Tolak Kenaikan PT 7%, PPP: Semakin Banyak Suara Hilang

Selasa, 07 Juli 2020 - 19:22 WIB
loading...
Tolak Kenaikan PT 7%,...
Wakil Ketua Komisi II DPR RI Fraksi PPP Arwani Thomafi. Foto/dpr.go.id
A A A
JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lantang menyuarakan penolakan atas rencana kenaikan ambang batas parlemen (parliamentary threshold/PT) sebesar 7% dalam Rancangan Undang-Undang Pemilihan Umum (RUU Pemilu).

Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi PPP Arwani Thomafi mengatakan, jangan sampai justru undang-undang itu nantinya dibuat hanya untuk pijakan memudahkan partai politik tertentu atau kontestan tertentu untuk menang dengan mudah.

”Menaikkan parliamentary threshold seperti menaikkan kelas demokrasi kita, ini kan sesuatu yang harus kita perdebatkan. Apa iya kalau naik PT dari 4 ke 5, atau dari kemarin sebelumnya 2,5% dan 3,5%, itu betul-betul sudah mencerminkan demokrasi kita naik kelas? Atau justru ada kepentingan-kepentingan tertentu di luar peningkatan kualitas demokrasi kita,” katanya dalam diskusi Forum Legislasi bertema “Kemana Arah RUU Pemilu? di Media Center Parlemen, Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Selasa (7/7/2020). ( )

Arwani mengatakan, sebelumnya sistem proporsional itu dipilih karena memang cocok dengan model keragaman dan kebinekaan di Indonesia bahwa Indonesia tidak hanya soal agama, suku, bangsa dan semuanya. Termasuk soal warna politik.

“Karenanya, keragaman warna politik itu jugalah yang akhirnya kita memilih sistem proporsional. Sistem proporsional berarti kita ingin agar suara masyarakat itu semakin banyak yang harus dikonversi menjadi kursi, tidak hangus sia-sia,” tuturnya.

Jika dalam Pemilu 2024 mendatang anak kenaikan PT, menurut Arwani, akan ada problem mendasar, yaitu semakin banyak suara yang hilang. “Semakin banyak suara yang tidak terkonversi menjadi kursi. Artinya apa? Ada problem kalau kita menaikkan PT itu justru melahirkan disproporsionalitas. Alih-alih untuk menaikkan kelas demokrasi kita, tapi justru yang kita lihat adalah warna politik, keragaman politik kita itu semakin mengecil dan semakin menyempit,” katanya.

Menurut Arwani, dalam menyusun RUU Pemilu, memilih anggota DPR dan Presiden hanya sasaran antara. Sasaran finalnya adalah terpilihnya anggota DPR dan Presiden bagaimana mampu menjaga Indonesia, NKRI, Pancasila, termasuk kebhinekaan. “Saya khawatir kalau kita mengikuti arus bahwa kalau menaikkan PT itu berarti juga naikkan kelas demokrasi kita, saya khawatir nasib kearifan lokal, keragaman politik kita yang justru itu menjadi modal kuat dari tegaknya NKRI itu semakin hari semakin terkikis,” tuturnya.

Arwani mengingatkan bahwa jangan sampai ujungnya adalah penyederhanaan partai politik seperti era Orde Baru. “Cuma caranya beda. Kalau dulu sudah segini saja, kalau sekarang melalui regulasi, melalui peraturan perundang-undangan dipaksa untuk ada penyederhanaan politik atau penyederhanaan warna-warna politik itu,” katanya.
(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Menjelang Muktamar PPP,...
Menjelang Muktamar PPP, Mardiono Didorong Maju Jadi Ketum dari Berbagai DPW
Safari Ramadan Mardiono...
Safari Ramadan Mardiono ke Sumut, Bukber Bareng Kader hingga Bertemu Bobby Nasution
Mardiono Minta Para...
Mardiono Minta Para Kader yang Umrah Doakan PPP dan Indonesia
Di Depan Kiai dan Habib,...
Di Depan Kiai dan Habib, Mardiono Minta Doa dan Dukungan Program Kerja Pemerintah
Peringati Harlah ke-52...
Peringati Harlah ke-52 PPP, Pesan Mardiono ke Kader: Tetap Jaga Solidaritas
PPP: Penurunan Biaya...
PPP: Penurunan Biaya Haji Ringankan Beban Jemaah
Kader PPP Jakarta Ingatkan...
Kader PPP Jakarta Ingatkan Rommy: Emang Nggak Ada Kerjaan Ya, Kasak Kusuk Terus
Jubir PPP Tegaskan Mukernas...
Jubir PPP Tegaskan Mukernas II Tak Bahas Calon Ketua Umum
PPP Jakarta Sayangkan...
PPP Jakarta Sayangkan Orang Kepercayaan Mardiono Salahkan Rommy karena Partai Tak Lolos ke DPR
Rekomendasi
5 Obat Hati yang Sakit,...
5 Obat Hati yang Sakit, Salah Satunya Berkumpul dengan Orang-orang Saleh
Jalan Raya Pangalengan...
Jalan Raya Pangalengan Tertutup Longsor Picu Kemacetan hingga 2 Km
Azealia Banks Klarifikasi...
Azealia Banks Klarifikasi Ucapannya soal Indonesia Tempat Sampah Dunia
Berita Terkini
2 Menteri Kabinet Merah...
2 Menteri Kabinet Merah Putih Sebut Jokowi Bos, Puan Maharani: Presiden Saat Ini Prabowo Subianto
1 menit yang lalu
Kejagung Beberkan Awal...
Kejagung Beberkan Awal Mula Kasus Dugaan Suap Vonis Onslag Perkara Minyak Goreng
22 menit yang lalu
Prabowo Bertemu Megawati...
Prabowo Bertemu Megawati di Momen Lebaran, Puan: Akan Ada Pertemuan Selanjutnya
32 menit yang lalu
Survei Membuktikan Kejagung...
Survei Membuktikan Kejagung Lembaga Penegak Hukum Paling Dipercaya Publik
39 menit yang lalu
Jenguk Hasto di Rutan...
Jenguk Hasto di Rutan KPK, Kardinal Suharyo Bawa Daun Palma
39 menit yang lalu
RSKB Columbia Luncurkan...
RSKB Columbia Luncurkan Pediatric Care, Layanan Kesehatan Khusus Anak
1 jam yang lalu
Infografis
7 Negara yang Paling...
7 Negara yang Paling Banyak Konsumsi Mi Instan di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved