Extraordinaire Pariwisata Prancis
A
A
A
Sapta Nirwandar
Pemerhati Pariwisata dan Alumni Universitas Paris Sorbonne
KORAN SINDO edisi Sabtu, 8 September 2018 menampilkan berita menarik tentang pariwisata di halaman depan dengan judul “Wisata Prancis Tersukses, Indonesia Optimistis” dengan ilustrasi yang menarik.
Prancis menjadi peringkat pertama dari 10 negara di dunia (top ten). Bahkan Le Monde, koran terkemuka terbitan Prancis edisi 26-27 Agustus 2018 memprediksi pada 2018 ini pariwisata negeri di Eropa tersebut akan memecahkan rekor dengan mencapai 90 juta kunjungan. Dari Asia ada China di urutan kelima dengan jumlah kunjungan 60,7 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan perolehan devisa USD35.6 miliar dan Thailand di urutan 10 dengan kunjungan 35.4 juta wisman dengan perolehan devisa USD57.5 miliar.
Tulisan tersebut berdasarkan laporan UN-WTO (United Nation World Tourism Organization ) organisasi pariwisata dari PBB yang menilai kinerja pariwisata Internasional. Pada 2017 menurut UN-WTO, pariwisata internasional tumbuh 7%, dengan jumlah kunjungan wisman (international arrivals ) sebanyak 1,32 miliar orang. Sedangkan jumlah pendapatannya (tourism receipts) mencapai USD 1.340 miliar, atau tumbuh 5% dibanding tahun lalu. Bila dihitung rata-rata pengeluaran wisatawan internasional menghasilkan USD1.000 per orang per kunjungan.
Bila kita pelajari lebih jauh dari laporan UN-WTO ini, hampir seluruh kawasan pariwisata tumbuh dengan baik, seperti Kawasan Afrika tumbuh 5%, Timur Tengah tumbuh 4% w-alaupun kita ketahui beberapa negara di Timur Tengah sedang mengalami konflik. Amerika tumbuh pesat dengan 16% dan tentu Asia Pacific tumbuh lebih pesat dengan 24% dibanding tahun sebelumnya. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa pariwisata tetap menjadi engine of growth ekonomi internasional.
Beberapa alasan kuat yang dikemukakan oleh UN-WTO mengapa hal ini terjadi, yakni karena adanya recovery yang relatif cepat dari negara-negara yang mengalami tekanan soal keamanan seperti Prancis dan Inggris, tumbuhnya outbound demand dari negara yang ekonominya tumbuh pesat seperti Tiongkok, Rusia, Korea dan negara Asia lainnya. Selain itu informasi yang semakin mudah di era digital dewasa ini, kapasitas penerbangan dan moda transportasi lainnya seperti laut dan darat yang semakin besar dengan perbaikan infrastruktur oleh beberapa negara.
Pariwisata juga menjadi penggerak ekonomi lokal dengan dampak multiplier dan trickle down effect -nya, industri kreatif, hotel, restoran pasti akan tumbuh seiring dengan tumbuhnya pariwisata. Oleh sebab itu pariwisata disebut juga mendorong tumbuhnya ekspor karena produknya yang dibeli dan dibawa oleh para wisman tanpa kita harus mengirimnya. Tentu saja yang sangat menjadi tumpuan di banyak negara, pariwisata adalah pencipta tenaga kerja yang cepat, 1 dari 10 tenaga kerja di dunia berasal dari industri pariwisata.
Daya Tarik Pariwisata Prancis
Prancis adalah salah satu dari negara yang tergabung dalam G-7 bersama Kanada, Italia, Jepang, Jerman, Inggris dan Amerika, penduduknya sekitar 67 juta orang dan GDP sebesar USD2.835 triliun dan pendapatan per kapita sebesar USD43,760. Prancis adalah tujuan wisata paling populer di dunia, meskipun sempat terjadi penurunan jumlah wisatawan setelah serangkaian serangan terorisme pada 2015 dan 2016.
