Teosentrisme Solusi Zaman Edan
A
A
A
Faisal Ismail
Guru Besar Pascasarjana FIAI Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
Edan! Korupsi terjadi secara masif di kalangan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ini terjadi, baik di pusat maupun di daerah. Uang negara yang dikorup sangat besar. Kalau dijumlah secara akumulatif dari tahun ke tahun, jumlah uang yang dikorupsi itu mencapai ratusan miliar dan bahkan triliunan rupiah.
Hukuman penjara selama sekian (puluh) tahun yang dijatuhkan oleh pengadilan negeri kepada koruptor tidak membuat efek jera bagi (calon) koruptor lainnya. Kasus korupsi terus terjadi tiada henti. Kasus korupsi pernah menjerat ketua dan hakim Mahkamah Konstitusi, presiden dan petinggi partai, hakim, panitera, jaksa, anggota DPR (pusat dan daerah), (mantan) menteri, sejumlah pejabat tinggi di berbagai kementerian, dan sejumlah kepala daerah (gubernur dan bupati). Mereka melakukan korupsi, kolusi, suap, dan komersialisasi jabatan. Rumah dan mobil mewah yang dibeli oleh koruptor dari hasil korupsi disita dan kemudian dilelang KPK. Uang hasil lelang diserahkan oleh KPK ke kas negara.
Edan! Menara tinggi keadaban dan pilar mulia peradaban juga runtuh. Terjadi polusi moral sangat parah yang membuat seorang anak menjadi sangat beringas, agresif, dan kalap sehingga begitu tega membunuh ibu kandung atau ayahnya sendiri. Ibu yang mengandung selama sembilan bulan dan melahirkan dengan taruhan nyawa dihabisi secara tragis oleh anak kandungnya sendiri.
Ayah yang mengasuh dan membesarkan sang anak dengan penuh kasih sayang, justru dibunuh secara sadis oleh anaknya sendiri. Di sisi lain, terjadi pencemaran moral dan akhlak sangat parah yang membuat seorang ayah atau ibu begitu kalap, beringas, dan tega sekali membunuh anaknya sendiri, sang buah hati dan belahan jiwanya, yang lahir dari buah cinta perkawinan keduanya.
Edan! Predator seksual terhadap anak memangsa korbannya di berbagai kota dan daerah. Anak-anak yang masih polos dan lugu diiming-imingi hadiah atau uang, dirayu dengan kata-kata manis dan bujukan menggiurkan, kemudian dimangsa untuk memuaskan nafsu syahwatnya. Rasa iba dan kasihan terhadap anak yang masih polos dan lugu itu sama sekali hilang dari batin sang pedofil demi memuaskan nafsu syahwatnya yang meluap-luap.
Kasus terakhir menyebutkan empat predator seksual terhadap anak ditangkap di Jambi (Sumatera) dan dari hasil interogasi polisi diketahui bahwa mereka telah menyetubuhi 86 anak. Ulangi: menyetubuhi 86 anak! Kasus sangat memalukan dan memilukan ini membuat bulu roma kita merinding. Para pedofil ini harus dihukum seberat-beratnya dan kalau perlu dijatuhi hukum kebiri yang memang dibenarkan oleh undang-undang.
Edan! Narkoba seberat 1,6 ton hendak diselundupkan oleh sindikat ke Indonesia melalui perairan Batam. Upaya penyelundupan ini dapat digagalkan oleh satuan tugas polisi dan BNN yang mengawasi jaringan perdagangan barang terlarang ini. Tapi ada juga sebagian yang lolos sehingga jual beli narkoba marak antara lain di kalangan artis.
Para sindikat narkoba menjadikan Indonesia, yang berpenduduk sangat besar, sebagai lahan empuk penjualan dan pengedaran narkoba demi meraup keuntungan sangat besar. Para bandar dan pengedar narkoba hanya berpikir untuk meraup keuntungan pribadi yang sangat besar dari bisnis haram itu. Mereka tidak peduli tentang akibat yang diderita para pengguna narkoba dan keluarganya.
Lima puluh anak meninggal dunia setiap harinya di Indonesia akibat mengonsumsi narkoba. Hukuman mati telah dilakukan Kejaksaan Agung bagi bandar narkoba yang terbukti bersalah di pengadilan. Aneh tapi nyata, sebagian bisnis narkoba dikendalikan oleh tahanan dari dalam lapas. Beberapa petugas lapas dicopot karena kelalaian atau terkait kasus ini.
Edan! Uang nasabah di beberapa bank antara lain di BRI dibobol dengan cara skimming. Data nasabah dicuri secara rahasia sehingga memudahkan si pembobol menguras uang nasabah di bank tersebut dalam jumlah besar. Kasus ini terjadi di Denpasar (Bali) dan terjadi pula di beberapa kota antara lain di Kediri (Jawa Timur). Pelakunya sudah diringkus dan ditahan oleh polisi untuk menjalani proses hukum lebih lanjut. Sindikat pembobol dana nasabah di BRI diketahui dari negara asing (Bulgaria).
