Ada Dua Jenis Ancaman Terorisme
A
A
A
Masalah terorisme, TKI ilegal, peredaran narkoba yang makin mengkhawatirkan, klaim kebudayaan, hingga masalah asap menjadi perhatian khusus Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak. Menurut dia, berbagai masalah tersebut hanya bisa diselesaikan dengan kerja sama yang erat antara Malaysia dan Indonesia. Berikut petikan wawancaranya.
Ada 10 nelayan Indonesia yang disandera Abu Sayyaf. Bagaimana pengalaman Malaysia dulu ketika ada warganya yang juga ditangkap kelompok tersebut? Apa ada negosiasi?
Ada dua jenis ancaman terorisme. Satu yang berbentuk ideologi. Ini lebih berpadu kepada ideologi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Tindakan mereka dan motivasi mereka itu berlainan. Ada satu lagi kelompok Abu Sayyaf. Mereka ini kita sebut sebagai kidnap for ransom (penculikan untuk uang tebusan) di mana mereka melakukan sesuatu, motivasinya material, uang. Untuk mencari uang. Jadi mereka akan gunakan kesempatan untuk menculik warga Malaysia dan Indonesia.
Kami punya pendirian bahwa sebagai sebuah kerajaan, kami tidak ada negosiasi. Tapi kami serahkan kepada pihak individu swasta untuk menentukan apa tindakan yang patut mereka lakukan. Sebagai sebuah kerajaan, tidak wajar bagi kita terlibat dalam negosiasi, rundingan
(perundingan) dan sebagainya.
Belum lama Jakarta diserang teroris. Kabarnya ISIS ikut bermain. Kemarin juga kita lihat di Malaysia ada beberapa orang ditangkap. Yang ISIS ini bagaimana?
Kita punya polisi. Kita mesti melakukan sesuatu dalam bentuk prevented(pencegahan). Kalau sesuatu telah berlaku (terjadi) dalam bentuk letupan (bom) dan kita ambil tindakan untuk menangkap mereka ataupun memberantas mereka. Tetapi, nyawa sudah terkorban. Harta sudah musnah.
Jadi polisi kita telah melakukan sesuatu dalam bentuk prevented. Lebih baik kita tahan mereka, tangkap mereka. Setelah mereka kita tahan, kita sudah cukup bukti bahwa mereka ini akan melakukan sesuatu tindakan dalam bentuk keganasan yang boleh (bisa) mengorbankan nyawa dan harta, maka kita bawa mereka ke mahkamah (pengadilan). Biar mahkamah yang menjatuhkan hukuman.
Sudah berapa orang anggota ISIS yang ditangkap di sini (Malaysia)?
Melebihi 140 orang. Dan oleh karena dasar kita preventedini, sehingga tidak ada insiden apa pun yang berlaku dalam bentuk bom dan sebagainya. Saya memberi pandangan kepada Pak Jokowi dan kepada beberapa pemimpin Indonesia bahwa harus ada perundangan yang hamper sama dengan Malaysia supaya kita boleh (bisa) mencegah sesuatu sebelum berlaku (terjadi).
Dari 140 orang ISIS yang ditangkap di Malaysia itu apakah ada keterkaitan dengan ISIS yang ada di Indonesia?
Secara langsung tak ada. Tapi ada juga satu dua orang yang dikatakan coba berhubung antarsatu sama lain. Ada juga. Tapi, pada umumnya, pengaruhnya datang dari ISIS di Timur Tengah.
Dulu teroris di Indonesia ternyata orang Malaysia. Apakah sampai hari ini masih terdeteksi satu jaringan besar yang terbangun?
Yang dulu berlaku itu sebab pengaruhnya dari orang seperti Abu Bakar Baasyir yang pernah tinggal di Malaysia. Itu puncaknya. Dia memengaruhi Noordin M Top dan beberapa orang jadi anak buah dia. Jadi, maknanya kita tak boleh memisah dari segi kedua-dua negara. Sebab, ancaman terorisme ini tidak mengenali batas. Jadi kita amat wajar sekali, amat patut sekali bekerja dengan seerat-eratnya.
Apakah sudah ada kerja sama antara Malaysia dan Indonesia dalam arti hubungan teknis untuk masalah terorisme?
