Indonesia Punya Resep Mujarab Lawan Covid-19

Kamis, 09 Juli 2020 - 07:22 WIB
loading...
Indonesia Punya Resep...
Pandemi Covid-19 masih menyerang rasa ketakutan semua warga di Indonesia. Di tengah pandemi itu, berbagai resep mujarab anti-Covid-19 terus bermunculan. Foto: dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 masih menyerang rasa ketakutan semua warga di Indonesia. Di tengah pandemi itu, berbagai resep mujarab anti-Covid-19 terus bermunculan. Kehadirannya menawarkan berbagai cara untuk memukul mundur virus yang hampir melanda di seluruh dunia ini.

Masyarakat sendiri begitu gempita ketika muncul banyak resep mujarab untuk menekan penularan Covid-19. Seperti hebohnya publik saat mendengar pernyataan Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo (SYL) tentang kalung aromatherapy berbahan eucalyptus yang diklaim mampu membunuh Covid-19.

“Kalung ini dapat mematikan corona dengan kontak. Kontak 15 menit bisa membunuh 42% corona, dan semakin lama maka lebih banyak yang tereliminasi. “Kalau setengah jam, dia bisa 80%,” ujarnya di Kementerian PUPR, Jumat, pekan lalu. (Baca: Demi Konsumennya, Krakatau Minta Dana Talangan Rp3 Triliun)

Sebagian besar masyarakat mempertanyakan tentang kebenaran klaim tersebut. Apalagi mendengar rencana produksi massal kalung tersebut bulan depan. Mereka masih meragukan efektivitas kalung eucalyptus karena belum memenuhi standar uji medik satu bahan bisa dideklarasikan sebagai antivirus.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Suwijiyo Pramono mengatakan eucalyptus bukan untuk digunakan sebagai obat dalam. Pemakaian eucalyptus umumnya dioleskan atau dihirup seperti pada produk minyak kayu putih atau balsam. Menurutnya, paling memungkinkan eucalyptus hanya obat pendamping, bukan obat utama yang diberikan kepada pasien Covid-19. “Dalam hal ini bisa membantu obat standar yang diberikan kepada pasien Covid-19 dalam proses penyembuhan, bukan sebagai obat utama,” katanya.

Dia tidak memungkiri jika senyawa 1,8 sineol dalam eucalyptus bersifat antibakteri, antivirus, dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak. Dalam riset terdahulu, eucalyptus memang diketahui dapat membunuh virus influenza dan corona. Kendati demikian, harus ada penelitian lebih lanjut apakah varian produk eucalyptus dari Kementerian Pertanian benar-benar efektif untuk membunuh Covid-19. “Virus corona SARS-CoV-2 ini baru. Dalam uji kementerian kemarin, menggunakan virus itu atau bukan?” tukasnya.

Kehebohan publik terkait kalung antivirus Kementan ini, kemudian coba diredam oleh Kepala Balitbangtan Kementerian Pertanian Fadjry Djufry. Dia mengungkapkan bahwa apa yang disampaikan oleh Mentan SYL adalah bagian dari ikhtiar lembaganya dalam membantu percepatan pengendalian Covid-19 di Tanah Air.

Terkait varian produk eucalyptus sebagai bahan anti-Covid-19, merupakan hasil penelitian dari Balitbangtan sejak awal tahun lalu. Saat mengetahui adanya virus ini, tim Balitbangtan melakukan kajian awal terhadap beberapa komoditi lewat studi literatur dan penanaman secara langsung. Setidaknya, kata Fadjry, ada 50 tanaman yang berpotensi menjadi antivirus, salah satunya eucalyptus. (Baca juga: Siap Diproduksi Massal, Kementan Sebut Harga Kalung Anti Corona Terjangkau)

“Bahan aktif yang diperoleh, kemudian diuji karakteristik dan kemampuan antivirusnya dengan pengujian in vitro pada telur berembrio. Hasil pengujian terhadap beberapa bahan aktif menunjukkan bahwa eucalyptus mampu membunuh 80–100% virus influenza dan corona,” katanya.

Hasil dari pengujian in vitro itulah yang akhirnya dikembangkan menjadi minyak eucalyptus dan dikemas dalam beberapa varian produk seperti roll on, inhaler, balsam, difuser, dan kalung aromaterapi. Temuan ini lantas diujicobakan kepada 16 pasien positif Covid-19 tanpa dilanjutkan uji klinis. “Kami hanya me-record testimoni mereka, tetapi tidak melakukan pengujian terhadap kondisi kesehatannya,” katanya.

Dia pun menegaskan bahwa kalung aromaterapi ini bukan vaksin, melainkan inhaler tropical. "Sebenarnya isi kalung itu sama dengan formula yang untuk inhaler. Namun kalau inhaler ukurannya kecil, kadang kita lupa menyimpan atau terselip di mana saat kita akan menggunakannya. Ini (kalung antivirus corona) hanya sampel, perlu dipertegas dan dijelaskan masyarakat juga bahwa ini bukan obat, tapi untuk mengurangi paparan dari gejala (Covid-19) dan juga bukan vaksin," terang Fadjry.

Resep penolak Covid-19 juga muncul di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Kampus yang dikenal sebagai penghasil dokter-dokter terbaik di Indonesia ini mengembangkan sejumlah penelitian terkait bahan-bahan yang efektif dalam melawan corona.

