Asian Games dan Pariwisata Olahraga Kita
A
A
A
Hasanuddin Ali
Founder and CEO Alvara Research Center
ASIAN Games 2018, ajang olahraga terbesar bangsa-bangsa Asia, dalam waktu dekat akan segera berlangsung. Indonesia, dalam hal ini Jakarta dan Palembang, akan menjadi pusat pertandingan berbagai cabang olahraga. Bagi Indonesia, Asian Games mempunyai posisi yang sangat penting karena dampaknya bukan hanya soal olahraga, multipier-effect-nya juga diharapkan bisa berdampak bagi sektor-sektor strategis lain di Indonesia.
Salah satu sektor penting yang bisa mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan Asian Games adalah sektor pariwisata. Sport tourism atau pariwisata olahraga beberapa tahun belakangan memang semakin marak. Di banyak negara, sport tourism merupakan salah satu diversifikasi produk pariwisata unggulan.
Menurut Gammon and Robinson (2003), sport tourism terbagi menjadi dua, yaitu hard sports tourism dan soft sports tourism. Hard sport tourism adalah pariwisata olahraga yang terkait dengan event-event besar reguler seperti Olimpiade, Asian Games, SEA Games, World Cup. Sementara soft sport tourism adalah pariwisata olahraga yang unsur gaya hidupnya besar seperti lari, hiking, golf, biking.
Banyak kajian yang membahas adanya korelasi jangka pendek antara penyelenggaraan event olahraga negara, terutama kaitannya dengan pembangunan infrastruktur dan penyerapan tenaga kerja di suatu negara.
Bohlman and van Heerden (2005) dari University of Pretoria Afrika Selatan dalam salah satu kajian simulasinya menyatakan ada pengaruh positif antara kegiatan pre-event piala dunia sepak bola 2010 di Afrika Selatan terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan. Kajian yang hasilnya kurang lebih sama dilakukan oleh Centre for Regional Economic Analysis (1999) terhadap penyelenggaraan Olimpiade 2000 di Sydney.
Potensi soft sport tourism juga tidak kalah menariknya bagi Indonesia, terutama bagi kegiatan pariwisata di daerah-daerah. Tour de Singkarak adalah salah satu contoh sukses kegiatan olahraga dan pariwisata secara bersamaan, di Banyuwangi ada Tour de Ijen. Kegiatan olahraga lari jarak jauh yang lagi ngetren saat ini juga mulai banyak dilakukan di daerah-daerah, ada Jakarta Marathon, Bali Marathon, Borobudur Marathon, dll.
Dalam kaitannya dengan soft sport tourism, yang perlu diperhatikan adalah keberadaan museum-museum olahraga dan hall of fame tokoh-tokoh olah raga dan atlet-atlet terbaik yang telah mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga dunia.
Indonesia sebenarnya memiliki museum olahraga nasional, tapi kondisinya kurang bagus dan letaknya di TMII. Museum olahraga sebaiknya berada di kompleks Gelora Bung Karno, Senayan yang merupakan episentrum olahraga nasional. Apalagi, Gelora Bung Karno juga memiliki nilai sejarah tinggi yang bisa menjadi objek wisata ditawarkan ke wisatawan.
Selain itu, salah satu cabang olahraga yang sudah sangat layak dibuatkan museum adalah bulutangkis. Dari sekian olahraga, bulutangkislah yang paling sering membawa harum nama Indonesia di puncak dunia, tengok saja berapa medali emas yang disumbangkan atlet-atlet bulutangkis kita. Legenda-legenda bulutangkis kita Rudy Hartono, Cristhian Hadinata, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, dan Susi Susanti layak masuk hall of fame olahragawan Indonesia.
Keberhasilan industri pariwisata olahraga bergantung pada sinergi seluruh stakeholder, bukan hanya Kementerian Pariwisata atau Kementerian Pemuda dan Olahraga, melainkan juga kementerian-kementerian lain, asosiasi-asosiasi olahraga, serta tidak lupa inisiatif dan dukungan dari kepala daerah juga sangat menentukan keberhasilan pariwisata olahraga di Indonesia.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar dampak Asian Games 2018 bisa berpengaruh signifikan bagi Indonesia? Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama, menggerakkan generasi milenial. Survei yang dilakukan Alvara Research Center menunjukkan hanya tiga topik yang diperbincangkan generasi milenial, yaitu olahraga, musik/film, dan IT.
Selain itu, penggerak utama industri pariwisata Indonesia dalam lima tahun terakhir ini juga adalah generasi milenial. Karena itu, keterlibatan generasi milenial dalam berbagai proses Asian Games adalah sebuah keharusan.
Kedua, pembenahan infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud tidak hanya terkait infrastruktur dalam skala besar seperti transportasi atau gedung, tapi juga infrastruktur-infrastruktur penunjang seperti toilet dan petunjuk jalan. Fasilitas-fasilitas kecil sering kita abaikan dan luput dari perhatian, padahal keberadaan fasilitas-fasilitas ini memiliki dampak yang signifikan terhadap wisatawan.
Ketiga, peran aktif masyarakat. Yang punya gawe Asian Games bukanlah semata pemerintah saja, ini pun adalah ajang olahraga seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat harus didorong aktif menunjukkan keunggulan budaya Indonesia di depan ribuan tamu-tamu mancanegara, baik olahragawan maupun para pendukungnya.
Akhirnya keberhasilan penyelenggaraan Asian Games 2018 di Indonesia tidak hanya diukur dari dua indikator, yakni prestasi dan sukses penyelenggaraannya saja, tapi juga harus ada indikator ketiga yaitu keberhasilan industri pariwisata olahraga kita. Keberhasilan industri pariwisata olahraga inilah yang secara jangka panjang akan berdampak baik bagi perkembangan industri pariwisata pada umumnya.