Ya, ya memang kita punya kumpulan policy(kebijakan bersama). Memang saling tukar-tukar informasi. Ada operasi bersama yang dilakukan. Masalah TKI masih menjadi problem karena ada yang ilegal.
Bagaimana Malaysia mengantisipasi masalah TKI?
Ini soal kawalan (pengawasan). Sebab, kami yang tanpa izin pun tak tahu bilangannya (jumlahnya) berapa. Ada yang kata (menyebut) 1 juta, ada kata 2 juta, atau lebih daripada itu. Sebab itu, sekarang ini kita bekukan sementara waktu. Tapi kita nak (akan) galakkan siapa mau tenaga kerja asing gunakan mereka yang sudah ada. Yang gelap atau yang tanpa izin ini supaya kita rehired (dipekerjakan lagi) mereka yang ada di dalam negara kita. Tapi agak terlalu perlahan sangat prosesnya.
Dan kita ini, termasuk mereka yang ada kilang (pabrik) seperti buat perabot (furnitur). Mereka yang ada plantation(perkebunan) dan sebagainya. Sudah pun mendesak bahwa mereka perlu dapat akses kepada pekerja asing dan cari lebih mudah lagi. Inilah yang dalam pertimbangan kami. Sebab, kalau sebuah negara, sudah ada 2 juta yang gelap (ilegal) ini agak bilangan (jumlahnya) terlalu besar.
Bagaimana kerja sama dengan Indonesia supaya TKI gelap ini akhirnya bisa diputihkan? Karena mereka sebenarnya sudah 10 hingga 15 tahun tinggal di Malaysia dan ingin jadi TKI legal.
Ya memang legal. Sebenarnya mereka masuk secara legal. Tapi mereka jadi gelap sebab mereka overstay (melebihi izin tinggal) dan mereka tak balik ke Indonesia. Sepatutnya bila mereka sudah habis kontrak, mereka balik. Lepas (setelah) itu, kalau mereka mau kerja balik, mereka masuk secara legal. Tapi mereka lebih minat untuk kekal (tinggal permanen) di Malaysia sebab mungkin mudah cari rezeki. Mereka boleh (bisa) berniaga, mereka boleh kerja, boleh buka kedai masing-masing dan sebagainya. Jadi itu yang jadi cabaran (tantangan) bagi kita. Maknanya mereka memilih untuk kekal di Malaysia.
Hubungan budaya antara Malaysia dan Indonesia sempat ada ketegangan-ketegangan, masalah klaim. Bagaimana Bapak melihat ini?
Sebenarnya budaya ini bukan milik negara. Dia milik community, masyarakat. Jadi kebanyakan orang Melayu di sini punya asal-usul dari Indonesia. Bila (saat) mereka hijrah ke Malaysia, mereka bawa budaya mereka. Macam tari kuda kepang. Itu Jawa asalnya. Tapi yang datang ke sini (Malaysia) orang Jawa juga. Berhijrah ke sini dibawa juga kuda kepangnya. Apakah wajar kita jadikan sebagai isu? Ini bukan soal milik. Ini rakyat. Jadi bila milik rakyat, Indonesia harus lihat satu kebanggaan bahwa ada rakyat Malaysia yang mempraktikkan budaya yang asalnya dari Indonesia.
Malaysia sering dapat kiriman asap dari kebakaran di Indonesia. Hal itu tentu memengaruhi ekonomi Malaysia. Bagaimana Bapak menilai masalah asap ini?
Kita mesti cari jalan sebab ikut pada maklumat (informasi) kita terima puncak (asap) paling besar sekali bukan dari plantation,tetapi lebih pada land clearing (pembukaan lahan) yang dilakukan secara tradisional. Pak Jokowi pun beri tahu saya. Kesimpulan yang sama.
Walaupun dia akui tidak mudah (mengatasinya) sebab land clearing paling rendah segi cost-nya berbanding (dibandingkan) dengan cara lain. Jadi kalau orang desa dan mereka tak mempunyai kemampuan. Jadi kita nak (akan) persalahkan mereka pun sukar juga dari segi reality, economic reality(realitas ekonomi). Tapi kita harus sadar bahwa impact(dampak) daripada asap ini berat pada ekonomi Malaysia, Singapura. Juga kesan (berefek) pada masalah sosial, kesehatan, dan
sebagainya.
