment mencatat kerugian yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah kurang lebih mencapai Rp10 triliun.
Tren kejadian bencana di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat, hal ini juga dikarenakan rekaman dan catatan kebencanaan di Indonesia semakin membaik, BNPB mencatat dari tahun 2003-2017 setidaknya telah terjadi 21.166 kejadian bencana. Pada 2017 saja BNPB mencatat 2.372 kejadian bencana yang didominasi oleh banjir, longsor dan angin puting beliung.
Dari sekian banyak kejadian bencana yang telah terjadi dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, seperti masih banyaknya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, terlihat bahwa masyarakat kita belum siap dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan bencana dan dampak yang akan terjadi. Peran pemerintah dalam mitigasi dan edukasi bencana masih dirasa kurang.Bisa dikatakan bahwa Indonesia masih belum siap dalam implementasi mitigasi bencana, baik dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Koordinasi dan kolaborasi sangat dibutuhkan dalam pengurangan risiko bencana, perlu adanya upaya capacity building yang fokus pada pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat, sehingga masyarakat mengikuti dan bereaksi secara cepat dan tepat.
Teknologi Bencana
Dengan semakin berkembang dan majunya bidang teknologi, maka Indonesia seharusnya sudah berpikir tentang optimalisasi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kebencanaan dengan cara melibatkan perguruan tinggi, akademisi, swasta, dan masyarakat dalam rangka membangun sinergi yang positif dengan pemerintah untuk menjawab tantangan penanggulangan risiko bencana yang lebih baik. Seharusnya dengan potensi SDM dan SDA yang sudah dimiliki oleh Indonesia saat ini, teknologi sistem peringatan dini yang akurat dan mudah dimengerti oleh masyarakat sudah dapat diterapkan dengan baik.
Inovasi teknologi sudah saatnya diterapkan, Indonesia dengan segala unsur kelembagaan dan instansi yang ada seperti BNPB, LAPAN, BMKG, LIPI, BPPT, perguruan tinggi dan swasta seharusnya sudah dapat membangun sistem pemantauan potensi bencana secara nasional yang memiliki resolusi tinggi, dengan cara meningkatkan kerapatan sensor, satelit dan kualitas jaringan, sehingga potensi bencana bisa terpetakan dan terukur dengan akurat.
Permasalahan krusial yang juga perlu menjadi perhatian kebijakan nasional adalah pemeliharaan peralatan pemantauan bencana dan peringatan dini. Pembentukan pusat data untuk menaungi semua instansi yang mempunyai berbagai data tentang kebencanaan dan terintegrasi secara nasional, dapat menjadi langkah taktis yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk dapat dikembangkan kedepannya.
Perlu adanya kemitraan dengan lembaga lain terkait, termasuk dari masyarakat untuk memperoleh data yang rinci mengenai kerentanan dan keterpaparan suatu bencana. Kolaborasi, konektivitas, dan big data membutuhkan beragam produk ilmu dan pengetahuan, tidak hanya hard science namun juga soft science yang dapat dimengerti, jelas dan dapat dilakukan.
Tantangan Bersama
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati, potensi sumberdaya alam, wilayah laut dan pesisir yang luas, serta posisi geografi yang sangat baik. Kondisi demikian perlu dikelola dengan baik dan secara berkelanjutan. Sudah saatnya kita bersinkronisasi dengan irama hidup yang cepat karena kemudahan informasi dan kemajuan teknologi.Bukan saatnya lagi untuk lengah, waktu merupakan komoditas yang paling mahal, sehingga budaya buang-buang waktu seperti cara kerja yang bertele-tele, rantai birokrasi yang panjang, prosedur yang berbelit-belit dan perizinan yang berputar-putar perlu dihilangkan disemua tingkatan.
Pengarusutamaan mitigasi bencana perlu dilakukan secara masif untuk mendorong kemandirian bangsa di bidang bencana. Perlu adanya persiapan impact based forecasting dan risk based dan risk based warning menuju disaster ready nation. Beberapa hal yang mesti ditingkatkan oleh pemerintah indonesia dalam persiapan mengatasi kebencanaan adalah ketersediaan informasi dan Early Warning System, kerja sama internasional, dan strategi penanggulangan risiko bencana nasional dan lokal.
Tantangan Indonesia dalam pengarusutamaan mitigasi bencana adalah menjamin adanya kecepatan, ketepatan dan akurasi early warning system, serta menjamin bahwa semua informasi sampai ke semua elemen masyarakat dan memotivasi penerima informasi tersebut untuk bertindak sigap, cepat, cerdas dan patuh. Jika ini diterapkan dengan baik tentu pembangunan di segala bidang secara berkelanjutan yang aman dengan tercapainya smart disaster risk reduction merupakan suatu keharusan yang akan diperoleh negara ini.
Peneliti Pusat Studi Bencana LPPM-IPB
SETIAP elemen bangsa hendaknya dibekali dengan pengetahuan bencana, sehingga dapat bersinergi dalam penerapan mitigasi bencana dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Duka yang ditimbulkan akibat gempa bumi yang mengguncang Lombok beberapa waktu lalu belum hilang dari ingatan kita.
