Anies-Sandi Menang untuk Menanggung Beban
A
A
A
Bambang Soesatyo
Ketua Komisi III DPR RI, Fraksi Partai Golkar
Presidium Nasional KAHMI 2012-2017
TERIMA kasih kepada Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat atas kerja dan pengabdian mereka dan selamat kepada bakal gubernur dan bakal wakil gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno.
Jangan larut dalam euforia kemenangan, Anies-Sandi harus segera berkonsolidasi agar transisi pemerintahan nanti berjalan mulus. Lagi pula, begitu banyak beban pekerjaan yang harus dituntaskan.
Tuntas sudah pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017. Kondusivitas ibu kota negara ini harus segera dipulihkan. Semua harus fokus lagi pada kegiatan produktif. Jangan lupa bahwa di hadapan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan warga Ibu Kota terbentang sejumlah pekerjaan besar yang harus diselesaikan dalam jangka dekat.
Bersama Palembang, Jakarta akan menjadi tuan rumah pelaksanaan Asian Games pada periode 18 Agustus 2018-2 September 2018. Pesta olahraga ini akan diikuti 45 negara. Asian Games XVIII Jakarta-Palembang akan menyelenggarakan 42 cabang olahraga, terdiri atas 34 cabang olahraga olimpiade dan delapan cabang olahraga nonolimpiade.
Pemprov DKI Jakarta tentu harus memastikan kesiapan semua venue, hotel, dan kelancaran transportasi para atlet. Sekitar 32 cabang olahraga akan dipertandingkan di Jakarta dan sekitarnya. Baru-baru ini Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah melihat langsung kesiapan Palembang sebagai tuan rumah.
Maka itu, masalah kesiapan Jakarta sebagai tuan rumah pun tidak boleh lepas dari perhatian Anies-Sandi. Karena Asian Games XVIII Jakarta-Palembang akan menentukan citra negara, Anies-Sandi hendaknya memberi perhatian ekstra terhadap kesiapan Jakarta. Event internasional ini akan menjadi pertaruhan bagi kepemimpinan Anies-Sandi di Jakarta.
Selain soal Asian Games XVIII, Jakarta pun sedang sibuk membangun sejumlah proyek infrastruktur transportasi. Ada proyek Mass Rapid Transit (MRT) dari wilayah selatan menuju pusat dan utara Jakarta.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga sedang membangun dua dari tujuh rute Light Rail Transit (LRT). Ditambah dengan pembangunan jembatan layang dan underpass di beberapa titik, Ibu Kota memang tampak begitu sibuk membangun. Akibat itu, belakangan ini kemacetan lalu lintas pada hampir semua ruas jalan utama sudah sangat parah dan sangat menyiksa warga.
Penyelesaian semua proyek infrastruktur itu dan upaya mengurai kemacetan juga harus menjadi fokus perhatian Anies-Sandi. Pemprov DKI yang baru nanti harus memiliki catatan rinci mengenai jadwal penyelesaian proyek. Hal ini perlu agar Pemprov DKI berani memastikan bahwa semua proyek infrastruktur itu akan selesai tepat waktu.
Penyelesaian proyek yang tepat waktu akan berpengaruh signifikan terhadap upaya mengurangi kemacetan. Kalau memungkinkan, penyelesaian beberapa proyek itu bahkan bisa dipercepat.
Karena itu, sambil menunggu pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum DKI tentang hasil final Pilkada 2017, Anies-Sandi perlu meningkatkan intensitas koordinasi dengan pasangan petahana Ahok-Djarot.
Selain membahas rencana program yang akan dimasukkan dalam APBD DKI Perubahan, Anies-Sandi juga harus memberi perhatian terhadap agenda-agenda lain sebagaimana telah disebut sebelumnya. Termasuk program penanganan banjir hingga tempat pembuangan akhir sampah.
Seperti diketahui bersama, masih ada sejumlah persoalan pelik yang akan terus dihadapi Pemprov DKI Jakarta dari waktu ke waktu. Semua persoalan pelik itu bersinggungan langsung dengan kepentingan warga. Sehingga, jika gubernur lalai atau lamban, kinerja Pemprov DKI Jakarta akan langsung dikecam warga. Kemungkinan-kemungkinan seperti itulah yang harus diantisipasi Anies-Sandi. Maka itu, koordinasi dengan Ahok-Djarot menjadi sangat penting agar transisi nanti minim masalah.
