DPR dan BKKBN Sosialisasikan Tentang Kita untuk Percepatan Penurunan Angka Stunting
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar Wenny Haryanto bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) kembali menggelar sosialisasi "Tentang Kita" Dalam Percepatan Penurunan Angka Stunting Bersama Mitra. Kali ini, sosialisasi dilaksanakan di Kecamatan Pacoran Mas, Kota Depok.
Wenny mengatakan, penyakit stunting yang menyerang anak di bawah 1.000 hari harus benar-benar diperhatikan. Pasalnya, stunting dapat mengancam bonus demografi Indonesia Emas pada Tahun 2045.
“Bonus demografi 2045 itu adalah kondisi ketika 70 adalah dari penduduk Indonesia dengan rentang usia 15-64 tahun dalam kondisi produktif (mampu berkarya dengan maksimal). Nah, bonus demografi itu akan gagal atau terancam gagal apabila stunting tidak dikendalikan, artinya edukasinya kurang,” kata Wenny, Senin 12 Desember 2022.
Atas dasar itu, kata Wenny, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 yang memerintahkan BKKBN menekan angka stunting.
“Targetnya pada Tahun 2024 yaitu 14 persen. Sedangkan, angka stunting di Indonesia saat ini masih 24,4 persen,” ujar Wenny yang juga dari Dapil Jabar VI (Kota Depok-Kota Bekasi) ini.
Wenny menerangkan, di Depok angka stuntingnya hanya 12,3 persen. Hal itu menunjukkan bahwa Kota Depok selangkah lebih maju dari target Indonesia pada Tahun 2024. Mirisnya, 70 persen anak penderita stunting di Kota Dpeok berasal dari masyarakat dengan ekonomi ke atas.
“Nah hebatnya Depok itu sudah 12,3 persen sekarang sudah diatas target 14 persen jadi nanti Tahun 2024 lebih keren lagi, bisa saja zero stunting,” terang Wenny.
BKKBN dalam menjalankan tugas dari Presiden tidak bisa sendiri. Sehingga, ia menyarankan, agar lembaga kesehatan itu dapat bekerjasama dengan masyarakat dalam melakukan langkah pencegahan.
“Misalnya, ibu hamil harus minum obat penambah darah, ibu hamil harus punya nutrisi bagus yaitu empat sehat lima sempurna. Kemudian, ketika bayi lahir harus lakukan imunisasi dasar yang lengkap setiap bulan lalu, berikan ASI ekslusif selama enam bulan, menerapkan perlilaku hidup bersih harus ada MCK, ketika ibu hamil jangan suaminya merokok dekat ibu tersebut,” jelasnya merincikan.
Lebih dalam, ia melanjutkan, ciri-ciri anak terkena stunting dapat dilihat dari pertumbuhan gigi terlambat, kemampuan fokus berkurang, pertumbuhan tubuh melambat, wajah lebih muda, pubertas terlambat, pada usia 8-10 tahun akan menjadi lebih pendiam, hingga menghindari kontak mata dengan orang sekitar.
“Nah stunting sendiri itu kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis pada seribu hari pertama pertumbuhan anak dan itu menyebabkan anak gagal pertumbuhan tubuh dan otaknya. Nah itu yang harus kita atasi,” pungkas Wenny.
Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah khusus BKKBN Pusat dr Fajar Firdawati mengatakan, angka stunting di Depok dan Bekasi jauh dari target nasional.
“Ini keberhasilan bersama yang patut diapresiasi, lagi-lagi saya mengapresiasi Bu Wenny yang begitu gigih dalam menyosialisasikan pencegahan stunting,” ujar Fajar.
Lihat Juga: DPR Ramai-ramai Cecar Jaksa Agung soal Kasus Tom Lembong, Anies: Rakyat Indonesia Mengapresiasi
Wenny mengatakan, penyakit stunting yang menyerang anak di bawah 1.000 hari harus benar-benar diperhatikan. Pasalnya, stunting dapat mengancam bonus demografi Indonesia Emas pada Tahun 2045.
“Bonus demografi 2045 itu adalah kondisi ketika 70 adalah dari penduduk Indonesia dengan rentang usia 15-64 tahun dalam kondisi produktif (mampu berkarya dengan maksimal). Nah, bonus demografi itu akan gagal atau terancam gagal apabila stunting tidak dikendalikan, artinya edukasinya kurang,” kata Wenny, Senin 12 Desember 2022.
Atas dasar itu, kata Wenny, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 yang memerintahkan BKKBN menekan angka stunting.
“Targetnya pada Tahun 2024 yaitu 14 persen. Sedangkan, angka stunting di Indonesia saat ini masih 24,4 persen,” ujar Wenny yang juga dari Dapil Jabar VI (Kota Depok-Kota Bekasi) ini.
Wenny menerangkan, di Depok angka stuntingnya hanya 12,3 persen. Hal itu menunjukkan bahwa Kota Depok selangkah lebih maju dari target Indonesia pada Tahun 2024. Mirisnya, 70 persen anak penderita stunting di Kota Dpeok berasal dari masyarakat dengan ekonomi ke atas.
“Nah hebatnya Depok itu sudah 12,3 persen sekarang sudah diatas target 14 persen jadi nanti Tahun 2024 lebih keren lagi, bisa saja zero stunting,” terang Wenny.
BKKBN dalam menjalankan tugas dari Presiden tidak bisa sendiri. Sehingga, ia menyarankan, agar lembaga kesehatan itu dapat bekerjasama dengan masyarakat dalam melakukan langkah pencegahan.
“Misalnya, ibu hamil harus minum obat penambah darah, ibu hamil harus punya nutrisi bagus yaitu empat sehat lima sempurna. Kemudian, ketika bayi lahir harus lakukan imunisasi dasar yang lengkap setiap bulan lalu, berikan ASI ekslusif selama enam bulan, menerapkan perlilaku hidup bersih harus ada MCK, ketika ibu hamil jangan suaminya merokok dekat ibu tersebut,” jelasnya merincikan.
Lebih dalam, ia melanjutkan, ciri-ciri anak terkena stunting dapat dilihat dari pertumbuhan gigi terlambat, kemampuan fokus berkurang, pertumbuhan tubuh melambat, wajah lebih muda, pubertas terlambat, pada usia 8-10 tahun akan menjadi lebih pendiam, hingga menghindari kontak mata dengan orang sekitar.
“Nah stunting sendiri itu kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis pada seribu hari pertama pertumbuhan anak dan itu menyebabkan anak gagal pertumbuhan tubuh dan otaknya. Nah itu yang harus kita atasi,” pungkas Wenny.
Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah khusus BKKBN Pusat dr Fajar Firdawati mengatakan, angka stunting di Depok dan Bekasi jauh dari target nasional.
Baca Juga
“Ini keberhasilan bersama yang patut diapresiasi, lagi-lagi saya mengapresiasi Bu Wenny yang begitu gigih dalam menyosialisasikan pencegahan stunting,” ujar Fajar.
Lihat Juga: DPR Ramai-ramai Cecar Jaksa Agung soal Kasus Tom Lembong, Anies: Rakyat Indonesia Mengapresiasi
(mhd)