Pelajaran Krisis untuk Bertahan dan Bangkit

Senin, 24 Oktober 2022 - 08:09 WIB
loading...
Pelajaran Krisis untuk...
Candra Fajri Ananda/FOTO.DOK KORAN SINDO
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

Kondisi dunia dalam beberapa tahun terakhir tidak baik-baik saja, bahkan sebelum pandemi melanda. Bermula pada 2018, kekhawatiran akan krisis ekonomi dunia muncul ketika Turki mengalami krisis moneter akibat terjunnya nilai lira yang membawa dampak ke pasar internasional.

Meski demikian, Indonesia kala itu masih menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Dua tahun berlalu pascaancaman krisis ekonomi, Indonesia resmi mengalami resesi akibat pandemi pada 2020 imbas pertumbuhan ekonomi kuartal III yang tercatat minus dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pandemi telah membawa Indonesia pada resesi pertama setelah krisis moneter 1998.

Apabila ditelaah secara historis, terdapat pola krisis 20 tahunan yang terjadi sejak era kemerdekaan. Dimulai dari 1950–1959, di mana terjadi penggantian kebijakan ekonomi akibat sistem Demokrasi Liberal yang dipimpin Presiden Soekarno, berujung pada berakhirnya masa kepemimpinannya yang disebut sebagai awal bangkitnya Orde Baru. Pola krisis kembali terjadi untuk kali kedua, yaitu pada 1974–1981, saat pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto.

Saat itu, inflasi tinggi karena kegagalan manajemen perusahaan migas milik pemerintah yang mengakibatkan munculnya banyak pergerakan mahasiswa. Selanjutnya, untuk yang ketiga, pola krisis kembali terjadi pada 1998 yang diakibatkan oleh krisis moneter.

Kini, dua dekade telah berlalu semenjak peristiwa Reformasi 1998. Berbagai krisis dan permasalahan yang dialami oleh Indonesia mungkin masih akan terus bergulir selama negara masih berdiri. Jika mengacu pada garis waktu, pola krisis 20 tahunan seharusnya akan terjadi untuk yang keempat kalinya di 2018–2025.

Krisis merupakan suatu masa kritis berkaitan dengan suatu peristiwa yang dapat berpengaruh negatif terhadap organisasi. Oleh sebab itu, keputusan cepat dan tepat mutlak dilakukan agar krisis tak mempengaruhi keseluruhan operasional organisasi.

Masih lekat di ingatan kita, krisis moneter yang menimpa Indonesia pada 1997, di mana dapat dikatakan pemerintah saat itu tidak memiliki persiapan dan mitigasi yang memadai menghadapi krisis.

Ketika krisis moneter melanda, analisa terhadap kemungkinan krisis (early warning system/EWS) belum menjadi perhatian pemerintah maupun pelaku ekonomi lainnya kala itu. Sehingga pada saat terjadinya krisis menimbulkan biaya yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Kesadaran pentingnya suatu upaya mengantisipasi krisis termasuk menjaga stabilitas sistem keuangan menjadi langkah yang perlu dilakukan oleh setiap negara.

Sejatinya, manajemen krisis adalah kunci utama untuk dapat memitigasi krisis melalui kebijakan dalam penyelesaian masalah hingga tahap recovery. Hal ini dilaksanakan dalam rangka mencegah situasi destruktif/meningkat yang berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi lembaga, publik, karyawan, maupun pemangku kepentingan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2070 seconds (0.1#10.140)