Founder and CEO Alvara Research Center
ASIAN Games 2018, ajang olahraga terbesar bangsa-bangsa Asia, dalam waktu dekat akan segera berlangsung. Indonesia, dalam hal ini Jakarta dan Palembang, akan menjadi pusat pertandingan berbagai cabang olahraga. Bagi Indonesia, Asian Games mempunyai posisi yang sangat penting karena dampaknya bukan hanya soal olahraga, multipier-effect-nya juga diharapkan bisa berdampak bagi sektor-sektor strategis lain di Indonesia.
Salah satu sektor penting yang bisa mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan Asian Games adalah sektor pariwisata. Sport tourism atau pariwisata olahraga beberapa tahun belakangan memang semakin marak. Di banyak negara, sport tourism merupakan salah satu diversifikasi produk pariwisata unggulan.
Menurut Gammon and Robinson (2003), sport tourism terbagi menjadi dua, yaitu hard sports tourism dan soft sports tourism. Hard sport tourism adalah pariwisata olahraga yang terkait dengan event-event besar reguler seperti Olimpiade, Asian Games, SEA Games, World Cup. Sementara soft sport tourism adalah pariwisata olahraga yang unsur gaya hidupnya besar seperti lari, hiking, golf, biking.
Banyak kajian yang membahas adanya korelasi jangka pendek antara penyelenggaraan event olahraga negara, terutama kaitannya dengan pembangunan infrastruktur dan penyerapan tenaga kerja di suatu negara.
Bohlman and van Heerden (2005) dari University of Pretoria Afrika Selatan dalam salah satu kajian simulasinya menyatakan ada pengaruh positif antara kegiatan pre-event piala dunia sepak bola 2010 di Afrika Selatan terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan. Kajian yang hasilnya kurang lebih sama dilakukan oleh Centre for Regional Economic Analysis (1999) terhadap penyelenggaraan Olimpiade 2000 di Sydney.
Potensi soft sport tourism juga tidak kalah menariknya bagi Indonesia, terutama bagi kegiatan pariwisata di daerah-daerah. Tour de Singkarak adalah salah satu contoh sukses kegiatan olahraga dan pariwisata secara bersamaan, di Banyuwangi ada Tour de Ijen. Kegiatan olahraga lari jarak jauh yang lagi ngetren saat ini juga mulai banyak dilakukan di daerah-daerah, ada Jakarta Marathon, Bali Marathon, Borobudur Marathon, dll.
Dalam kaitannya dengan soft sport tourism, yang perlu diperhatikan adalah keberadaan museum-museum olahraga dan hall of fame tokoh-tokoh olah raga dan atlet-atlet terbaik yang telah mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga dunia.
Indonesia sebenarnya memiliki museum olahraga nasional, tapi kondisinya kurang bagus dan letaknya di TMII. Museum olahraga sebaiknya berada di kompleks Gelora Bung Karno, Senayan yang merupakan episentrum olahraga nasional. Apalagi, Gelora Bung Karno juga memiliki nilai sejarah tinggi yang bisa menjadi objek wisata ditawarkan ke wisatawan.
Selain itu, salah satu cabang olahraga yang sudah sangat layak dibuatkan museum adalah bulutangkis. Dari sekian olahraga, bulutangkislah yang paling sering membawa harum nama Indonesia di puncak dunia, tengok saja berapa medali emas yang disumbangkan atlet-atlet bulutangkis kita. Legenda-legenda bulutangkis kita Rudy Hartono, Cristhian Hadinata, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, dan Susi Susanti layak masuk hall of fame olahragawan Indonesia.
Keberhasilan industri pariwisata olahraga bergantung pada sinergi seluruh stakeholder, bukan hanya Kementerian Pariwisata atau Kementerian Pemuda dan Olahraga, melainkan juga kementerian-kementerian lain, asosiasi-asosiasi olahraga, serta tidak lupa inisiatif dan dukungan dari kepala daerah juga sangat menentukan keberhasilan pariwisata olahraga di Indonesia.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar dampak Asian Games 2018 bisa berpengaruh signifikan bagi Indonesia? Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama, menggerakkan generasi milenial. Survei yang dilakukan Alvara Research Center menunjukkan hanya tiga topik yang diperbincangkan generasi milenial, yaitu olahraga, musik/film, dan IT.
Selain itu, penggerak utama industri pariwisata Indonesia dalam lima tahun terakhir ini juga adalah generasi milenial. Karena itu, keterlibatan generasi milenial dalam berbagai proses Asian Games adalah sebuah keharusan.
Kedua, pembenahan infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud tidak hanya terkait infrastruktur dalam skala besar seperti transportasi atau gedung, tapi juga infrastruktur-infrastruktur penunjang seperti toilet dan petunjuk jalan. Fasilitas-fasilitas kecil sering kita abaikan dan luput dari perhatian, padahal keberadaan fasilitas-fasilitas ini memiliki dampak yang signifikan terhadap wisatawan.
Ketiga, peran aktif masyarakat. Yang punya gawe Asian Games bukanlah semata pemerintah saja, ini pun adalah ajang olahraga seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat harus didorong aktif menunjukkan keunggulan budaya Indonesia di depan ribuan tamu-tamu mancanegara, baik olahragawan maupun para pendukungnya.
Akhirnya keberhasilan penyelenggaraan Asian Games 2018 di Indonesia tidak hanya diukur dari dua indikator, yakni prestasi dan sukses penyelenggaraannya saja, tapi juga harus ada indikator ketiga yaitu keberhasilan industri pariwisata olahraga kita. Keberhasilan industri pariwisata olahraga inilah yang secara jangka panjang akan berdampak baik bagi perkembangan industri pariwisata pada umumnya.
(maf)