Pengawasan Publik
Berkat perubahan pola pendekatan masalah dan pengelolaan anggaran, warga Jakarta kini sangat kritis terhadap Pemprov DKI. Warga Jakarta menuntut pengelolaan anggaran yang transparan.
Kualitas pelayanan publik harus terus ditingkatkan. Manajemen pemprov pun harus responsif. Terhadap beberapa aspek itu, bisa dikatakan bahwa Pemprov DKI saat ini sudah meletakkan standar baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Setidaknya, hal ini tercermin dari tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja kepemimpinan Ahok-Djarot. Maka itu, tantangannya sangat jelas bagi Anies-Sandi. Minimal mempertahankan standar yang sudah dicapai saat ini. Akan lebih ideal jika Anies-Sandi bisa meningkatkan standar itu.
Persepsi warga Ibu Kota tentang pengelolaan APBD DKI yang transparan dan bebas dari korupsi bisa dipahami dari begitu banyak pendapat warga. Misalnya, berkat transparansi anggaran saat ini, warga Ibu Kota seakan disadarkan bahwa bertahun-tahun lalu banyak anggaran yang menguap karena tak jelas pemanfaatannya.
Sebagai misal anggaran untuk membersihkan atau penanganan sarana dan prasarana umum (PPSU) serta anggaran untuk mengeruk atau membersihkan sungai dan kali. Pada tahun-tahun terdahulu sarana dan prasarana umum serta sungai/ kali dibiarkan kotor, padahal ada alokasi anggaran untuk membersihkannya.
Warga pun berasumsi bahwa ada begal anggaran di Pemprov DKI Jakarta. Dugaan ini semakin kuat ketika Pemprov DKI dan DPRD DKI pada 2014 bersitegang karena isu APBD DKI yang sarat dengan anggaran ganda. Fakta historis ini tentu saja tidak boleh lolos dari pantauan Anies-Sandi.
Selain transparansi pengelolaan APBD, warga DKI juga menyoroti penggunaan dana yang bersumber dari corporate social responsibility (CSR). Tentang pemanfaatan CSR, aturan main yang diterapkan saat ini adalah langsung dalam bentuk barang atau proyek. Alokasi CSR tidak lagi dalam bentuk dana tunai, tetapi langsung dikonversi dalam bentuk proyek untuk kepentingan umum.
Revitalisasi untuk ribuan kilometer trotoar dibiayai dengan CSR. Realisasi proyek peningkatan Jembatan Semanggi pun dibiayai dengan CSR, termasuk revitalisasi kawasan Kalijodo. Transparansi dan model pemanfaatan CSR ini hendaknya diteruskan Anies-Sandi.
Faktor lain yang juga harus diamati Anies-Sandi adalah konsistensi dan kualitas pelayanan publik, khususnya di semua kelurahan hingga pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit. Kendati masih terdapat kekurangan di sana-sini, warga DKI secara umum menyatakan cukup puas atas upaya perbaikan yang telah dilakukan selama ini.
Ditemukan banyak fakta bahwa jika pusat-pusat layanan publik tidak bekerja sebagaimana mestinya, warga tidak segan-segan untuk melapor atau menginformasikannya melalui media sosial. Ketidakberesan itu akan menjadi gunjingan warga. Jika pusat-pusat layanan publik itu tidak segera membenahi kinerja, publik akan mengecam gubernur dan wakil gubernur.
Selain intens memantau pelayanan publik, Anies-Sandi juga harus memastikan birokrasi yang dipimpinnya mampu responsif terhadap keluhan atau laporan warga. Keluhan atau laporan itu langsung disampaikan warga dengan datang ke Balai Kota DKI atau melalui sarana media sosial.
Patut digarisbawahi oleh Anies-Sandi bahwa keluhan atau laporan warga akan selalu ada. Dan, sudah pasti bahwa warga menghendaki agar Pemprov DKI merespons keluhan maupun laporan-laporan itu.
Pada masa lalu warga Jakarta nyaris tidak peduli dengan kinerja Pemprov DKI. Tetapi, kini warga Jakarta justru sangat aktif mengawasi Pemprov DKI dari hari ke hari. Maka itu, ketika Anies-Sandi diberi amanah untuk memimpin Jakarta dan mengendalikan birokrasi Pemprov DKI, itu adalah pekerjaan besar yang sangat berat karena penuh tantangan.
Dengan begitu, pesta kemenangan harus segera diakhiri. Anies-Sandi harus mulai mendata program kerja prioritas yang relevan dengan kepentingan warga Ibu Kota.
