Wacana Usung Capres di Internal Parpol, Ini Kata Romy PPP
A
A
A
JAKARTA - Wacana pencapresan kader internal dilakukan sebagai upaya untuk mendongkrak suara partai politik (parpol) yang bersangkutan. Parpol yang perolehan suaranya kecil, tidak akan bisa mengusung calon presiden (capres) sendiri
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy mengatakan, parpol yang perolehan suaranya kecil, tidak akan bisa mengusung calon presiden (capres) sendiri. Dia menjelaskan, parpol itu harus berkoalisi dengan partai lain untuk mendapatkan dukungan suara.
"Jangan lupa, pilpres dan pemilu legislatif 2019 dilaksanakan serentak. Apakah Parpol yang perolehan suaranya kecil akan tetap ngotot mencapreskan kadernya sendiri," ujarnya di Jakarta, Sabtu (21/10/2017).
Pada akhirnya, lanjut pria yang biasa disapa Romy ini, capres yang akan dicalonkan harus diusung oleh beberapa parpol. Sehingga, diprediksi bahwa Pilpres 2019 hanya diikuti dua pasangan calon presiden.
"Mau ngotot seperti apapun, kalau suaranya kurang dari 20% tidak bisa mengajukan capres sendiri. Mau tidak mau, parpol tersebut harus menggandeng parpol lain," tuturnya.
Dia meyakini, parpol bersangkutan akan bersikap realistis dengan kenyataan seperti itu. Sehingga akan mencari koalisi agar capres yang bakal diusung memenuhi persyaratan pencalonan.
"Sehingga, mau tidak mau semua parpol harus mulai menjalin komunikasi. Apalagi, masih ada cukup waktu bagi parpol untuk memutuskan capres mana yang akan didukung," katanya.
Dia mengaku tidak bakal mengikuti jejak sejumlah parpol yang mewacanakan untuk mengusung kader internalnya sebagai calon presiden. Karena, PPP memastikan tetap mengusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019.
"Pada akhirnya, parpol yang mewacanakan capres dari kader internal, harus realistis. Pendaftaran capres dilakukan pada Agustus mendatang dan ujung-ujungnya mereka akan bersama-sama mendukung capres yang diajukan parpol lain," ucapnya.
Karena sudah terbaca sejak awal, menurutnya, peta politik 2019 sebenarnya tidak menarik. Maka itu, PPP berharap agar dalam Pilpres 2019, Jokowi menggandeng calon wakil presiden dari kalangan Islam moderat.
"Dengan demikian, maka langkah Jokowi untuk memenangi pilpres akan jauh lebih mudah," katanya.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy mengatakan, parpol yang perolehan suaranya kecil, tidak akan bisa mengusung calon presiden (capres) sendiri. Dia menjelaskan, parpol itu harus berkoalisi dengan partai lain untuk mendapatkan dukungan suara.
"Jangan lupa, pilpres dan pemilu legislatif 2019 dilaksanakan serentak. Apakah Parpol yang perolehan suaranya kecil akan tetap ngotot mencapreskan kadernya sendiri," ujarnya di Jakarta, Sabtu (21/10/2017).
Pada akhirnya, lanjut pria yang biasa disapa Romy ini, capres yang akan dicalonkan harus diusung oleh beberapa parpol. Sehingga, diprediksi bahwa Pilpres 2019 hanya diikuti dua pasangan calon presiden.
"Mau ngotot seperti apapun, kalau suaranya kurang dari 20% tidak bisa mengajukan capres sendiri. Mau tidak mau, parpol tersebut harus menggandeng parpol lain," tuturnya.
Dia meyakini, parpol bersangkutan akan bersikap realistis dengan kenyataan seperti itu. Sehingga akan mencari koalisi agar capres yang bakal diusung memenuhi persyaratan pencalonan.
"Sehingga, mau tidak mau semua parpol harus mulai menjalin komunikasi. Apalagi, masih ada cukup waktu bagi parpol untuk memutuskan capres mana yang akan didukung," katanya.
Dia mengaku tidak bakal mengikuti jejak sejumlah parpol yang mewacanakan untuk mengusung kader internalnya sebagai calon presiden. Karena, PPP memastikan tetap mengusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019.
"Pada akhirnya, parpol yang mewacanakan capres dari kader internal, harus realistis. Pendaftaran capres dilakukan pada Agustus mendatang dan ujung-ujungnya mereka akan bersama-sama mendukung capres yang diajukan parpol lain," ucapnya.
Karena sudah terbaca sejak awal, menurutnya, peta politik 2019 sebenarnya tidak menarik. Maka itu, PPP berharap agar dalam Pilpres 2019, Jokowi menggandeng calon wakil presiden dari kalangan Islam moderat.
"Dengan demikian, maka langkah Jokowi untuk memenangi pilpres akan jauh lebih mudah," katanya.
(mhd)