Bagaimana Malaysia dan Indonesia mengantisipasi peredaran narkoba?
Kita mesti tingkatkan kawalan (pengawasan) kesepadanan (koordinasi). Kita sedang melakukan umpamanya kita regimentsempadan (penjagaan di perbatasan). Itu satu. Yang kedua, kita mungkin menggunakan teknologi. Seperti scanningmesin dan sebagainya. Ketiga, dari segi undang-undang.
Saya tahu Pak Jokowi (Presiden RI Joko Wododo) tegas dalam hal ini. Maknanya, siapa yang terlibat dalam pengedaran narkoba harus menerima hukuman mati dan sebagainya. Malaysia pun kalau mereka merupakan pengedar besar, mereka harus menerima hukuman, punishment.
Terkait masalah pribadi, apa sebenarnya mimpi Pak Najib terhadap diri sendiri, Malaysia, UMNO?
Ada orang kata, kalau mimpi itu tidak mengejutkan, tak cukup besar. Tapi mimpi saya ialah mimpi untuk membawa negara kami ke arah sesuatu yang lebih baik lagi. Sebab saya anggap tanggung jawab saya sebagai pemimpin yang mewarisi kepemimpinan negara. Saya bertanggung jawab kepada tingkat yang lebih tinggi lagi.
Dan pengganti saya akan bertanggung jawab terhadap tingkat yang lebih tinggi lagi. Jadi akan berlaku kesinambungan. Tidak ada soal siapa yang lebih hebat daripada yang lain. Tapi, kita mesti lihat ini sebagai sesuatu (yang) kontinu. Sebagai suatu kesinambungan dalam perjuangan kami untuk membawa Negara Malaysia sebagai sebuah negara yang berjaya.
Kalau mimpi Bapak untuk diri sendiri?
Untuk diri sendiri saya sudah sampai pada peringkat jadi perdana menteri. Sekarang inilah untuk saya coba tunaikan amanah rakyat. Itu beban yang lebih berat. Amanah rakyat itu dengan penuh rasa rendah diri saya mau lakukan yang terbaik. Itu saja. Dan saya harap suatu hari nanti sejarah akan menilai bahwa saya telah melakukan yang terbaik untuk bangsa, agama, dan negara.
Ada 10 nelayan Indonesia yang disandera Abu Sayyaf. Bagaimana pengalaman Malaysia dulu ketika ada warganya yang juga ditangkap kelompok tersebut? Apa ada negosiasi?
Ada dua jenis ancaman terorisme. Satu yang berbentuk ideologi. Ini lebih berpadu kepada ideologi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Tindakan mereka dan motivasi mereka itu berlainan. Ada satu lagi kelompok Abu Sayyaf. Mereka ini kita sebut sebagai kidnap for ransom (penculikan untuk uang tebusan) di mana mereka melakukan sesuatu, motivasinya material, uang. Untuk mencari uang. Jadi mereka akan gunakan kesempatan untuk menculik warga Malaysia dan Indonesia.
Kami punya pendirian bahwa sebagai sebuah kerajaan, kami tidak ada negosiasi. Tapi kami serahkan kepada pihak individu swasta untuk menentukan apa tindakan yang patut mereka lakukan. Sebagai sebuah kerajaan, tidak wajar bagi kita terlibat dalam negosiasi, rundingan
(perundingan) dan sebagainya.
Belum lama Jakarta diserang teroris. Kabarnya ISIS ikut bermain. Kemarin juga kita lihat di Malaysia ada beberapa orang ditangkap. Yang ISIS ini bagaimana?
Kita punya polisi. Kita mesti melakukan sesuatu dalam bentuk prevented(pencegahan). Kalau sesuatu telah berlaku (terjadi) dalam bentuk letupan (bom) dan kita ambil tindakan untuk menangkap mereka ataupun memberantas mereka. Tetapi, nyawa sudah terkorban. Harta sudah musnah.
Jadi polisi kita telah melakukan sesuatu dalam bentuk prevented. Lebih baik kita tahan mereka, tangkap mereka. Setelah mereka kita tahan, kita sudah cukup bukti bahwa mereka ini akan melakukan sesuatu tindakan dalam bentuk keganasan yang boleh (bisa) mengorbankan nyawa dan harta, maka kita bawa mereka ke mahkamah (pengadilan). Biar mahkamah yang menjatuhkan hukuman.
