Hasto: Kompetitor Kita Adalah Bangsa Asing Bukan Anak Bangsa Sendiri

Jum'at, 23 September 2022 - 17:56 WIB
loading...
Hasto: Kompetitor Kita...
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memberikan kuliah umum di Aula Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry Banda Aceh. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Tokoh nasional Hasto Kristiyanto menuturkan, sejarah tentang bagaimana api keislaman Proklamator RI Soekarno berusaha dihilangkan.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hastyo Kristiyanto dalam Silaturrahmi Nasional dan Kuliah Umum bertema “Api Islam, Nasionalisme dan Pancasila dalam Pemikiran Bung Karno” yang digelar di Aula Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry Banda Aceh, Jumat (23/9/2022).

Menurut Hasto, Bung Karno sangat mengagumi Aceh karena semangat patriotismenya dan tak mudah menyerah. Namun, kedekatan itu berusaha diputus melalui isu-isu terkait agama. “Pada 1965, Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam. Kenapa tak ada di dokumen sejarah kita?” kata Hasto.



Hal itu membuatnya melakukan penelitian soal geopolitik Soekarno lewat disertasinya di Universitas Pertahanan (Unhan) RI. Dengan itu, Hasto ingin menunjukkan soal dasar Indonesia merdeka, dan bagaimana seharusnya orang Indonesia bergerak keluar (outward looking). “Bahwa kompetitor kita adalah bangsa luar yang melakukan kolonialisme dan imperialisme, bukan melawan anak bangsa sendiri,” imbuhnya.

Hasto menjelaskan bagaimana Bung Karno berguru tentang Islam pada sejumlah tokoh bangsa seperti Tuan Hasan dari Persis dan HOS Cokroaminoto. Soekarno adalah seorang santri. Tapi Orde Baru mengaitkannya dengan 1965 dan komunisme.



“Padahal itu tak benar. Sejarah menunjukkan bagaimana Soekarno menolak menemui pemimpin Soviet Kruschev jika tak bisa menemukan makam Imam Al Buchori. Jadi kalau ada yang isukan Bung Karno tak dekat dengan orang Islam, itu salah besar,” tegasnya.

Dilanjutkannya, Bung Karno membuktikan bahwa Pancasila adalah ideologi politik dunia, lewat Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Konferensi ini mengawali gerakan yang memerdekakan negara-negara seperti Aljazair, Maroko, dan Pakistan.

“Belajar sejarah ini kita belajar api semangat para pendiri bangsa, sehingga kita di masa kini bisa berdiri kokoh mencari penyelesaian atas masalah yang kita hadapi di masa kini dan merangkai masa depan. Jangan lagi kita cenderung berantem antar anak bangsa padahal yang kita hadapi adalah bangsa-bangsa asing yang akan terus berusaha kembali menjajah kita,” tegasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1876 seconds (0.1#10.140)