Anies, Paloh, Wali Politik, dan So What?
loading...
A
A
A
Dalam berbagai percobaan mencelakakan Anies selama ia menjabat Gubernur DKI Anies tak pernah mengeluh, menyerang balik, atau menunjukkan sikap permusuhan terhadap siapapun,dalam kondisi yang bagaimanapun. Kerja keras, perilaku, integritas, dan komunikasi politik yang baiklah yang selama ini yang mejadi “wali politik” Anies yang mumpuni.
Kisah perjuangan Anies "selamat" dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI adalah sebuah prestasi yang menunjukkan sesuatu yang baru dalam perpolitikan nasional. Istilah "yatim politik", yang melerat pada Anies paling kurang pada level Ibu Kota adalah sesuatu yang unik. Anies membuktkan bahwa "yatim politik" bukanlah sesuatu yang menjadi halangan untuk pengabdian publik bila saja ditekuni dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.Itu telah terjadi dan terbuktikan.
Apa yang diinginkan oleh tubuh dan jiwa Anies segera setelah ia tidak lagi menjadi gubernur DKI adalah keberlanjutan fitnah, hoaks, yang dibangun dengan sempurna oleh kelompok yang tidak menginginkannya menjadi capres, apalagi Presiden. Barangkali Anies akan susah makan dan tidur, jika tidak ada berita buruk yang ditimpakan kepadanya setiap hari. Ibarat virus, karena imunitas awal yang dimilikinya cukup kuat, apa pun perlakuan yang diberikan kemudian, karena ia tak mati, akan membuatnya semakin kuat.
Dalam pandangan Paloh, memasuki gelombang pemilihan presiden, andalan hanya kepada imunitas yang dimiliki Anies tidak cukup. Ketika Anies masuk dalam konvensi Nasdem beberapa bulan yang lalu, untuk capres, Paloh sadar benar tentang kekuatan, kelemahan, dan ancaman yang akan dihadapi Anies.
Mungkin dalam pandangan Paloh, berbagai serangan yang akan datang itu terlalu tinggi risikonya jika hanya dibebankan kepada kesehatan tubuh, dan imunitas yang dimiliki oleh Anies. Suatu saat Anies pasti perlu dikawal, dijaga, apalagi bila ia menjadi capres Nasdem.
Perkiraan Paloh tidak meleset. Tiba-tiba saja ada gangguan besar yang terencana dengan baik yang ingin menyeret Anies, dan membuatnya tersungkur, dan bahkan dapat keluar dari gelanggang Capres 2024. Tak cukup dengan itu, Anies juga diupayakan untuk menjadi ikon terburuk politik Indonesia pasca-Reformasi.
Paloh mengambil sikap. Ia memutuskan untuk menjadi wali dengan cepat. Tidak hanya Paloh, sebentar lagi akan datang lagi para wali lainnya yang akan menyertai Paloh untuk mengusung Anies. Paloh dan para calon wali baru tahu bahwa upaya mencelakakan Anies tidak hanya akan selesai dengan kasus KPK versi salah satu media. More to come, dan mereka akan siap menghadapinya.
Kisah perjuangan Anies "selamat" dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI adalah sebuah prestasi yang menunjukkan sesuatu yang baru dalam perpolitikan nasional. Istilah "yatim politik", yang melerat pada Anies paling kurang pada level Ibu Kota adalah sesuatu yang unik. Anies membuktkan bahwa "yatim politik" bukanlah sesuatu yang menjadi halangan untuk pengabdian publik bila saja ditekuni dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.Itu telah terjadi dan terbuktikan.
Apa yang diinginkan oleh tubuh dan jiwa Anies segera setelah ia tidak lagi menjadi gubernur DKI adalah keberlanjutan fitnah, hoaks, yang dibangun dengan sempurna oleh kelompok yang tidak menginginkannya menjadi capres, apalagi Presiden. Barangkali Anies akan susah makan dan tidur, jika tidak ada berita buruk yang ditimpakan kepadanya setiap hari. Ibarat virus, karena imunitas awal yang dimilikinya cukup kuat, apa pun perlakuan yang diberikan kemudian, karena ia tak mati, akan membuatnya semakin kuat.
Dalam pandangan Paloh, memasuki gelombang pemilihan presiden, andalan hanya kepada imunitas yang dimiliki Anies tidak cukup. Ketika Anies masuk dalam konvensi Nasdem beberapa bulan yang lalu, untuk capres, Paloh sadar benar tentang kekuatan, kelemahan, dan ancaman yang akan dihadapi Anies.
Mungkin dalam pandangan Paloh, berbagai serangan yang akan datang itu terlalu tinggi risikonya jika hanya dibebankan kepada kesehatan tubuh, dan imunitas yang dimiliki oleh Anies. Suatu saat Anies pasti perlu dikawal, dijaga, apalagi bila ia menjadi capres Nasdem.
Perkiraan Paloh tidak meleset. Tiba-tiba saja ada gangguan besar yang terencana dengan baik yang ingin menyeret Anies, dan membuatnya tersungkur, dan bahkan dapat keluar dari gelanggang Capres 2024. Tak cukup dengan itu, Anies juga diupayakan untuk menjadi ikon terburuk politik Indonesia pasca-Reformasi.
Paloh mengambil sikap. Ia memutuskan untuk menjadi wali dengan cepat. Tidak hanya Paloh, sebentar lagi akan datang lagi para wali lainnya yang akan menyertai Paloh untuk mengusung Anies. Paloh dan para calon wali baru tahu bahwa upaya mencelakakan Anies tidak hanya akan selesai dengan kasus KPK versi salah satu media. More to come, dan mereka akan siap menghadapinya.
(zik)