BRI mengembalikan uang yang dicuri itu kepada masing-masing nasabah sehingga nasabah tidak dirugikan. Kecanggihan teknologi yang seharusnya dipakai untuk memudahkan kerja agar lebih efektif, cepat, dan akurat dalam menyelesaikan pekerjaan, tetapi dipakai oleh para pembobol bank untuk tujuan kejahatan.
Edan! Hoaks dan ujaran kebencian sudah terjadi secara overdosis dengan menggunakan media sosial sebagai alat penyebarannya sehingga mudah disebarluaskan. Hoaks dan ujaran kebencian yang berkonten SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) ditujukan oleh kelompok tertentu ke kelompok lainnya dengan tujuan “character assasination” (pembunuhan karakter) demi kepentingan politik.
Kelompok tertentu membentuk sindikat dan membisniskan hoaks dan ujaran kebencian ini dengan menerima bayaran besar dari pengguna jasa. Agama yang mengajarkan bahwa kebohongan dan fitnah lebih kejam dari pembunuhan tidak diindahkan demi politik dan uang.
Edan! Seratus ton sampah menumpuk dan mencemari Teluk Jakarta. Ini merupakan pertanda sebagian masyarakat tidak mengindahkan peraturan dan tidak melaksanakan etika lingkungan hidup. Sebagian masyarakat masih melakukan kebiasaan buruk dengan membuang sampah (termasuk sampah plastik) sembarangan. Agama yang mengajarkan “kebersihan merupakan bagian dari iman” tidak mereka praktikkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Pemda DKI telah membersihkan sampah di Teluk Jakarta seraya menyerukan masyarakat agar melaksanakan etika hidup bersih.
“Zaman Edan” ini dapat ditangkal dengan melaksanakan teosentrisme! Menurut kamus The Random House Dictionary of the English Language, teosentrik (theocentric) adalah “having God as the focal point of thoughts, interests, and feelings” (menjadikan Tuhan sebagai titik pangkal pemikiran, kepentingan, dan perasaan). Jadi, teosentrisme adalah paham atau pandangan hidup yang menempatkan Tuhan sebagai titik pangkal pemikiran, kepentingan, dan pera-saan. Kalau Tuhan dan ajaran-ajaranNya sudah meresapi dan mendasari titik pangkal pemikiran, kepentingan, dan perasaan manusia, kita yakin zaman edan dapat ditangkal.
Guru Besar Pascasarjana FIAI Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
Edan! Korupsi terjadi secara masif di kalangan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ini terjadi, baik di pusat maupun di daerah. Uang negara yang dikorup sangat besar. Kalau dijumlah secara akumulatif dari tahun ke tahun, jumlah uang yang dikorupsi itu mencapai ratusan miliar dan bahkan triliunan rupiah.
Hukuman penjara selama sekian (puluh) tahun yang dijatuhkan oleh pengadilan negeri kepada koruptor tidak membuat efek jera bagi (calon) koruptor lainnya. Kasus korupsi terus terjadi tiada henti. Kasus korupsi pernah menjerat ketua dan hakim Mahkamah Konstitusi, presiden dan petinggi partai, hakim, panitera, jaksa, anggota DPR (pusat dan daerah), (mantan) menteri, sejumlah pejabat tinggi di berbagai kementerian, dan sejumlah kepala daerah (gubernur dan bupati). Mereka melakukan korupsi, kolusi, suap, dan komersialisasi jabatan. Rumah dan mobil mewah yang dibeli oleh koruptor dari hasil korupsi disita dan kemudian dilelang KPK. Uang hasil lelang diserahkan oleh KPK ke kas negara.
Edan! Menara tinggi keadaban dan pilar mulia peradaban juga runtuh. Terjadi polusi moral sangat parah yang membuat seorang anak menjadi sangat beringas, agresif, dan kalap sehingga begitu tega membunuh ibu kandung atau ayahnya sendiri. Ibu yang mengandung selama sembilan bulan dan melahirkan dengan taruhan nyawa dihabisi secara tragis oleh anak kandungnya sendiri.
Ayah yang mengasuh dan membesarkan sang anak dengan penuh kasih sayang, justru dibunuh secara sadis oleh anaknya sendiri. Di sisi lain, terjadi pencemaran moral dan akhlak sangat parah yang membuat seorang ayah atau ibu begitu kalap, beringas, dan tega sekali membunuh anaknya sendiri, sang buah hati dan belahan jiwanya, yang lahir dari buah cinta perkawinan keduanya.
Edan! Predator seksual terhadap anak memangsa korbannya di berbagai kota dan daerah. Anak-anak yang masih polos dan lugu diiming-imingi hadiah atau uang, dirayu dengan kata-kata manis dan bujukan menggiurkan, kemudian dimangsa untuk memuaskan nafsu syahwatnya. Rasa iba dan kasihan terhadap anak yang masih polos dan lugu itu sama sekali hilang dari batin sang pedofil demi memuaskan nafsu syahwatnya yang meluap-luap.
