Ayo Kerja
A
A
A
Indonesia telah tujuh dasawarsa menempuh kemerdekaan, melewati sirkuit kehidupan yang penuh berbagai tikungan tajam dan rintangan. Sejumlah pencapaian telah diraih dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan properti.Namun, jika sekali-sekali Anda menoleh ke tepi jalan, segera terlihat pula antiklimaks yang sedang melilit negeri ini. Potret antiklimaks itu nyata terlihat ketika 28 juta orang Indonesia masih terjerat kemiskinan. Mungkin jumlah itu semakin bertambah banyak di tengah deru kelesuan ekonomi yang terjadi belakangan.Harus diakui, seiring bertambahnya usia disertai memiliki kekayaan alam yang melimpah tak serta-merta menjamin terciptanya keadilan dan kemakmuran sosial. Itu sebabnya, tantangan terbesar Indonesia pada tahuntahun selanjutnya adalah melunasi janji kemerdekaan.Untuk mewujudkannya, pemerintah perlu menyusun strategi jitu dengan memperhatikan berbagai aspek sosiokultural yang ada pada masyarakat agar dalam memberantas kemiskinan dapat berjalan mulus. Bisa dimulai dengan mendorong upah layak bagi semua pekerja dan mengendalikan inflasi seraya membenahi infrastruktur desa, sebab jumlah orang miskin banyak yang bermukim di pedesaan.Pada saat yang sama, mindset setiap orang harus berubah. Sikap mental yang harus diternak oleh setiap orang adalah mental kemandirian. Itu sebabnya, untuk menuju mental mandiri tersebut sangat dibutuhkan transformasi mental seperti anjuran tuan Presiden. Tak heran, slogan resmi yang digunakan dalam rangka merayakan tujuh puluh tahun kemerdekaan adalah ”Ayo Kerja”.Slogan ini hanyalah sekadar ajakan sederhana yang mudah dipahami oleh rakyat sekaligus memiliki konotasi kuat untuk memotivasi diri. Juga sangat rasional karena kerja merupakan fitrah manusia. Jika setiap komponen bangsa memiliki etos kerja yang tinggi sesuai kapasitasnya masing-masing, saya yakin segala persoalan bangsa dapat diselesaikan dengan cepat.Semoga saja slogan ”Ayo Kerja” tak membuat masyarakat murka karena seolah-olah kita malas bekerja. Semoga saja tak ada yang bersungut-sungut: ”Saya ini pengangguran, rupiah lagi anjlok bikin susah cari kerja, jadi mau kerja apa?Jonathan Alfrendi SMahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(bhr)