Ketua Komisi III DPR RI, Fraksi Partai Golkar
Presidium Nasional KAHMI 2012-2017
TERIMA kasih kepada Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat atas kerja dan pengabdian mereka dan selamat kepada bakal gubernur dan bakal wakil gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno.
Jangan larut dalam euforia kemenangan, Anies-Sandi harus segera berkonsolidasi agar transisi pemerintahan nanti berjalan mulus. Lagi pula, begitu banyak beban pekerjaan yang harus dituntaskan.
Tuntas sudah pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017. Kondusivitas ibu kota negara ini harus segera dipulihkan. Semua harus fokus lagi pada kegiatan produktif. Jangan lupa bahwa di hadapan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan warga Ibu Kota terbentang sejumlah pekerjaan besar yang harus diselesaikan dalam jangka dekat.
Bersama Palembang, Jakarta akan menjadi tuan rumah pelaksanaan Asian Games pada periode 18 Agustus 2018-2 September 2018. Pesta olahraga ini akan diikuti 45 negara. Asian Games XVIII Jakarta-Palembang akan menyelenggarakan 42 cabang olahraga, terdiri atas 34 cabang olahraga olimpiade dan delapan cabang olahraga nonolimpiade.
Pemprov DKI Jakarta tentu harus memastikan kesiapan semua venue, hotel, dan kelancaran transportasi para atlet. Sekitar 32 cabang olahraga akan dipertandingkan di Jakarta dan sekitarnya. Baru-baru ini Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah melihat langsung kesiapan Palembang sebagai tuan rumah.
Maka itu, masalah kesiapan Jakarta sebagai tuan rumah pun tidak boleh lepas dari perhatian Anies-Sandi. Karena Asian Games XVIII Jakarta-Palembang akan menentukan citra negara, Anies-Sandi hendaknya memberi perhatian ekstra terhadap kesiapan Jakarta. Event internasional ini akan menjadi pertaruhan bagi kepemimpinan Anies-Sandi di Jakarta.
Selain soal Asian Games XVIII, Jakarta pun sedang sibuk membangun sejumlah proyek infrastruktur transportasi. Ada proyek Mass Rapid Transit (MRT) dari wilayah selatan menuju pusat dan utara Jakarta.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga sedang membangun dua dari tujuh rute Light Rail Transit (LRT). Ditambah dengan pembangunan jembatan layang dan underpass di beberapa titik, Ibu Kota memang tampak begitu sibuk membangun. Akibat itu, belakangan ini kemacetan lalu lintas pada hampir semua ruas jalan utama sudah sangat parah dan sangat menyiksa warga.
Penyelesaian semua proyek infrastruktur itu dan upaya mengurai kemacetan juga harus menjadi fokus perhatian Anies-Sandi. Pemprov DKI yang baru nanti harus memiliki catatan rinci mengenai jadwal penyelesaian proyek. Hal ini perlu agar Pemprov DKI berani memastikan bahwa semua proyek infrastruktur itu akan selesai tepat waktu.
Penyelesaian proyek yang tepat waktu akan berpengaruh signifikan terhadap upaya mengurangi kemacetan. Kalau memungkinkan, penyelesaian beberapa proyek itu bahkan bisa dipercepat.
Karena itu, sambil menunggu pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum DKI tentang hasil final Pilkada 2017, Anies-Sandi perlu meningkatkan intensitas koordinasi dengan pasangan petahana Ahok-Djarot.
Selain membahas rencana program yang akan dimasukkan dalam APBD DKI Perubahan, Anies-Sandi juga harus memberi perhatian terhadap agenda-agenda lain sebagaimana telah disebut sebelumnya. Termasuk program penanganan banjir hingga tempat pembuangan akhir sampah.
Seperti diketahui bersama, masih ada sejumlah persoalan pelik yang akan terus dihadapi Pemprov DKI Jakarta dari waktu ke waktu. Semua persoalan pelik itu bersinggungan langsung dengan kepentingan warga. Sehingga, jika gubernur lalai atau lamban, kinerja Pemprov DKI Jakarta akan langsung dikecam warga. Kemungkinan-kemungkinan seperti itulah yang harus diantisipasi Anies-Sandi. Maka itu, koordinasi dengan Ahok-Djarot menjadi sangat penting agar transisi nanti minim masalah.