Sudah berapa orang anggota ISIS yang ditangkap di sini (Malaysia)?
Melebihi 140 orang. Dan oleh karena dasar kita preventedini, sehingga tidak ada insiden apa pun yang berlaku dalam bentuk bom dan sebagainya. Saya memberi pandangan kepada Pak Jokowi dan kepada beberapa pemimpin Indonesia bahwa harus ada perundangan yang hamper sama dengan Malaysia supaya kita boleh (bisa) mencegah sesuatu sebelum berlaku (terjadi).
Dari 140 orang ISIS yang ditangkap di Malaysia itu apakah ada keterkaitan dengan ISIS yang ada di Indonesia?
Secara langsung tak ada. Tapi ada juga satu dua orang yang dikatakan coba berhubung antarsatu sama lain. Ada juga. Tapi, pada umumnya, pengaruhnya datang dari ISIS di Timur Tengah.
Dulu teroris di Indonesia ternyata orang Malaysia. Apakah sampai hari ini masih terdeteksi satu jaringan besar yang terbangun?
Yang dulu berlaku itu sebab pengaruhnya dari orang seperti Abu Bakar Baasyir yang pernah tinggal di Malaysia. Itu puncaknya. Dia memengaruhi Noordin M Top dan beberapa orang jadi anak buah dia. Jadi, maknanya kita tak boleh memisah dari segi kedua-dua negara. Sebab, ancaman terorisme ini tidak mengenali batas. Jadi kita amat wajar sekali, amat patut sekali bekerja dengan seerat-eratnya.
Apakah sudah ada kerja sama antara Malaysia dan Indonesia dalam arti hubungan teknis untuk masalah terorisme?
Ya, ya memang kita punya kumpulan policy(kebijakan bersama). Memang saling tukar-tukar informasi. Ada operasi bersama yang dilakukan. Masalah TKI masih menjadi problem karena ada yang ilegal.
Bagaimana Malaysia mengantisipasi masalah TKI?
Ini soal kawalan (pengawasan). Sebab, kami yang tanpa izin pun tak tahu bilangannya (jumlahnya) berapa. Ada yang kata (menyebut) 1 juta, ada kata 2 juta, atau lebih daripada itu. Sebab itu, sekarang ini kita bekukan sementara waktu. Tapi kita nak (akan) galakkan siapa mau tenaga kerja asing gunakan mereka yang sudah ada. Yang gelap atau yang tanpa izin ini supaya kita rehired (dipekerjakan lagi) mereka yang ada di dalam negara kita. Tapi agak terlalu perlahan sangat prosesnya.
Dan kita ini, termasuk mereka yang ada kilang (pabrik) seperti buat perabot (furnitur). Mereka yang ada plantation(perkebunan) dan sebagainya. Sudah pun mendesak bahwa mereka perlu dapat akses kepada pekerja asing dan cari lebih mudah lagi. Inilah yang dalam pertimbangan kami. Sebab, kalau sebuah negara, sudah ada 2 juta yang gelap (ilegal) ini agak bilangan (jumlahnya) terlalu besar.
Bagaimana kerja sama dengan Indonesia supaya TKI gelap ini akhirnya bisa diputihkan? Karena mereka sebenarnya sudah 10 hingga 15 tahun tinggal di Malaysia dan ingin jadi TKI legal.
Ya memang legal. Sebenarnya mereka masuk secara legal. Tapi mereka jadi gelap sebab mereka overstay (melebihi izin tinggal) dan mereka tak balik ke Indonesia. Sepatutnya bila mereka sudah habis kontrak, mereka balik. Lepas (setelah) itu, kalau mereka mau kerja balik, mereka masuk secara legal. Tapi mereka lebih minat untuk kekal (tinggal permanen) di Malaysia sebab mungkin mudah cari rezeki. Mereka boleh (bisa) berniaga, mereka boleh kerja, boleh buka kedai masing-masing dan sebagainya. Jadi itu yang jadi cabaran (tantangan) bagi kita. Maknanya mereka memilih untuk kekal di Malaysia.
