Milenial dan Kebutuhan Perumahan

Kamis, 01 Maret 2018 - 07:37 WIB
Milenial dan Kebutuhan Perumahan
Milenial dan Kebutuhan Perumahan
A A A
Tasmilah
Statistisi pada Badan Pusat Statistik

Generasi milenial yang saat ini berumur 18 hing­ga 37 tahun di­ya­kini banyak memberikan pe­nga­ruh di bidang ekonomi. G­e­ne­ra­si ini merupakan peng­ge­rak leisure economy yang di­tan­dai dengan perubahan kon­sum­si dari kebutuhan berorientasi ba­rang menjadi kebutuhan akan kesenangan/hiburan.

Berdasarkan data Badan Pu­sat Statistik (BPS) ada 176,8 ju­ta penduduk usia produktif pa­da 2017 atau sekitar 67% dari 261,8 juta penduduk Indonesia. Da­ri jumlah tersebut, 80 juta di an­taranya merupakan generasi mi­lenial yang lahir antara 1980-1999.

Jumlah yang besar ini ti­dak hanya menjadi penggerak da­lam leisure economy, tapi sua­ra milenial terutama di media so­sial juga mampu mengubah arah kebijakan pemerintah se­ba­gaimana terjadi pada an­g­kut­an berbasis online atau dalam j­a­ring­an (daring).

Namun siapa sangka, di balik hingar bingarnya gairah ge­­ne­ra­si milenial ini, ada satu per­­soal­an perlu mendapat per­ha­­ti­an, bahkan perlu men­da­pat­kan ban­tuan dari peme­rin­tah. Pe­r­soal­an tersebut ada pa­da pe­nye­dia­an rumah/tempat ting­gal se­ba­gai salah satu ke­bu­tuh­an da­sar manusia.

Kemampuan penyediaan ru­mah saat ini berkejaran de­ngan me­ningkatnya jumlah pen­du­duk yang memasuki usia pro­duk­tif. Bahkan menurut pem­be­r­­itaan salah satu media na­s­ional, ke­kurangan rumah saat ini se­ki­tar 11,4 juta unit, se­dangkan ke­bu­tuhan rumah se­tiap tahun bertambah 800.000 unit.

Sebagai contoh di Ibu Kota Ja­karta, hanya 50,16% pen­du­duk yang menempati rumah sen­diri dan ada 36,76% pen­du­duk yang menempati rumah kon­trak atau sewa. Kondisi sa­ma tentu tidak jauh berbeda un­tuk kota-kota besar lainnya di In­donesia.

Menurut K­emen­te­ri­­an Koordinator Bidang Pe­r­eko­­no­mian, harga rumah di Ja­bo­de­tabek rata-rata mengalami ke­n­aikan 20% per tahun. Angka ini jauh melampaui kenaikan gaji rata-rata karyawan/buruh yang nilainya 10% per tahun.

Kondisi di atas men­cer­min­kan bahwa harga perumahan di DKI Jakarta dan di kota besar lain­nya semakin tidak terbeli, ti­dak terkecuali bagi generasi mi­lenial. Bahkan menurut kon­sul­tan properti Savills In­do­ne­sia, 46% generasi milenial di Ja­kar­ta berpenghasilan di bawah 4 juta rupiah dan 34% ber­peng­ha­silan antara 4-7 juta rupiah. Ha­nya ada 14% milenial ber­peng­hasilan 7-12 juta ru­piah dan 6% yang ber­peng­ha­silan di atas 12 juta rupiah.

Generasi milenial yang ha­ri ini begitu eksis di ber­ba­gai me­dia so­sial, tapi di balik itu me­­nyim­pan sebuah ke­kha­­wa­tir­an. Jika generasi se­be­­lum­nya meng­a­nggap bah­wa ru­mah be­­sar dan mobil mew­­ah adalah ­se­buah ke­bang­gaan, ta­pi tidak de­mi­kian de­ngan ge­ne­rasi ini.

Me­r­e­ka le­bih suka me­nik­mati pe­nga­la­man dan ke­se­nang­an de­ngan ber­kumpul ber­sa­ma te­man dan ti­dak lupa me­ma­­mer­kan aneka ke­giatannya. Jalan-jalan ke ma­na, makan di ma­na, me­nonton apa, dan ber­sa­ma sia­pa, lebih pen­ting bagi ge­n­­e­ra­si milenial.

Gaya hidup inilah men­do­­rong perubahan kon­sum­si ru­mah tangga dari yang se­mu­la ber­orientasi barang ber­alih pa­da pengalaman. Hal ini tercer­min pada pe­rtum­buh­an eko­no­mi di sektor-sektor lei­sure, se­per­ti trans­por­ta­si, hotel/ak­o­mo­da­si, dan res­toran/pe­nye­dia­an ma­kan minum dalam be­be­rapa ta­hun terakhir. Meski pen­jual­an ritel menurun, tapi kun­jung­an untuk tempat-tem­pat wi­sata dan kuliner semakin me­­ningkat setiap tahun.

