Mengendurkan Tensi

Sabtu, 20 Desember 2014 - 11:02 WIB
Mengendurkan Tensi
Mengendurkan Tensi
A A A
“Baik warga negara Kuba maupun warga negara Amerika Serikat tidak ada yang diuntungkan dari kebijakan ketat yang bahkan berasal dari masa ketika mayoritas warga negara kedua negara belum lahir.”

Kurang lebih itulah salah satu pandangan Obama ketika bercerita mengenai kenapa Amerika Serikat (AS) dan Kuba memasuki fase baru untuk memperbarui persahabatan yang sudah terputus sejak 1961 ketika AS menutup kedutaan besarnya di Havana, Kuba dan menerapkan embargo terhadap negara tersebut yang saat itu dipimpin Fidel Castro, kakak Presiden Kuba saat ini Raul Castro.

Presiden Kuba Raul Castro sangat mengapresiasi langkah Obama dan menilai langkah tersebut layak mendapat penghargaan dari rakyatnya. AS dan Kuba menyepakati untuk melepaskan beberapa tahanan politik dari dua negara. Pada Rabu waktu setempat seorang kontraktor dari AS bernama Alan Gross yang ditahan pemerintahan Kuba sejak 2009 atas tuduhan mata-mata menjadi bagian dari kesepakatan dua negara.

Alan Gross dipidana oleh Pemerintah Kuba pada 2011 dengan tuduhan Acts against the Independence and Territorial Integrity of the State (Actos Contra la Independencia o la Integridad Territorial del Estado ) dan menghadapi hukuman 20 tahun penjara. Pelepasan Gross juga diikuti pelepasan beberapa mata-mata baik dari pihak AS maupun Kuba. Ada satu mata-mata AS yang sudah dipenjara lebih dari 20 tahun di Kuba, sementara AS melepas tiga mata-mata Kuba yang dipenjara sejak 2001 di AS.

Memang embargo terhadap Kuba belum diangkat AS karena keputusan itu tak bisa diambil secara sepihak oleh Presiden Barack Obama sebagai pucuk pimpinan eksekutif AS, tapi harus melalui proses legislasi di Kongres. Namun, langkah yang diambil sudah merupakan langkah awal yang sangat hangat bagi hubungan dua negara. Apalagi ketegangan ini sudah berlangsung lebih dari lima dekade dan sudah dilewati 10 presiden AS serta dua presiden Kuba.

Media-media AS banyak yang mengatakan bahwa langkah ini langkah yang meruntuhkan pilar-pilar terakhir yang tersisa dari perang dingin. Obama sudah menginstruksikan Menteri Luar Negeri AS John Kerry untuk memulai pembicaraan mengenai kemungkinan pembukaan kembali hubungan diplomatik dengan Kuba.

Obama juga ingin ke depan embargo perdagangan yang telah dijatuhkan sejak masa pemerintahan John F Kennedy bisa dicabut—suatu langkah yang butuh perjuangan karena harus bertarung di Kongres terlebih dahulu dan tampaknya masih banyak pendapat kontra mengenai itu, bahkan dari tubuh Partai Demokrat sendiri.

Pembicaraan mengenai langkah ini sudah dijalankan sejak Juni 2013 dan Kanada serta Vatikan menjadi mediator bagi dua negara yang sedang bersitegang. Paus Fransiskus memiliki peran besar dalam pembicaraan damai ini karena sang Paus pertama dari Amerika Latin ini mendorong Presiden Barack Obama untuk memperbarui pembicaraan mengenai hubungan yang lebih dekat antara AS dan Kuba melalui suratnya serta pertemuannya dengan sang Presiden.

Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa tokoh agama selalu memiliki peran besar dalam perdamaian. Ada hal yang menarik dari langkah ini yaitu ketika Obama mengatakan bahwa 50 tahun isolasi menunjukkan bahwa cara yang diambil tidak membawa perubahan sehingga pendekatan baru seperti ini dibutuhkan. Obama juga percaya langkah ini akan memberikan banyak dampak positif bagi rakyat Kuba dan semangat AS untuk menyebarkan demokrasi ke Kuba.

Langkah ini juga wajar diambil karena memang sedari awal masa kampanye masalah Kuba ini menjadi perhatian besar Obama. Langkah AS dan Kuba ini, walaupun masih jauh dari selesai, sangat patut diapresiasi. Ketegangan yang terjadi sama sekali tak menguntungkan baik bagi dua negara maupun dunia internasional.

Harusnya langkah ini menjadi pandangan bagi semua masalah internasional yang terjadi misalnya belakangan ini masalah Rusia. Harusnya Presiden Barack Obama dan negara-negara lain di dunia melihat pengalaman AS-Kuba dan ketegangan yang dihasilkan darinya menunjukkan bahwa embargo tidak akan membawa kebaikan bagi dua negara dan dunia internasional. Semoga seluruh negara yang ada di bumi bisa menciptakan kedamaian internasional.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4968 seconds (0.1#10.140)