Hubungan budaya antara Malaysia dan Indonesia sempat ada ketegangan-ketegangan, masalah klaim. Bagaimana Bapak melihat ini?
Sebenarnya budaya ini bukan milik negara. Dia milik community, masyarakat. Jadi kebanyakan orang Melayu di sini punya asal-usul dari Indonesia. Bila (saat) mereka hijrah ke Malaysia, mereka bawa budaya mereka. Macam tari kuda kepang. Itu Jawa asalnya. Tapi yang datang ke sini (Malaysia) orang Jawa juga. Berhijrah ke sini dibawa juga kuda kepangnya. Apakah wajar kita jadikan sebagai isu? Ini bukan soal milik. Ini rakyat. Jadi bila milik rakyat, Indonesia harus lihat satu kebanggaan bahwa ada rakyat Malaysia yang mempraktikkan budaya yang asalnya dari Indonesia.
Malaysia sering dapat kiriman asap dari kebakaran di Indonesia. Hal itu tentu memengaruhi ekonomi Malaysia. Bagaimana Bapak menilai masalah asap ini?
Kita mesti cari jalan sebab ikut pada maklumat (informasi) kita terima puncak (asap) paling besar sekali bukan dari plantation,tetapi lebih pada land clearing (pembukaan lahan) yang dilakukan secara tradisional. Pak Jokowi pun beri tahu saya. Kesimpulan yang sama.
Walaupun dia akui tidak mudah (mengatasinya) sebab land clearing paling rendah segi cost-nya berbanding (dibandingkan) dengan cara lain. Jadi kalau orang desa dan mereka tak mempunyai kemampuan. Jadi kita nak (akan) persalahkan mereka pun sukar juga dari segi reality, economic reality(realitas ekonomi). Tapi kita harus sadar bahwa impact(dampak) daripada asap ini berat pada ekonomi Malaysia, Singapura. Juga kesan (berefek) pada masalah sosial, kesehatan, dan
sebagainya.
Bagaimana Malaysia dan Indonesia mengantisipasi peredaran narkoba?
Kita mesti tingkatkan kawalan (pengawasan) kesepadanan (koordinasi). Kita sedang melakukan umpamanya kita regimentsempadan (penjagaan di perbatasan). Itu satu. Yang kedua, kita mungkin menggunakan teknologi. Seperti scanningmesin dan sebagainya. Ketiga, dari segi undang-undang.
Saya tahu Pak Jokowi (Presiden RI Joko Wododo) tegas dalam hal ini. Maknanya, siapa yang terlibat dalam pengedaran narkoba harus menerima hukuman mati dan sebagainya. Malaysia pun kalau mereka merupakan pengedar besar, mereka harus menerima hukuman, punishment.
Terkait masalah pribadi, apa sebenarnya mimpi Pak Najib terhadap diri sendiri, Malaysia, UMNO?
Ada orang kata, kalau mimpi itu tidak mengejutkan, tak cukup besar. Tapi mimpi saya ialah mimpi untuk membawa negara kami ke arah sesuatu yang lebih baik lagi. Sebab saya anggap tanggung jawab saya sebagai pemimpin yang mewarisi kepemimpinan negara. Saya bertanggung jawab kepada tingkat yang lebih tinggi lagi.
Dan pengganti saya akan bertanggung jawab terhadap tingkat yang lebih tinggi lagi. Jadi akan berlaku kesinambungan. Tidak ada soal siapa yang lebih hebat daripada yang lain. Tapi, kita mesti lihat ini sebagai sesuatu (yang) kontinu. Sebagai suatu kesinambungan dalam perjuangan kami untuk membawa Negara Malaysia sebagai sebuah negara yang berjaya.
Kalau mimpi Bapak untuk diri sendiri?
Untuk diri sendiri saya sudah sampai pada peringkat jadi perdana menteri. Sekarang inilah untuk saya coba tunaikan amanah rakyat. Itu beban yang lebih berat. Amanah rakyat itu dengan penuh rasa rendah diri saya mau lakukan yang terbaik. Itu saja. Dan saya harap suatu hari nanti sejarah akan menilai bahwa saya telah melakukan yang terbaik untuk bangsa, agama, dan negara.
(kur)