Kasus terakhir menyebutkan empat predator seksual terhadap anak ditangkap di Jambi (Sumatera) dan dari hasil interogasi polisi diketahui bahwa mereka telah menyetubuhi 86 anak. Ulangi: menyetubuhi 86 anak! Kasus sangat memalukan dan memilukan ini membuat bulu roma kita merinding. Para pedofil ini harus dihukum seberat-beratnya dan kalau perlu dijatuhi hukum kebiri yang memang dibenarkan oleh undang-undang.
Edan! Narkoba seberat 1,6 ton hendak diselundupkan oleh sindikat ke Indonesia melalui perairan Batam. Upaya penyelundupan ini dapat digagalkan oleh satuan tugas polisi dan BNN yang mengawasi jaringan perdagangan barang terlarang ini. Tapi ada juga sebagian yang lolos sehingga jual beli narkoba marak antara lain di kalangan artis.
Para sindikat narkoba menjadikan Indonesia, yang berpenduduk sangat besar, sebagai lahan empuk penjualan dan pengedaran narkoba demi meraup keuntungan sangat besar. Para bandar dan pengedar narkoba hanya berpikir untuk meraup keuntungan pribadi yang sangat besar dari bisnis haram itu. Mereka tidak peduli tentang akibat yang diderita para pengguna narkoba dan keluarganya.
Lima puluh anak meninggal dunia setiap harinya di Indonesia akibat mengonsumsi narkoba. Hukuman mati telah dilakukan Kejaksaan Agung bagi bandar narkoba yang terbukti bersalah di pengadilan. Aneh tapi nyata, sebagian bisnis narkoba dikendalikan oleh tahanan dari dalam lapas. Beberapa petugas lapas dicopot karena kelalaian atau terkait kasus ini.
Edan! Uang nasabah di beberapa bank antara lain di BRI dibobol dengan cara skimming. Data nasabah dicuri secara rahasia sehingga memudahkan si pembobol menguras uang nasabah di bank tersebut dalam jumlah besar. Kasus ini terjadi di Denpasar (Bali) dan terjadi pula di beberapa kota antara lain di Kediri (Jawa Timur). Pelakunya sudah diringkus dan ditahan oleh polisi untuk menjalani proses hukum lebih lanjut. Sindikat pembobol dana nasabah di BRI diketahui dari negara asing (Bulgaria).
BRI mengembalikan uang yang dicuri itu kepada masing-masing nasabah sehingga nasabah tidak dirugikan. Kecanggihan teknologi yang seharusnya dipakai untuk memudahkan kerja agar lebih efektif, cepat, dan akurat dalam menyelesaikan pekerjaan, tetapi dipakai oleh para pembobol bank untuk tujuan kejahatan.
Edan! Hoaks dan ujaran kebencian sudah terjadi secara overdosis dengan menggunakan media sosial sebagai alat penyebarannya sehingga mudah disebarluaskan. Hoaks dan ujaran kebencian yang berkonten SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) ditujukan oleh kelompok tertentu ke kelompok lainnya dengan tujuan “character assasination” (pembunuhan karakter) demi kepentingan politik.
Kelompok tertentu membentuk sindikat dan membisniskan hoaks dan ujaran kebencian ini dengan menerima bayaran besar dari pengguna jasa. Agama yang mengajarkan bahwa kebohongan dan fitnah lebih kejam dari pembunuhan tidak diindahkan demi politik dan uang.
Edan! Seratus ton sampah menumpuk dan mencemari Teluk Jakarta. Ini merupakan pertanda sebagian masyarakat tidak mengindahkan peraturan dan tidak melaksanakan etika lingkungan hidup. Sebagian masyarakat masih melakukan kebiasaan buruk dengan membuang sampah (termasuk sampah plastik) sembarangan. Agama yang mengajarkan “kebersihan merupakan bagian dari iman” tidak mereka praktikkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Pemda DKI telah membersihkan sampah di Teluk Jakarta seraya menyerukan masyarakat agar melaksanakan etika hidup bersih.
“Zaman Edan” ini dapat ditangkal dengan melaksanakan teosentrisme! Menurut kamus The Random House Dictionary of the English Language, teosentrik (theocentric) adalah “having God as the focal point of thoughts, interests, and feelings” (menjadikan Tuhan sebagai titik pangkal pemikiran, kepentingan, dan perasaan). Jadi, teosentrisme adalah paham atau pandangan hidup yang menempatkan Tuhan sebagai titik pangkal pemikiran, kepentingan, dan pera-saan. Kalau Tuhan dan ajaran-ajaranNya sudah meresapi dan mendasari titik pangkal pemikiran, kepentingan, dan perasaan manusia, kita yakin zaman edan dapat ditangkal.
(rhs)