Panggilan Telepon Selamatkan Nyawa Jenderal Luhut dari Pembantaian di Medan Operasi
loading...
A
A
A
“Terbukti ketika TNI mendarat di Dili, banyak yang gugur dengan tembakan di dada dan kepala. Bukan karena berondongan senapan otomatis melainkan dengan ketepatan membidik,” ujarnya dikutip SINDOnews, Kamis (24/11/2022).
Saat tengah mempertahankan daerah yang direbutnya, Luhut yang memiliki kode panggilan “Harimau” mendapat telepon dari Asisten Operasi Mabes ABRI Kolonel M. Sanif yang saat itu menjabat sebagai Panglima Operasi dan memiliki panggilan “Paul”.
“Harimau!, Ini Paul!” kata Sanif
“Siap Harimau di sini,” jawab Luhut.
Ketika itu, Luhut diminta untuk membuka peta wilayah yang tengah di pegangnya. Kolonel Sanif kemudian menggambarkan situasi lokasi Luhut saat itu yang rentan disusupi musuh. Hal itu lantaran posisi Luhut dan pasukannya yang lebih rendah dari musuh.
Berkat peringatan itu, Luhut menjadi lebih waspada. Pada malam hari, Luhut meminta anak buahnya untuk selalu siaga dan membuat perlindungan agar tidak menjadi sasaran tembak. Hal yang dikhawatirkan pun terjadi, menjelang tengah malam lokasi Luhut benar-benar diserbu musuh.
“Namun karena kesiapsiagaan sudah dijalankan sebelumnya maka kami dapat mengatasi penyerbuan itu,” kenang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) ini dalam buku biografinya berjudul “Luhut” yang ditulis Nurmala Kartini Pandjaitan, adik kandungnya.
Sejak mendarat di Dili, Kompi A yang dipimpin Luhut tidak pernah istirahat dan tidak ada penambahan pasukan. Selama penugasan di Timor Timur hampir setiap hari pasukan ini terlibat dalam kontak tembak dengan Fretilin.
Lihat Juga: 5 Fakta Mayjen TNI Rui Duarte, Putra Timor Timur dengan Penugasan Baru sebagai Irjen Kemenhan
Saat tengah mempertahankan daerah yang direbutnya, Luhut yang memiliki kode panggilan “Harimau” mendapat telepon dari Asisten Operasi Mabes ABRI Kolonel M. Sanif yang saat itu menjabat sebagai Panglima Operasi dan memiliki panggilan “Paul”.
“Harimau!, Ini Paul!” kata Sanif
“Siap Harimau di sini,” jawab Luhut.
Ketika itu, Luhut diminta untuk membuka peta wilayah yang tengah di pegangnya. Kolonel Sanif kemudian menggambarkan situasi lokasi Luhut saat itu yang rentan disusupi musuh. Hal itu lantaran posisi Luhut dan pasukannya yang lebih rendah dari musuh.
Berkat peringatan itu, Luhut menjadi lebih waspada. Pada malam hari, Luhut meminta anak buahnya untuk selalu siaga dan membuat perlindungan agar tidak menjadi sasaran tembak. Hal yang dikhawatirkan pun terjadi, menjelang tengah malam lokasi Luhut benar-benar diserbu musuh.
“Namun karena kesiapsiagaan sudah dijalankan sebelumnya maka kami dapat mengatasi penyerbuan itu,” kenang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) ini dalam buku biografinya berjudul “Luhut” yang ditulis Nurmala Kartini Pandjaitan, adik kandungnya.
Sejak mendarat di Dili, Kompi A yang dipimpin Luhut tidak pernah istirahat dan tidak ada penambahan pasukan. Selama penugasan di Timor Timur hampir setiap hari pasukan ini terlibat dalam kontak tembak dengan Fretilin.
Lihat Juga: 5 Fakta Mayjen TNI Rui Duarte, Putra Timor Timur dengan Penugasan Baru sebagai Irjen Kemenhan
(cip)