Industri pariwisata Prancis bangkit kembali dengan cepat dan tetap menjadi bagian penting dari ekonomi Prancis, selain mendorong pendapatan ekonomi, terutama sektor ekonomi kreatif dan juga menyerap tenaga kerja. Kontribusi pariwisata Prancis mencapai 10% dari PDB dan memberikan 3 juta jumlah tenaga kerja.
Prancis memiliki destinasi yang relatif lengkap dan dikembangkan secara terintegrasi dengan kesiapan aksesibilitas, infrastruktur penunjang dan sarana amenitas hotel, resor, bahkan sarana camping tersebar di seluruh wilayah Prancis, terutama untuk para wisatawan yang menyukai aktivitas alam (nomadic tourism) dengan biaya yang relatif lebih murah. Pengembangan pariwisata Prancis dengan model pendekatan wilayah yang mengutamakan potensi wilayah itu dijadikan atraksi yang menarik dan ikonik.
Daya tarik pariwisata Prancis sangat bervariasi dan dikembangkan secara terencana serta dikemas menjadi atraksi yang menarik. Di samping wisata alam, pantai, gunung, danau, sungai wisata kebun atau agrowisata, wisata sejarah di samping bangunan bersejarah, juga ada museum yang ditata dengan apik sehingga bagian dari wisata. Destinasi pariwisata Prancis dapat dinikmati di berbagai musim (dingin, panas dan semi).
Di musim dingin wilayah Pegunungan Alpen banyak dikunjungi wisatawan untuk menikmati olahraga. Wisata pantai selatan Prancis, Pantai Riveira, Cannes dan Nice sangat diminati dengan fasilitas yang luxurious bagi wisatawan kelas kakap. Terutama wisata kapal pesiar di laut Mediterania, yacht yang dilengkapi dengan butik dan fasilitas pembelanjaan terdapat di sepanjang jalan.
Bicara pariwisata Prancis tentu tidak mungkin melupakan Kota Paris. Hadirnya museum-museum peradaban yang bertaraf internasional seperti Musée du Louvre dengan salah satu koleksi lukisan Monalisa-nya yang sangat terkenal, yang setiap tahun dikunjungi lebih dari 9 juta wisatawan. Demikian juga ikon dunia Tour Effiel yang dikunjungi pelancong dunia sebanyak 8-9 juta per tahun. Belum lagi Musée d’Orsay dan Euro Disney yang menyerap pengunjung lebih dari 13 juta per tahun.
Daya tarik lainnya yang menyedot wisatawan dari seluruh belahan dunia, adalah kuliner Prancis dengan restoran serta kafe yang biasa sampai yang eksklusif. Bagi wisatawan dunia, Paris juga menjadi kota wisata belanja terbesar, dan terkenal dengan brand globalnya seperti Hermes, Christian Dior, Louis Vuitton, Yves Saint Laurent, Channel dengan pakaian, tas, sepatu dan parfumenya. Oleh sebab itu Gallery Lafayette Paris tidak pernah sepi pengunjung.
Lalu bagaimana dengan amenitas yang tersedia di Prancis? Hotel Prancis tersedia dari mulai yang biasa sampai dengan berkelas bintang 7. Secara umum hotel ini mempunyai standar-standar yang ditetapkan oleh pemerintah terutama kebersihan. Salah satu chain hotel dari Prancis adalah Accor Group yang punya brand hotel seperti Ibis, Novotel, Mercure hingga Sofitel di Indonesia. Lebih dari 100 hotel di bawah Accor.
Prancis sebagai negara maju sudah memproduksi berbagai perangkat transportasi yang sangat modern seperti Airbus, kereta api TGV, MRT, mobil, kapal pesiar, yacht dan sebagainya tentu lebih mudah mengorganisasikan moda transportasi tersebut dalam melayani wisatawan yang berkunjung ke negara itu.
