Adu Kuat Partai Ummat dan PAN Berebut Suara di Kantong Sama
loading...
A
A
A
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Oktober 2022, pemilih PAN tercatat paling banyak yang memutuskan untuk memindahkan pilihan politiknya ke partai politik lain.
Dalam data yang dirilis lembaga SMRC, terlihat jelas ada pergeseran pilihan partai dari Pemilu 2019. "Rata-rata ada 31% dari pemilih partai (yang ada di parlemen) yang pindah ke partai lain jika pemilu diadakan sekarang (tidak setia). Rata-rata yang setia ada 58%, dan yang belum menentukan pilihan 11%," bunyi hasil survei SMRC yang diterima, Minggu (30/10/2022).
Sementara itu, Analis Politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Power Ikhwan Arif mengatakan bahwa hadirnya partai politik baru secara tidak langsung akan meningkatkan persaingan politik dalam merebut nilai ambang batas parlemen. “Tingkat kompetisi akan semakin sulit terutama bagi partai politik baru," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/1/2023).
Dia melihat Partai Ummat punya kemiripan basis suara dengan PAN, yaitu sama-sama dari pemilih yang bergantung pada sosok Amien Rais. “Karena masih ada anggapan bahwa di kalangan pemilih mereka melihat PAN itu ada karena faktor Amien Rais meskipun ketua umumnya sekarang Zulkifli Hasan,” katanya.
Dia pun memprediksi bahwa Partai Ummat bisa mengguncang posisi PAN meski dari faktor ideologi kedua partai itu berbeda. "Karena ada sosok Amien Rais yang juga sebagai pendiri PAN," ungkapnya.
Maka itu, kata dia, Partai Ummat menjadi ancaman baru bagi PAN. Karena, lanjut dia, kekuatan figur politik sangat penting dalam partai politik, apalagi Amien Rais sama-sama sebagai pendiri kedua partai tersebut.
“Partai Ummat bisa saja memperoleh limpahan suara dari pemilih PAN yang dulunya loyal terhadap Amien Rais, meskipun porsinya sedikit paling tidak bisa mengguncang PAN," pungkasnya.
Hal senada dikatakan oleh Direktur Eksekutif Indostrategic Khoirul Umam. Umam berpendapat, kehadiran Partai Ummat akan benar-benar mengancam PAN, jika Amien Rais mampu melakukan 'call back' atau panggilan kembali kepada para loyalisnya yang kini masih berada di PAN menjelang 2024.
Dalam data yang dirilis lembaga SMRC, terlihat jelas ada pergeseran pilihan partai dari Pemilu 2019. "Rata-rata ada 31% dari pemilih partai (yang ada di parlemen) yang pindah ke partai lain jika pemilu diadakan sekarang (tidak setia). Rata-rata yang setia ada 58%, dan yang belum menentukan pilihan 11%," bunyi hasil survei SMRC yang diterima, Minggu (30/10/2022).
Sementara itu, Analis Politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Power Ikhwan Arif mengatakan bahwa hadirnya partai politik baru secara tidak langsung akan meningkatkan persaingan politik dalam merebut nilai ambang batas parlemen. “Tingkat kompetisi akan semakin sulit terutama bagi partai politik baru," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/1/2023).
Dia melihat Partai Ummat punya kemiripan basis suara dengan PAN, yaitu sama-sama dari pemilih yang bergantung pada sosok Amien Rais. “Karena masih ada anggapan bahwa di kalangan pemilih mereka melihat PAN itu ada karena faktor Amien Rais meskipun ketua umumnya sekarang Zulkifli Hasan,” katanya.
Dia pun memprediksi bahwa Partai Ummat bisa mengguncang posisi PAN meski dari faktor ideologi kedua partai itu berbeda. "Karena ada sosok Amien Rais yang juga sebagai pendiri PAN," ungkapnya.
Maka itu, kata dia, Partai Ummat menjadi ancaman baru bagi PAN. Karena, lanjut dia, kekuatan figur politik sangat penting dalam partai politik, apalagi Amien Rais sama-sama sebagai pendiri kedua partai tersebut.
“Partai Ummat bisa saja memperoleh limpahan suara dari pemilih PAN yang dulunya loyal terhadap Amien Rais, meskipun porsinya sedikit paling tidak bisa mengguncang PAN," pungkasnya.
Hal senada dikatakan oleh Direktur Eksekutif Indostrategic Khoirul Umam. Umam berpendapat, kehadiran Partai Ummat akan benar-benar mengancam PAN, jika Amien Rais mampu melakukan 'call back' atau panggilan kembali kepada para loyalisnya yang kini masih berada di PAN menjelang 2024.