Ketakwaan, Bekal yang Utama
A
A
A
Puncakibadahhajiakanterjadipada 9Zulhijah(bertepatan dengan 23 September menurut kalender Kerajaan Arab Saudi). Begitu pentingnya pelaksanaan wukuf sebagai salah satu rukun haji, Rasulullah SAW bersabda bahwa haji adalah wukuf di Arafah (HR Ahmad).Saat itu jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah. Dengan berpakaian ihram jamaah haji wajib berada di tempat ini untuk melaksanakan wukuf. Jamaah haji yang sedang sakit pun wajib dibawa ke Padang Arafah meski hanya beberapa saat. Di Padang Arafah inilah Rasulullah pernah menyampaikan khutbah perpisahan (wada’).Disebut khutbah perpisahan karena tidak lama setelah menyampaikan khutbah dan kembali pulang ke Madinah, beliau wafat. Pada saat Rasulullah melakukan haji wada’ itulah Allah SWT menurunkan wahyu terakhir sebagai pernyataan telah sempurnanya ajaran Islam (QS Al-Maidah: 3). Tatkala berada di Arafah jamaah haji harus mengondisikan jiwa dan raga untuk benar-benar menghamba kepada Allah.Kegiatan utama selama wukuf di Arafah adalah beribadah, berzikir, berdoa, dan berkontemplasi. Momentum berkumpulnya jamaah haji dari seluruh dunia di Padang Arafah selalu menghadirkan perasaan yang sangat emosional. Apalagi ibadah haji tahun ini diwarnai musibah yang menimpa ratusan jamaah akibat tumbangnya katrol untuk konstruksi bangunan (crane).Alat seberat 20 ton ini ambruk hingga mengenai bangunan utama Masjidilharam. Celakanya, saat itu Masjidilharam sedang ramai jamaah. Sebagian jamaah sedang menunggu salat magrib. Sebagian yang lain sedang menunaikan ibadah tawaf. Akibatnya ratusan korban jiwa dan luka-luka pun berjatuhan.Jatuhnya cranejelas menjadi ironi megaproyek pembangunan Masjidilharam. Betapa tidak, saat Masjidilharam dipadati jamaah alat-alat berat masih berserakan. Selain peristiwa jatuhnya crane, jamaah haji tetap berkhidmat dalam beribadah. Jika dipotret dari udara, seluruh rangkaian proses ibadah haji layaknya sebuah pertunjukan.Karena itu, tokoh revolusioner Iran, Ali Shariati (1933-1977), dalam karyanya Hajj (The Pilgrimage), menyebut ibadah haji sebagai pertunjukan akbar. Dalam pertunjukan itu, Allah bertindak sebagai sutradaranya. Tokoh-tokoh yang harus diperankan adalah Adam, Ibrahim, Hajar, Ismail, dan setan.Lokasi utamanya adalah Masjidilharam, Masjid Nabawi, Tanah Haram, Kakbah, Shafa, Marwah, Arafah, Muzdalifah, Mina, dan tempat bersejarah lainnya. Simbol-simbol penting yang harus diingat adalah siang, malam, matahari terbit, matahari tergelincir, matahari terbenam, berkurban, tahalul (mencukur rambut), dan berhala. Baju kebesaran yang harus dipakai adalah pakaian ihram.Pemain utama dari pertunjukan akbar itu adalah jutaan jamaah haji dari seluruh penjuru dunia. Pada konteks inilah setiap jamaah haji dituntut untuk memainkan peran dengan penuh penghayatan. Untuk menghayati rangkaian prosesi ibadah haji itulah setiap jamaah harus membawa bekal yang terbaik.Dalam perspektif Alquran dikatakan bahwa sebaik-baik bekal yang harus dibawa jamaah haji adalah takwa (QS Al-Baqarah: 197). Modal ketakwaan itulah yang akan menjamin setiap jamaah mampu meneladani karakter tokoh-tokoh yang diperankannya. Modal ketakwaan juga penting untuk menata niat agar ibadah hajinya diterima Allah.Jika dihayati dengan baik, prosesi ibadah haji pasti mengantarkan setiap jamaah dalam kehidupan yang diwarnai kesadaran mengenai keberadaan Allah. Rumah Allah (Baitullah, Kakbah) yang mengarah ke semua penjuru melambangkan bahwa Allah berada di mana pun. Tatkala kesadaran itu muncul, setiap jamaah haji termotivasi untuk mencium Hajar Aswad atau minimal melambaikan tangan ke arah Kakbah.Saat itulah setiap jamaah haji merasakan kedekatannya dengan Allah. Tanpa disadari air mata pun tumpah sebagai wujud syukur karena dapat memenuhi panggilan Allah untuk berkunjung ke Kakbah. Rangkaian proses ibadah haji pasti memberikan pengalaman ruhani yang tak terlupakan. Karena itu, tidak mengherankan jika selalu muncul kerinduan untuk melakukan perjalanan spiritual ke Tanah Suci.Tetapi, harus diingat bahwa kini ada jutaan orang yang sedang antre menjadi tamu Allah. Untuk itu, orang yang sudah berhaji harus berempati dengan menahan ego spiritualitasnya guna memberikan kesempatan kepada saudaranya. Bukankah Nabi Muhammad hanya berhaji sekali selama hayat beliau? Teladan Rasulullah ini penting diketahui, terutama bagi yang sudah menunaikan ibadah haji.Setiap jamaah haji mendapat panggilan terhormat yakni sebagai tamu-tamu Allah (wafdullah). Dengan panggilan itu, berarti Allah yang akan menjadi tuan rumah. Karena itu, dikatakan bahwa jamaah haji berkunjung ke Baitullah. Sebagai tuan rumah, Allah yang akan menyambut, melayani, dan memberikan rasa aman bagi jamaah haji. Dalam beberapa Hadits, Rasulullah juga menekankan keutamaan ibadah haji.Nabi bersabda bahwa ibadah haji yang diterima Allah (mabrur), pahalanya tiada lain kecuali surga. Karena penghormatan yang diberikan Allah dan Rasulullah begitu rupa, motivasi umat untuk menjalankan ibadah haji terus bergelora. Setiap tamu Allah pasti selalu teringat saat melaksanakan prosesi ibadah haji.Selalu terbayang tatkala mengelilingi Kakbah (tawaf), berjalan mondar-mandir antara Bukit Shafa dan Marwa (sai), berkumpul di Arafah (wukuf), melontar dengan batu-batu kecil (jumrah), bermalam (mabit) di Muzdalifah dan Mina, menggunting atau mencukur rambut (tahalul), dan mencium batu hitam (Hajar Aswad).Khusus jamaah haji laki-laki juga ada ketentuan yang harus dipatuhi. Misalnya kewajiban menggunakan pakaian ihram, dua helai kain putih yang tidak berjahit. Pada saat tertentu juga tidak diperkenankan untuk menggunakan alas kaki yang menutup mata kaki. Jika pakaian ihram telah dikenakan, tidak boleh lagi bersolek. Bersisir, menggunting kuku, dan mencabut bulu, apabila dilakukan saat berpakaian ihram, akan dikenai denda.Terlebih lagi jika bercumbu, membunuh binatang, dan mencabut tanaman. Semua larangan itu harus dijauhi semat-mata karena Allah. Hanya dengan bekal ketakwaan dan penyerahan diri secara total kepada Allah itulah setiap jamaah akan memahami peran yang dimainkan dalam keseluruhan prosesi ibadah haji.BiyantoDosen UIN Sunan Ampel danKetua Majelis Dikdasmen PWMuhammadiyah Jatim
(bhr)