Penanganan pasca gempa di Lombok juga belum sepenuhnya rampung. Tidak berselang lama gempa bumi yang disusul tsunami dan likuifaksi kembali menimpa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Kekuatan gempa 7.4 SR meluluhlantakkan dan menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar dari gempa bumi di Lombok. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui tim Demage and Loss Assessment mencatat kerugian yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah kurang lebih mencapai Rp10 triliun.
Tren kejadian bencana di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat, hal ini juga dikarenakan rekaman dan catatan kebencanaan di Indonesia semakin membaik, BNPB mencatat dari tahun 2003-2017 setidaknya telah terjadi 21.166 kejadian bencana. Pada 2017 saja BNPB mencatat 2.372 kejadian bencana yang didominasi oleh banjir, longsor dan angin puting beliung.
Dari sekian banyak kejadian bencana yang telah terjadi dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, seperti masih banyaknya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, terlihat bahwa masyarakat kita belum siap dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan bencana dan dampak yang akan terjadi. Peran pemerintah dalam mitigasi dan edukasi bencana masih dirasa kurang.Bisa dikatakan bahwa Indonesia masih belum siap dalam implementasi mitigasi bencana, baik dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Koordinasi dan kolaborasi sangat dibutuhkan dalam pengurangan risiko bencana, perlu adanya upaya capacity building yang fokus pada pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat, sehingga masyarakat mengikuti dan bereaksi secara cepat dan tepat.
Teknologi Bencana
Dengan semakin berkembang dan majunya bidang teknologi, maka Indonesia seharusnya sudah berpikir tentang optimalisasi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kebencanaan dengan cara melibatkan perguruan tinggi, akademisi, swasta, dan masyarakat dalam rangka membangun sinergi yang positif dengan pemerintah untuk menjawab tantangan penanggulangan risiko bencana yang lebih baik. Seharusnya dengan potensi SDM dan SDA yang sudah dimiliki oleh Indonesia saat ini, teknologi sistem peringatan dini yang akurat dan mudah dimengerti oleh masyarakat sudah dapat diterapkan dengan baik.
Inovasi teknologi sudah saatnya diterapkan, Indonesia dengan segala unsur kelembagaan dan instansi yang ada seperti BNPB, LAPAN, BMKG, LIPI, BPPT, perguruan tinggi dan swasta seharusnya sudah dapat membangun sistem pemantauan potensi bencana secara nasional yang memiliki resolusi tinggi, dengan cara meningkatkan kerapatan sensor, satelit dan kualitas jaringan, sehingga potensi bencana bisa terpetakan dan terukur dengan akurat.
Permasalahan krusial yang juga perlu menjadi perhatian kebijakan nasional adalah pemeliharaan peralatan pemantauan bencana dan peringatan dini. Pembentukan pusat data untuk menaungi semua instansi yang mempunyai berbagai data tentang kebencanaan dan terintegrasi secara nasional, dapat menjadi langkah taktis yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk dapat dikembangkan kedepannya.
Perlu adanya kemitraan dengan lembaga lain terkait, termasuk dari masyarakat untuk memperoleh data yang rinci mengenai kerentanan dan keterpaparan suatu bencana. Kolaborasi, konektivitas, dan big data membutuhkan beragam produk ilmu dan pengetahuan, tidak hanya hard science namun juga soft science yang dapat dimengerti, jelas dan dapat dilakukan.
Tantangan Bersama
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati, potensi sumberdaya alam, wilayah laut dan pesisir yang luas, serta posisi geografi yang sangat baik. Kondisi demikian perlu dikelola dengan baik dan secara berkelanjutan. Sudah saatnya kita bersinkronisasi dengan irama hidup yang cepat karena kemudahan informasi dan kemajuan teknologi.Bukan saatnya lagi untuk lengah, waktu merupakan komoditas yang paling mahal, sehingga budaya buang-buang waktu seperti cara kerja yang bertele-tele, rantai birokrasi yang panjang, prosedur yang berbelit-belit dan perizinan yang berputar-putar perlu dihilangkan disemua tingkatan.
Pengarusutamaan mitigasi bencana perlu dilakukan secara masif untuk mendorong kemandirian bangsa di bidang bencana. Perlu adanya persiapan impact based forecasting dan risk based dan risk based warning menuju disaster ready nation. Beberapa hal yang mesti ditingkatkan oleh pemerintah indonesia dalam persiapan mengatasi kebencanaan adalah ketersediaan informasi dan Early Warning System, kerja sama internasional, dan strategi penanggulangan risiko bencana nasional dan lokal.
Tantangan Indonesia dalam pengarusutamaan mitigasi bencana adalah menjamin adanya kecepatan, ketepatan dan akurasi early warning system, serta menjamin bahwa semua informasi sampai ke semua elemen masyarakat dan memotivasi penerima informasi tersebut untuk bertindak sigap, cepat, cerdas dan patuh. Jika ini diterapkan dengan baik tentu pembangunan di segala bidang secara berkelanjutan yang aman dengan tercapainya smart disaster risk reduction merupakan suatu keharusan yang akan diperoleh negara ini.
(whb)