Memangkas Jarak Mempermudah Akses

Rabu, 17 Juni 2015 - 08:09 WIB
Memangkas Jarak Mempermudah Akses
Memangkas Jarak Mempermudah Akses
A A A
Ida Fitriati
Wali Kota Pagaralam

Sebagai daerah yang berada di kaki Gunung Dempo, kota kami, Kota Pagaralam memiliki alam yang sangat indah.

Tak berlebihan jika kota ini memiliki slogan Kota Secerah Alam. Ketika berada di Pagaralam, Anda bisa menikmati berbagai pemandangan indah, seperti perkebunan teh di kaki Gunung Dempo, dan banyak air terjun yang masih perawan dan asri. Di Pagaralam, Anda masih bisa merasakan segarnya udara yang saat ini sudah sangat ”mahal” di daerah lain.

Kota Pagaralam dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2001 (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4115). Sebelumnya, Kota Pagaralam berada di bawah naungan Kabupaten Lahat sebagai kota administratif. Kota yang kerap disebut sebagai Besemah ini memiliki luas sekitar 633,66 km dengan jumlah penduduk 126.181 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sekitar 199 jiwa/km.

Kami menyadari, salah satu penyebab membuat wisatawan sulit datang ke daerah kami karena masalah jarak tempuh yang cukup jauh. Jarak antara Kota Pagaralam dengan ibu kota Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Palembang mencapai 298 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 7-9 jam. Memang sejak masa kepemimpinan Wali Kota Pagaralam H Djazuli Kuris telah dibangun Bandara Atung Bungsu untuk mempermudah orang datang, terutama investor.

Namun, untuk wisatawan tidak semuanya bisa menumpang pesawat. Apalagi penerbangannya masih belum full selama seminggu dan jumlah kursi. Masalah ini sudah kami pikirkan solusinya sejak lama. Sebagai pemimpin Pagaralam periode 2013-2018, saya dan Pak Wakil Wali Kota Novirzah berencana membangun jembatan layang Lematang Indah. Nantinya, jembatan ini akan dibangun selama tiga tahun menggunakan dana APBN mencapai Rp350 miliar selama kurang lebih tiga tahun.

Jembatan layang Lematang Indah tiang pancangnya setinggi 60 meter, dengan panjang 1,2 kilometer, lebar 30 meter, dan memotong 52 tikungan mencapai 7,2 kilometer. Dengan begitu, jembatan ini akan memangkas jarak sehingga transportasi di Kota Pagaralam akan lebih mudah. Bahkan, jembatan ini bisa menjadi salah satu objek wisata baru di Kota Pagaralam. Jembatan ini akan menjadi jembatan tertinggi di Sumsel. Pasalnya, untuk tiang pancang yang akan dipasang setinggi 60 meter.

Upaya pembangunan jembatan ini tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Pagaralam. Memang, jalan ini merupakan jalan negara dan dilakukan oleh negara. Tapi yang harus dipikirkan dampaknya bagi masyarakat Pagaralam. Ketika jembatan ini selesai dibangun, transportasi di Kota Pagaralam ke Palembang akan lancar. Jadi, sebagai daerah penghasil sayuran, kami juga bisa memasok sayur segar ke Palembang. Sayuran tidak akan layu ketika sampai Palembang.

Selain itu, dengan terpotongnya 59 liku ini maka jarak antara Kota Pagaralam dengan kawasan Bandara Atung Bungsu bisa ditempuh selama 15 menit. Apalagi, jarak antara Pagaralam-Lahat lebih dekat sehingga pegawai yang tinggal di Lahat namun bekerja di Pagaralam bisa datang lebih cepat, begitu pun sebaliknya. Untuk masalah pembebasan lahan pembangunan jembatan layang, sampai saat ini tidak ada kendala.

Pasalnya, masyarakat Pagaralam sudah bersedia memberikan tanah mereka dengan ganti rugi lahan sesuai perjanjian. Namun, yang sulit adalah masalah aturan yang ada saat ini. Untuk membebaskan lahan seluas 5 hektare, aturannya sangat berbelit dan panjang. ”Kami harus melaporkan ke gubernur dan Kanwil BPN. Kanwil BPN pun ada sistem lagi dan melapor ke tim penilai independen yang cuma satu di Sumsel. Kami memiliki rencana ke depan sehingga Kota Pagaralam lima tahun mendatang akan jadi apa.

Untuk itu, kami memiliki visi yang sudah diperdakan dalam RPJMD, yakni Pagaralam Secerah Alam. Dengan begitu, apa yang akan diwujudkan ke depan bisa tercapai sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Secerah Alam memiliki arti, yakni S berarti sehat adalah kebutuhan dasar, C adalah cerdas, kemudian ditopang dengan ekonomi kerakyatan yang tangguh, lalu berakhlak mulia di lingkungan alam yang alami.

Semua itu siklus di kehidupan manusia. Tidak sehat, tapi pintar tidak bisa apa-apa, begitu juga dengan sehat pintar tetapi tidak berakhlak mulia juga tidak bisa bermanfaat. Ilmu digunakan untuk halhal yang tidak bermanfaat. Tiga makna dalam visi ini terus ditingkatkan terutama untuk SDM. Jika semua itu terwujud, secara bertahap ekonomi kerakyatan akan tumbuh. Untuk memperkuat ekonomi kerakyatan tidak cukup berkutat pada kesehatan, kecerdasan, dan berakhlak mulia.

Pemerintah berkewajiban memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat salah satunya transportasi. Apalagi, jarak Kota Pagaralam dari ibu kota Provinsi Sumsel Palembang cukup jauh.

(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6140 seconds (0.1#10.140)