Penyelamat Kedaulatan Pangan Indonesia

Kamis, 01 Oktober 2015 - 14:23 WIB
Penyelamat Kedaulatan...
Penyelamat Kedaulatan Pangan Indonesia
A A A
Saat ini produksi padi di Indonesia masih bergantung pada produktivitas lahan sawah. Ketersediaan air yang tertopang oleh jaringan irigasi, pengolahan lahan yang intensif menjadikan lahan sawah mampu memberikan daya dukung jauh lebih tinggi bagi pertumbuhan dan produksi padi dibandingkan jika ditanam di lahan kering.Pemuliaan tanaman padi sawah yang berlangsung sangat cepat dengan potensi hasil mencapai lebih dari 10 ton per hektare belum mampu mengimbangi pemenuhan ketersediaan bahan pangan pokok nasional sebagai syarat mutlak kedaulatan pangan. Lahan sawah tidak tersedia di seluruh pelosok wilayah Nusantara, tercatat luas lahan sawah hanya 8,5 juta ha, dan mengalami alih fungsi lahan dari tahun ke tahun.Kedaulatan pangan tidak harus tergantung pada padi sawah. Beban penyediaan beras yang semakin berat, keterbatasan lahan sawah yang mengalami alih fungsi lebih dari 45.000 ha per tahun, konsumsi lebih dari 120 kg per orang per tahun, serta tingginya biaya cetak sawah baru hingga sulit mencapai target, menjadi ancaman besar bagi upaya peningkatan produksi padi. Ke depan, padi sawah tetap memegang peranan penting.Produktivitas padi sawah Indonesia per tahun masih tertinggi di dunia, karena penanaman bisa dilakukan 2 atau 3 kali dalam satu tahun. Meskipun demikian, tanpa adanya antisipasi yang strategis dan terencana, kegagalan panen tahunan akibat puso kekeringan maupun banjir dapat mengancam kedaulatan pangan nasional. Peningkatan produksi padi tetap perlu diantisipasi dengan memanfaatkan sumber daya lahan yang ada, di antaranya produksi padi gogo di lahan kering.Lahan kering yang luas di Indonesia bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan untuk pengembangan padi lokal/lahan kering menjadi unggulan padi nasional. Lahan kering di Indonesia cukup luas, dengan taksiran sekitar 60,7 juta hektare atau 88,6% dari luas lahan, sebagian besar tersebar pada dataran rendah yakni hamparan lahan yang berada pada ketinggian 0-700 mdpl (60,65%) dan dataran tinggi yang terletak pada ketinggian >700 mdpl (39,35%) dari total luasanlahankeringdiIndonesia.Penggunaan lahan kering untuk penanaman padi gogo dalam peningkatan areal tanam padi sangat berpotensi menjadi unggulan upaya peningkatan produksi padi nasional. Memang, selama ini padi gogo dipandang rendah oleh masyarakat. Rendahnya daya hasil padi gogo (1,5-2,7 ton per hektare) serta umurnya yang panjang (lebih dari 4 bulan), keragaan tinggi yang menyebabkan mudah rebah menjadi kendala utama bagi peningkatan produksi padi di lahan kering.Kondisi lahan kering dengan kesuburan tanah yang rendah, ketersediaan air yang terbatasi oleh musim hujan, kehadiran gulma dan keterbatasan kultivar unggul berdaya hasil tinggi juga menjadi permasalahan tersendiri. Kualitas hasil padi gogo yang telah ada (kultivar lokal) sebagian besar juga rendah (pera, tidak wangi), sehingga berdampak pada harga.Fokus peningkatan produksi padi yang selama ini lebih menitikberatkan pada lahan sawah, menjadikan pemuliaan padi gogo tertinggal jauh dari padi sawah. Namun demikian, tidak berarti padi gogo tidak punya potensi. Varietas unggul baru padi gogo yang berdaya hasil dan bermutu hasil tinggi serta umur genjah merupakan jawaban untuk meningkatkan kontribusi padi gogo terhadap produksi padi nasional.Jumlah varietas unggul padi gogo seperti ini masih sangat terbatas. Silugonggo dan Situpatenggang merupakan hasil perbaikan sifat padi gogo dengan umur genjah, produksi telah meningkat menjadi 3-4 ton per hektare, keragaan agronomis lebih baik. Varietas ini dilepas sekitar tahun 2002. Akan tetapi, kualitas hasil masih belum meningkat. Namun, bukannya tak ada bibit unggul padi gogo.Inpago UNSOED 1, dengan potensi hasil 7,42 ton per hektare di lahan kering dan umur 110-117 hari mampu menghasilkan beras mutu tinggi, yaitu nasinya pulen serta aromanya wangi sangat disukai oleh konsumen dan mempunyai harga jual yang tinggi. Harga jual beras aromatik dan pulen mencapai 2-2,5 kali harga jual beras biasa.Dengan demikian, varietas unggul padi gogo berdaya hasil tinggi, aromatik dan rasa nasi pulen dapat meningkatkan keuntungan petani dalam usaha tani di lahan kering. Padi gogo memiliki peran yang lebih penting dengan adanya El Nino dan berbagai kondisi akibat perubahan iklim global.Kondisi alam yang tidak lagi dapat diprediksi mengakibatkan perubahan terhadap musim tanam padi sawah, dan secara langsung berdampak terhadap produksi padi nasional. Kesungguhan pemerintah dan rakyat Indonesia dalam pengembangan padi gogo dan padi gogo aromatik di lahan kering saat ini bisa menjadi langkah penyelamat bagi penyediaan pangan nasional di masa mendatang, sekaligus menjaga kedaulatan pangan Indonesia.PROF TOTOK AGUNG DHGuru Besar Fakultas PertanianUniversitas Jenderal Soedirman
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7519 seconds (0.1#10.140)