Pelajaran untuk Indonesia
Pengalaman Prancis mengelola Kepariwisataannya sudah sangat maju, tentu terutama bagaimana mengelola 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) didukung dengan infrastruktur, teknologi digital de-wasa ini, SDM yang profesional dan kreatif. Wisata MICE sangat berkembang, terutama kalender-kalender event berkelas dunia dalam acara budaya, olahraga dan teknologi seperti antara lain Tour de France, Paris Marathon, Paris Dakar, Sail de france, Festival Cannes, Carnival of Nice, Festival d’Avignon, Paris Fashion Week, Paris Air Show dan masih banyak lagi.
Dari sisi pemerintahan sebenarnya Prancis ada kemiripan dengan Indonesia dalam mengelola pariwisata, di mana pemerintah pusat mempunyai peranan lebih besar untuk menyiapkan infrastruktur, sarana transportasi dan fasilitas infrastruktur lainnya secara nasional dan menjadi peran utama promosi ke luar negeri. Adapun untuk yang bersifat kewilayahan diatur oleh prefektur untuk di tingkat regional provinsi dan di tingkat komun atau municipality.
Pengaturan dan kewenangan dari masing-masing tingkat serta melalui proses pengambilan keputusan serta koordinasi yang sinergitas. Bahkan di tingkat kementerian yang bersifat lintas sektoral hal-hal yang sangat penting harus dilakukan di tingkat perdana menteri. Adapun peran swasta sangat penting terutama dalam pengembangan industri pariwisata dan pengelolaan destinasi pariwisata, bahkan swasta diberikan izin mengelola destinasi wisata sejarah dan pada umumnya event-event berskala internasional dikelola oleh swasta.
Dalam tulisan ini tentu kita tidak bisa serta-merta membandingkan dengan Indonesia, tetapi paling tidak kita bisa mempelajari pengalaman Prancis dan dapat menginspirasi kita bagaimana mengembangkan pariwisata Indonesia yang memiliki potensi yang luar biasa, bahkan di beberapa atraksi dapat melebihi yang dimiliki Prancis. Semoga.
Pemerhati Pariwisata dan Alumni Universitas Paris Sorbonne
KORAN SINDO edisi Sabtu, 8 September 2018 menampilkan berita menarik tentang pariwisata di halaman depan dengan judul “Wisata Prancis Tersukses, Indonesia Optimistis” dengan ilustrasi yang menarik.
Prancis menjadi peringkat pertama dari 10 negara di dunia (top ten). Bahkan Le Monde, koran terkemuka terbitan Prancis edisi 26-27 Agustus 2018 memprediksi pada 2018 ini pariwisata negeri di Eropa tersebut akan memecahkan rekor dengan mencapai 90 juta kunjungan. Dari Asia ada China di urutan kelima dengan jumlah kunjungan 60,7 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan perolehan devisa USD35.6 miliar dan Thailand di urutan 10 dengan kunjungan 35.4 juta wisman dengan perolehan devisa USD57.5 miliar.
Tulisan tersebut berdasarkan laporan UN-WTO (United Nation World Tourism Organization ) organisasi pariwisata dari PBB yang menilai kinerja pariwisata Internasional. Pada 2017 menurut UN-WTO, pariwisata internasional tumbuh 7%, dengan jumlah kunjungan wisman (international arrivals ) sebanyak 1,32 miliar orang. Sedangkan jumlah pendapatannya (tourism receipts) mencapai USD 1.340 miliar, atau tumbuh 5% dibanding tahun lalu. Bila dihitung rata-rata pengeluaran wisatawan internasional menghasilkan USD1.000 per orang per kunjungan.
Bila kita pelajari lebih jauh dari laporan UN-WTO ini, hampir seluruh kawasan pariwisata tumbuh dengan baik, seperti Kawasan Afrika tumbuh 5%, Timur Tengah tumbuh 4% w-alaupun kita ketahui beberapa negara di Timur Tengah sedang mengalami konflik. Amerika tumbuh pesat dengan 16% dan tentu Asia Pacific tumbuh lebih pesat dengan 24% dibanding tahun sebelumnya. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa pariwisata tetap menjadi engine of growth ekonomi internasional.