Untuk meningkatkan imunitas, misalnya, para peneliti Unair menyarankan warga agar banyak mengonsumsi empon-empon. Anjuran ini kemudian direspons positif Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Dapur umum pun dibuat di area Balai Kota Surabaya. Setiap hari beberapa petugas memproduksi salah satu empon-empon untuk dijadikan minuman pokak.

Minuman itu pun dibagikan gratis kepada para warga sampai saat ini dengan disertai telur rebus. Bahkan, warga yang melakukan isolasi mandiri di tiap rumah juga selalu dikirim setiap hari. “Minuman pokak ini berbahan dasar jahe, sereh, kapulaga, kayumanis. Rasanya enak manis, sedikit pedas dari jahenya. Ini kita masak selama tiga jam,” kata Risma. (Baca juga: Terkonfirmasi, Turki Tes S-400 Rusia dengan Jet Tempur Buatan AS)

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Prof Dr Mangestuti Agil MS Apt yang fokus terhadap kajian obat-obatan tradisional menuturkan, satu hal penting untuk menguatkan imunitas atau kekebalan tubuh adalah dengan mengonsumsi rempah-rempah tradisional atau yang bisa disebut empon-empon. Keberadaan empon-empon sudah lama menjadi bagian dari tradisi masyarakat di Indonesia. “Kunyit misalnya. Rempah yang satu ini memiliki antioksidan yang sangat baik untuk menguatkan kekebalan tubuh,” kata Mangestuti.

Ia melanjutkan, ada juga jahe yang memiliki khasiat tinggi. Jika tidak ada waktu membuat minuman dari kunyit maka bisa membuat minuman dari jahe. Ada juga minuman herbal pokak yang memiliki kegunaan untuk menguatkan kekebalan tubuh. “Sudah sedari dulu empon-empon menjadi bagian dari Indonesia. Masalahnya, belum banyak masyarakat kita yang menaruh perhatian. Meski di era sekarang semua khasiat sudah teruji, diperlukan perhatian kita untuk kembali mengoptimalkan rempah-rempah yang ada di sekitar kita,” ucapnya.

Pihaknya ingin kembali merenungkan cara hidup sehat yang sudah diwariskan oleh pendahulu. Bahan alam itu akan selalu lebih cepat diterima dan menyatu dengan tubuh. “Ini sudah menjadi hukum alam. Asalkan semua dikonsumi dengan teratur dan rutin. Minimal tiga kali dalam seminggu,” jelasnya.

Selain empon-empon, para peneliti dari Universitas Airlangga juga menemukan obat pencegahan Covid-19. Temuan itu berupa lima kombinasi regimen obat yang berasal dari obat-obat yang sudah beredar di pasaran dan berpotensi menjadi obat bagi pasien Covid-19. Temuan kombinasi obat ini menjadi angin segar bagi penanganan virus corona di Indonesia. Beberapa warga pun terus berburu resep yang tepat karena mereka tak mau diisolasi di rumah sakit. (Baca juga:17 Tahun Buron, Pelarian Maria Lumowa Berakhir di Serbia)

Rektor Universitas Airlangga Prof Mohammad Nasih menuturkan, para peneliti di Universitas Airlangga menemukan lima kombinasi regimen obat. Penemuan regimen itu terdiri atas obat-obat yang sudah beredar di pasaran. Maka itu, obat tersebut bisa langsung digunakan. Kelima regimen kombinasi itu yakni lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne, lopinavir/ritonavir dengan doxycycline, lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine, hydroxychloroquine dengan azithromicyne, hydroxychloroquine dengan doxycycline.

Nasih menambahkan, penggunaan lima regimen kombinasi obat itu terjamin dan aman digunakan, lantaran berbahan dari obat yang telah lolos uji klinis fase 3 dan terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga, Dr dr Purwati, SpPD, K-PTI FINASIM menjelaskan, semua regimen kombinasi obat Covid-19 itu tidak untuk diperjualbelikan secara bebas di pasaran, sehingga harus benar-benar dijaga. "Belum diperjualbelikan. Ini kolaborasi antara Unair, BNPB, dan juga Badan Intelijen Negara," kata dr Purwati.

Ia melanjutkan, kombinasi regimen obat tersebut memiliki potensi dan efektivitas cukup bagus terhadap daya bunuh virus. Dosis masing-masing obat dalam kombinasi tersebut yaitu 1/5 dan 1/3 lebih kecil dibandingkan dosis tunggalnya, sehingga mengurangi efek toksik dari obat tersebut bila diberikan sebagai obat tunggal. “Kini sudah ada ratusan obat yang sudah diproduksi dan akan disebarkan kepada rumah sakit yang membutuhkan,” jelasnya. (Lihat videonya: Kapal Tak Bisa Sadar, Sapi Dilempar ke Laut)

Selain regimen kombinasi obat yang ditemukan, sejumlah peneliti Unair juga menemukan potensi dalam penelitian stem cell. Pihaknya juga menemukan dua formula yaitu Haematopotic Stem Cells (HSCs) dan Natural Killer (NK) cells yang memiliki fungsi untuk melawan Covid-19.

“Dari hasil uji tantang HSCs ditemukan bahwa setelah 24 jam virus SARS CoV2 isolat Indonesia sudah dapat dieliminasi oleh stem cells tersebut, sedangkan hasil uji tantang NK cells terhadap virus, setelah 72 jam didapatkan sebagian virus dapat diinaktivasi oleh NK cells tersebut,” jelasnya. (Aan Haryono)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1706 seconds (0.1#10.140)