Jika untuk kepemilikan ken­­da­raan bisa dengan sis­tem shar­ing /berbagi karena se­makin men­jamurnya trans­por­tasi da­r­ing, namun tidak de­ngan ­pe­ru­mah­an. Mungkin pe­mi­kiran bah­wa harus segera me­miliki ru­mah itu masih di­ang­gap ku­no, tapi ba­gaima­na­pun hal ter­se­but harus te­r­pe­nuhi. Ba­gi sia­pa pun, rumah me­ru­pa­kan tem­pat paling ideal un­tuk kem­bali se­kaligus meng­him­pun energi un­tuk me­nik­mati hidup.

Bahwa pengalaman dan li­bur­­an itu penting, tapi punya ru­mah itu juga tidak kalah pen­ting bahkan prioritas. Hal ini ka­r­e­na semakin milenial m­e­nun­da memiliki rumah, maka harga ru­mah semakin tidak te­rjang­kau.

Harus ada pengaturan pe­nge­luaran bagi generasi m­i­le­nial ini. Tidak dapat dimungkiri bahw­a kerasnya persaingan di du­n­ia kerja dan bisnis hingga ke­macetan yang menyita waktu meng­akibatkan kebutuhan un­tuk liburan/rekreasi juga se­ma­kin meningkat.

Fenomena fear of missing out (FOMO) atau ketakutan ji­ka ti­dak ikut menikmati se­buah pe­nga­laman harus di­hi­lang­kan. Ke­takutan tidak bisa tra­veling atau tidak bisa me­non­ton ko­n­ser harus di­hi­lang­kan. Karena bi­sa jadi bukan lagi sebagai se­buah kebutuhan na­mun lebih pa­da ajang pamer dan eksistensi.

Tidak mengherankan jika ada banyak tampilan kepura-pura­an yang menghiasi media so­sial. Padahal tidak semua mi­le­nial itu kuat secara ekonomi atau seperti yang mereka per­ton­tonkan. Tidak semua mi­le­nial mampu, tidak semua mi­le­nial merupakan entrepreneur mu­da atau karyawan peru­sah­a­an bergengsi. Ada banyak mi­le­nial rapuh.

Ada banyak milenial bergaji di bawah UMR, demikian juga ada banyak milenial pengang­gur­an lulusan SMA/SMK na­mun ingin eksis. Hal ini ter­kon­fir­masi dari data BPS yang me­nun­jukkan bahwa tingkat peng­­angguran tertinggi pada Sep­tember 2017 merupakan lu­lus­an SMA/SMK yaitu se­ba­nyak 19,7%.

Kebutuhan perumahan dan ko­n­disi ekonomi generasi mi­l­e­nial ini harus disadari se­pe­nuh­nya oleh pemerintah. Kon­disi ini tentu mem­bu­tuh­kan pe­­ran pe­merintah un­­tuk meng­­­atasi ke­ko­song­an ter­se­but. Prog­ram ru­mah atau apar­­te­men ber­sub­­sidi bisa men­­ja­di so­lu­si.

M­e­nu­rut Men­teri Pe­ker­­jaan Umum dan Pe­ru­mah­­an Rakyat Ba­su­ki Ha­di­­muljono, pe­me­rin­tah akan me­­ngem­bang­kan be­be­­ra­pa ske­ma pembiayaan, mi­­s­al­nya pem­bia­ya­an ber­ba­sis ta­­bung­an.

Akan te­tapi, ha­rus di­sa­dari bah­wa da­lam ke­pe­­mi­lik­an ru­mah ter­­sebut ti­­dak ha­nya menyediakan ci­cil­an tiap bulan saja n­a­­mun juga ha­­r­us mengum­pul­­kan da­na gu­na me­menuhi uang mu­ka. Ini ha­rus menjadi per­­ha­ti­an ju­ga bagi ge­nerasi mi­lenial yang se­­cara umum ma­sih me­nang­gung ke­mam­puan ekonomi.

Harapannya upaya pem­e­rin­tah ini dibarengi dengan ke­de­wasaan milenial dalam me­nge­lola keuangan. Dengan be­gi­tu, upaya tersebut bertemu de­ngan kemampuan milenial da­lam membeli rumah. Jadi sekali la­gi, jalan-jalan dan penga­la­man itu perlu, tapi memiliki ru­mah itu adalah prioritas.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4057 seconds (0.1#10.140)