Pengawasan Publik
Berkat perubahan pola pendekatan masalah dan pengelolaan anggaran, warga Jakarta kini sangat kritis terhadap Pemprov DKI. Warga Jakarta menuntut pengelolaan anggaran yang transparan.
Kualitas pelayanan publik harus terus ditingkatkan. Manajemen pemprov pun harus responsif. Terhadap beberapa aspek itu, bisa dikatakan bahwa Pemprov DKI saat ini sudah meletakkan standar baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Setidaknya, hal ini tercermin dari tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja kepemimpinan Ahok-Djarot. Maka itu, tantangannya sangat jelas bagi Anies-Sandi. Minimal mempertahankan standar yang sudah dicapai saat ini. Akan lebih ideal jika Anies-Sandi bisa meningkatkan standar itu.
Persepsi warga Ibu Kota tentang pengelolaan APBD DKI yang transparan dan bebas dari korupsi bisa dipahami dari begitu banyak pendapat warga. Misalnya, berkat transparansi anggaran saat ini, warga Ibu Kota seakan disadarkan bahwa bertahun-tahun lalu banyak anggaran yang menguap karena tak jelas pemanfaatannya.
Sebagai misal anggaran untuk membersihkan atau penanganan sarana dan prasarana umum (PPSU) serta anggaran untuk mengeruk atau membersihkan sungai dan kali. Pada tahun-tahun terdahulu sarana dan prasarana umum serta sungai/ kali dibiarkan kotor, padahal ada alokasi anggaran untuk membersihkannya.
Warga pun berasumsi bahwa ada begal anggaran di Pemprov DKI Jakarta. Dugaan ini semakin kuat ketika Pemprov DKI dan DPRD DKI pada 2014 bersitegang karena isu APBD DKI yang sarat dengan anggaran ganda. Fakta historis ini tentu saja tidak boleh lolos dari pantauan Anies-Sandi.
Selain transparansi pengelolaan APBD, warga DKI juga menyoroti penggunaan dana yang bersumber dari corporate social responsibility (CSR). Tentang pemanfaatan CSR, aturan main yang diterapkan saat ini adalah langsung dalam bentuk barang atau proyek. Alokasi CSR tidak lagi dalam bentuk dana tunai, tetapi langsung dikonversi dalam bentuk proyek untuk kepentingan umum.
Revitalisasi untuk ribuan kilometer trotoar dibiayai dengan CSR. Realisasi proyek peningkatan Jembatan Semanggi pun dibiayai dengan CSR, termasuk revitalisasi kawasan Kalijodo. Transparansi dan model pemanfaatan CSR ini hendaknya diteruskan Anies-Sandi.
Faktor lain yang juga harus diamati Anies-Sandi adalah konsistensi dan kualitas pelayanan publik, khususnya di semua kelurahan hingga pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit. Kendati masih terdapat kekurangan di sana-sini, warga DKI secara umum menyatakan cukup puas atas upaya perbaikan yang telah dilakukan selama ini.
Ditemukan banyak fakta bahwa jika pusat-pusat layanan publik tidak bekerja sebagaimana mestinya, warga tidak segan-segan untuk melapor atau menginformasikannya melalui media sosial. Ketidakberesan itu akan menjadi gunjingan warga. Jika pusat-pusat layanan publik itu tidak segera membenahi kinerja, publik akan mengecam gubernur dan wakil gubernur.
Selain intens memantau pelayanan publik, Anies-Sandi juga harus memastikan birokrasi yang dipimpinnya mampu responsif terhadap keluhan atau laporan warga. Keluhan atau laporan itu langsung disampaikan warga dengan datang ke Balai Kota DKI atau melalui sarana media sosial.
Patut digarisbawahi oleh Anies-Sandi bahwa keluhan atau laporan warga akan selalu ada. Dan, sudah pasti bahwa warga menghendaki agar Pemprov DKI merespons keluhan maupun laporan-laporan itu.
Pada masa lalu warga Jakarta nyaris tidak peduli dengan kinerja Pemprov DKI. Tetapi, kini warga Jakarta justru sangat aktif mengawasi Pemprov DKI dari hari ke hari. Maka itu, ketika Anies-Sandi diberi amanah untuk memimpin Jakarta dan mengendalikan birokrasi Pemprov DKI, itu adalah pekerjaan besar yang sangat berat karena penuh tantangan.
Dengan begitu, pesta kemenangan harus segera diakhiri. Anies-Sandi harus mulai mendata program kerja prioritas yang relevan dengan kepentingan warga Ibu Kota.
(dam)