Airlangga Dinilai Sosok yang Sudah Teruji untuk Maju sebagai Capres 2024
loading...
A
A
A
Aceng menjelaskan, proses pilpres dan pileg yang dilakukan di masa tahun politik baik dilaksanakan secara bersamaan atau pun tidak, tentu memiliki korelasi yang saling berkaitan. Seperti PDIP mengusung Jokowi dan Gerindra yang mengusung Prabowo.
"Ini salah satu contoh korelasi pilpres dan pileg yang Kedua contoh di atas memiliki dampak signifikan terhadap elektabilitas partai tersebut tentu jauh berbeda dengan hanya sekedar partai pendukung di karenakan ketidakberanian ketua umumnya maju sebagai kandidat atau alasan karena faktor persyaratan 20% yang terpaksa harus koalisi," jelasnya.
"Tinggal bagaimana seluruh kader Golkar berani secara terbuka dan masif melakukan direct ke publik tentang sosoknya, rangkul semua elemen, bangun kelompok-kelompok relawan, terus bergerak dan yakinkan publik yang awam," tambah Aceng.
Dirinya optimistis, selain punya kewenangan sebagai ketua umum partai, Airlangga Hartarto punya peluang besar sebagai tokoh garis tengah yang bisa masuk ke semua lapisan dan merangkul semua golongan.
"Kita sudah cukup lelah bangsa ini digariskan dan perlu tokoh tengah yang masuk ke kiri dan kanan atas maupun bawah dan Airlangga ini sosok yang pas," ungkapnya.
Lanjut menurut Aceng, adapun parpol yang mengusung seseorang menjadi kandidat partai yang mendeklarasikan bukan pada waktunya ibarat pertandingan tanpa lawan hingga merasa di atas angin tapi jika waktunya tiba dia akan kaget sendiri.
"Nah yang seperti itu setidaknya ada dua indikator pertama ia ingin mendongkrak elektabilitas parpolnya memanfaatkan popularitas tokoh tersebut yang kedua ketua umumnya tidak percaya diri karena hanya sebagai fasilitator bukan aplikator. Jadi buat Pak Airlangga fight dulu Bismillah, abaikan yang mendegradasi, persoalan menang atau kalah itu urusan belakangan karena semua sudah Tuhan takdirkan," pungkasnya.
"Ini salah satu contoh korelasi pilpres dan pileg yang Kedua contoh di atas memiliki dampak signifikan terhadap elektabilitas partai tersebut tentu jauh berbeda dengan hanya sekedar partai pendukung di karenakan ketidakberanian ketua umumnya maju sebagai kandidat atau alasan karena faktor persyaratan 20% yang terpaksa harus koalisi," jelasnya.
"Tinggal bagaimana seluruh kader Golkar berani secara terbuka dan masif melakukan direct ke publik tentang sosoknya, rangkul semua elemen, bangun kelompok-kelompok relawan, terus bergerak dan yakinkan publik yang awam," tambah Aceng.
Dirinya optimistis, selain punya kewenangan sebagai ketua umum partai, Airlangga Hartarto punya peluang besar sebagai tokoh garis tengah yang bisa masuk ke semua lapisan dan merangkul semua golongan.
"Kita sudah cukup lelah bangsa ini digariskan dan perlu tokoh tengah yang masuk ke kiri dan kanan atas maupun bawah dan Airlangga ini sosok yang pas," ungkapnya.
Lanjut menurut Aceng, adapun parpol yang mengusung seseorang menjadi kandidat partai yang mendeklarasikan bukan pada waktunya ibarat pertandingan tanpa lawan hingga merasa di atas angin tapi jika waktunya tiba dia akan kaget sendiri.
"Nah yang seperti itu setidaknya ada dua indikator pertama ia ingin mendongkrak elektabilitas parpolnya memanfaatkan popularitas tokoh tersebut yang kedua ketua umumnya tidak percaya diri karena hanya sebagai fasilitator bukan aplikator. Jadi buat Pak Airlangga fight dulu Bismillah, abaikan yang mendegradasi, persoalan menang atau kalah itu urusan belakangan karena semua sudah Tuhan takdirkan," pungkasnya.
(maf)