Beberapa alasan kuat yang dikemukakan oleh UN-WTO mengapa hal ini terjadi, yakni karena adanya recovery yang relatif cepat dari negara-negara yang mengalami tekanan soal keamanan seperti Prancis dan Inggris, tumbuhnya outbound demand dari negara yang ekonominya tumbuh pesat seperti Tiongkok, Rusia, Korea dan negara Asia lainnya. Selain itu informasi yang semakin mudah di era digital dewasa ini, kapasitas penerbangan dan moda transportasi lainnya seperti laut dan darat yang semakin besar dengan perbaikan infrastruktur oleh beberapa negara.
Pariwisata juga menjadi penggerak ekonomi lokal dengan dampak multiplier dan trickle down effect -nya, industri kreatif, hotel, restoran pasti akan tumbuh seiring dengan tumbuhnya pariwisata. Oleh sebab itu pariwisata disebut juga mendorong tumbuhnya ekspor karena produknya yang dibeli dan dibawa oleh para wisman tanpa kita harus mengirimnya. Tentu saja yang sangat menjadi tumpuan di banyak negara, pariwisata adalah pencipta tenaga kerja yang cepat, 1 dari 10 tenaga kerja di dunia berasal dari industri pariwisata.
Daya Tarik Pariwisata Prancis
Prancis adalah salah satu dari negara yang tergabung dalam G-7 bersama Kanada, Italia, Jepang, Jerman, Inggris dan Amerika, penduduknya sekitar 67 juta orang dan GDP sebesar USD2.835 triliun dan pendapatan per kapita sebesar USD43,760. Prancis adalah tujuan wisata paling populer di dunia, meskipun sempat terjadi penurunan jumlah wisatawan setelah serangkaian serangan terorisme pada 2015 dan 2016.
Industri pariwisata Prancis bangkit kembali dengan cepat dan tetap menjadi bagian penting dari ekonomi Prancis, selain mendorong pendapatan ekonomi, terutama sektor ekonomi kreatif dan juga menyerap tenaga kerja. Kontribusi pariwisata Prancis mencapai 10% dari PDB dan memberikan 3 juta jumlah tenaga kerja.
Prancis memiliki destinasi yang relatif lengkap dan dikembangkan secara terintegrasi dengan kesiapan aksesibilitas, infrastruktur penunjang dan sarana amenitas hotel, resor, bahkan sarana camping tersebar di seluruh wilayah Prancis, terutama untuk para wisatawan yang menyukai aktivitas alam (nomadic tourism) dengan biaya yang relatif lebih murah. Pengembangan pariwisata Prancis dengan model pendekatan wilayah yang mengutamakan potensi wilayah itu dijadikan atraksi yang menarik dan ikonik.
Daya tarik pariwisata Prancis sangat bervariasi dan dikembangkan secara terencana serta dikemas menjadi atraksi yang menarik. Di samping wisata alam, pantai, gunung, danau, sungai wisata kebun atau agrowisata, wisata sejarah di samping bangunan bersejarah, juga ada museum yang ditata dengan apik sehingga bagian dari wisata. Destinasi pariwisata Prancis dapat dinikmati di berbagai musim (dingin, panas dan semi).
Di musim dingin wilayah Pegunungan Alpen banyak dikunjungi wisatawan untuk menikmati olahraga. Wisata pantai selatan Prancis, Pantai Riveira, Cannes dan Nice sangat diminati dengan fasilitas yang luxurious bagi wisatawan kelas kakap. Terutama wisata kapal pesiar di laut Mediterania, yacht yang dilengkapi dengan butik dan fasilitas pembelanjaan terdapat di sepanjang jalan.
Bicara pariwisata Prancis tentu tidak mungkin melupakan Kota Paris. Hadirnya museum-museum peradaban yang bertaraf internasional seperti Musée du Louvre dengan salah satu koleksi lukisan Monalisa-nya yang sangat terkenal, yang setiap tahun dikunjungi lebih dari 9 juta wisatawan. Demikian juga ikon dunia Tour Effiel yang dikunjungi pelancong dunia sebanyak 8-9 juta per tahun. Belum lagi Musée d’Orsay dan Euro Disney yang menyerap pengunjung lebih dari 13 juta per tahun.
Daya tarik lainnya yang menyedot wisatawan dari seluruh belahan dunia, adalah kuliner Prancis dengan restoran serta kafe yang biasa sampai yang eksklusif. Bagi wisatawan dunia, Paris juga menjadi kota wisata belanja terbesar, dan terkenal dengan brand globalnya seperti Hermes, Christian Dior, Louis Vuitton, Yves Saint Laurent, Channel dengan pakaian, tas, sepatu dan parfumenya. Oleh sebab itu Gallery Lafayette Paris tidak pernah sepi pengunjung.
Lalu bagaimana dengan amenitas yang tersedia di Prancis? Hotel Prancis tersedia dari mulai yang biasa sampai dengan berkelas bintang 7. Secara umum hotel ini mempunyai standar-standar yang ditetapkan oleh pemerintah terutama kebersihan. Salah satu chain hotel dari Prancis adalah Accor Group yang punya brand hotel seperti Ibis, Novotel, Mercure hingga Sofitel di Indonesia. Lebih dari 100 hotel di bawah Accor.
Prancis sebagai negara maju sudah memproduksi berbagai perangkat transportasi yang sangat modern seperti Airbus, kereta api TGV, MRT, mobil, kapal pesiar, yacht dan sebagainya tentu lebih mudah mengorganisasikan moda transportasi tersebut dalam melayani wisatawan yang berkunjung ke negara itu.
Pelajaran untuk Indonesia
Pengalaman Prancis mengelola Kepariwisataannya sudah sangat maju, tentu terutama bagaimana mengelola 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) didukung dengan infrastruktur, teknologi digital de-wasa ini, SDM yang profesional dan kreatif. Wisata MICE sangat berkembang, terutama kalender-kalender event berkelas dunia dalam acara budaya, olahraga dan teknologi seperti antara lain Tour de France, Paris Marathon, Paris Dakar, Sail de france, Festival Cannes, Carnival of Nice, Festival d’Avignon, Paris Fashion Week, Paris Air Show dan masih banyak lagi.
Dari sisi pemerintahan sebenarnya Prancis ada kemiripan dengan Indonesia dalam mengelola pariwisata, di mana pemerintah pusat mempunyai peranan lebih besar untuk menyiapkan infrastruktur, sarana transportasi dan fasilitas infrastruktur lainnya secara nasional dan menjadi peran utama promosi ke luar negeri. Adapun untuk yang bersifat kewilayahan diatur oleh prefektur untuk di tingkat regional provinsi dan di tingkat komun atau municipality.
Pengaturan dan kewenangan dari masing-masing tingkat serta melalui proses pengambilan keputusan serta koordinasi yang sinergitas. Bahkan di tingkat kementerian yang bersifat lintas sektoral hal-hal yang sangat penting harus dilakukan di tingkat perdana menteri. Adapun peran swasta sangat penting terutama dalam pengembangan industri pariwisata dan pengelolaan destinasi pariwisata, bahkan swasta diberikan izin mengelola destinasi wisata sejarah dan pada umumnya event-event berskala internasional dikelola oleh swasta.
Dalam tulisan ini tentu kita tidak bisa serta-merta membandingkan dengan Indonesia, tetapi paling tidak kita bisa mempelajari pengalaman Prancis dan dapat menginspirasi kita bagaimana mengembangkan pariwisata Indonesia yang memiliki potensi yang luar biasa, bahkan di beberapa atraksi dapat melebihi yang dimiliki Prancis. Semoga.
(thm)