Terobosan Industri Pertahanan dan Urgensi Dukungan Pemerintah

Senin, 07 November 2022 - 08:37 WIB
loading...
Terobosan Industri Pertahanan...
Salah satu alutsista yang dipamerkan di ajang Indo Defence 2022. FOTO/SINDOnews.com
A A A
GelaranIndo Defence 2022 Expo & Forum yang baru saja berakhir mencatatkan perkembangan membanggakan industri pertahanan Tanah Air. Ini diindikasikan dari banyaknya industri pertahanan domestik yang berpartisipasi.

Di sisi lain, event tersebut menunjukkan komitmen kongkret pemerintah Indonesia untuk memperkuat taring militernya dengan mengakusisi alutsista dari pesawat hingga rudal, dan memodernisasi alutsista yang sudah dianggap tua agar bisa mengikuti tantangan jaman.

Berdasar laporan panitia, event pertahanan terbesar di ASEAN tersebut diikuti 158 perusahaan dalam negeri. Mereka bergabung dengan 747 perusahaan luar negeri dari 59 negara.

Tingginya jumah peserta domestik menunjukkan industri pertahanan Indonesia semakin bergairah dan mendapat tempat untuk memenuhi kebutuhan alutsista. Di sisi lain fakta tersebut juga mengindikasikan meningkatnya kapasitas pengetahuan mereka menjawab kebutuhan TNI.

Adapun di antara transaksi bernilai strategis yang dicapai dalam momentum tersebut adalah akusisi sistem rudal balistik taktis (TBM) Khan dari pabrikan roket kebanggaan Turki, Roketsan. Keberadaan rudal ini akan menjadi payung udara melindungi area vital dari potensi serangan rudal, drone, pesawat atau lainnya.

Sedangkan modernisasi alutsista yang paling menarik perhatian adalah programrefurbishmentkapal perang TNI AL dari beragam kelas, termasuk Sigma Class dan Bung Tomo Class.

Di luar bertumpuknya kabar menggembirakan itu, ada sejumlah kabar yang patut diapresiasi. Apa itu? Dalam gelaran tersebut sejumlah industri pertahanan Indonesia, baik yang tergabung dalam Defend.ID maupun industri swasta, menampilkan terobosan atau meneken kerja sama dengan industri asing untuk mengembangkan alutsista baru nan canggih untuk memenuhi kebutuhan TNI menjawab tantangan baru ke depan.

Dari matra laut, misalnya, PT PAL Indonesia menandatangani kerja sama dengan Diehl Defense dari Jerman untuk mengembangkan kapal selam tanpa awak. Melalui kerja sama ini PT PAL akan mendapatkan teknologi kunci di bidang sistem senjata utama bagi kapal selam, yakni torpedo.

Tak kalah gaharnya, PT PAL juga menggandeng PT Lundin Invest dan Konsberg dari Norwegia mengembangkan kapal serbu ringan (KSR) dengan berat 33 ton yang akan dilengkapi rudal NSM. Untuk Lundin, sebelumnya telah mengembangkan Tank Boat dan KCR Trimaran.

Terobosan lainnya adalah dilakukan oleh PT Pindad yang memamerkan drone kamikaze yang diberi nama Minibe. Drone ini akan sangat bermanfaat di era perang modern, seperti ditunjukkan drone kamikaze Iran, Shahed-136, yang digunakan Rusia menyerang sasaran strategis di Ukraina.

Sebelumnya, PT Dahana juga telah mengembangkan drone jenis sama yang diberi nama Rajata yang mampu mencari sasaran tanpa diketahui lawan.

Terobosan kapal selam tanpa awak, kapal serbu ringan, maupun drone kamikaze merupakan sebagian dari alutsista yang dikembangkan industri pertahanan dalam negeri.

Fakta yang tersaji tidak sekadar merefleksikan keseriusan industri pertahanan bangs aini untuk memenuhi kebutuhan TNI yang terus berkembang demi menjawab tantangan perubahan jaman. Di sisi lain, hal tersebut juga menjadi indikator mereka semakin percaya diri melakukan inovasi.

Namun yang patut mendapat catatan adalah, sehebat apapun kapasitas dan semaju apapun inovasi yang dilakukan anak bangsa, dukungan pemerintah tetap faktor terpenting.

Tanpa komitmen pemerintah, terutama untuk memanfaatkan karya mereka, terobosan itu hanya akan berhenti pada purwapura. Karena itulah, Kementerian Pertahan perlu mengawal langkah mereka untuk memastikan program yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan TNI, dan kemudian mengakuisisinya untuk menjadi bagian arsenal persenjataan TNI.

Indonesia semestinya belajar dari Turki yang memberi kepercayaan pada industri pertahanan domestik untuk memenuhi kebutuhan militernya. Berkat dukungan pemerintahnya, Turki kini menempatkan tujuh perusahaan pertahanannya dalam 100 perusahaan pertahanan teratas dunia.

Mereka adalah Aselsan, TUSAS/Turkish Aerospace Industries Inc (TAI), BMC, Roketsan, STM Defense Technologies & Engineering Ltd, FNSS, dan Havelsan. Bila pemerintah serius dan menunjukkan komitmen kuat seperti pemerintah Turki, tidak mustahil target Presiden Joko Widodo menjadikan Defend ID masuk jajaran 50 perusahaan global terkemuka bisa terwujud. Mampukah?
(ynt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1687 seconds (0.1#10.140)