Kisah Kak Seto Jatuh Cinta pada Anak SMA
loading...
A
A
A
Selepas SMA, Deviana lalu diarahkan Kak Seto untuk kuliah di Universitas Tarumanegara. Tak hanya mengarahkan, Kak Seto juga membantu administrasinya. Bahkan, peraih The Golden Balloon Award dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989) ini mengupayakan Deviana masuk kuliah tanpa mengikuti kegiatan Masa Prabakti Mahasiswa (Mapram).
"Cinta itu simpati karena ketertarikan, ingin sharing, saling percaya, ingin saling berkorban, itulah makna cinta," ujar Kak Seto.
Satu tahun pacaran sudah cukup bagi Kak Seto untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Ia pun mengajak Deviana menikah. Tanpa ragu, Deviana bersedia membangun rumah tangga dengan Kak Seto. Kematangan kekasihnya telah membuat Deviana tak bisa pindah ke lain hati.
"Allah Maha Baik. Dia mengabulkan harapan-harapan saya," kata Deviana.
Keinginan menikah juga mendapat restu kedua keluarga. Saking senangnya, Kak Seto kemudian bernazar dirinya akan mendongeng di hadapan anak yatim piatu pada hari pernikahan.
Tepat pada 10 Januari 1988, hari bahagia itu tiba. Kak Seto dan Deviana mengucapkan ijab kabul pernikahan di Masjid Sunda Kelapa dilanjutkan dengan resepsi di rumah Deviana dengan adat Jawa.
Kak Seto dan Deviana tak melupakan nazarnya. Keduanya menanggalkan baju pengantin meninggalkan pesta pernikahan menuju Panti Asuhan Muslimin di Kramat Raya. Orang tua, keluarga, dan tamu undangan pun dibuat bingung karena ditinggalkan begitu saja.
Tak lama setelah menikah, doa Kak Seto ingin segera memiliki momongan dikabulkan. Deviana hamil. Kak Seto gembira mengetahuinya mengingat usianya sudah 36 tahun. Kak Seto lalu mengajukan izin cuti kuliah untuk sang istri.
Meski hamil, Deviana setia mendampingi Kak Seto melakukan kegiatan sosial. Suatu waktu, Deviana terpaksa menyeberangi sungai dengan air sebatas pinggang, ketika menemani sang suami mengunjungi anak-anak kembar di daerah yang sulit dijangkau.
Anak sulung Kak Seto dan Deviana akhirnya lahir. Berjenis kelamin perempuan dan diberi nama Eka Putri Duta Sari. Setelahnya juga lahir anak-anak buah cinta Kak Seto-Deviana, yakni Bimo Dwi Putra Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari.
"Cinta itu simpati karena ketertarikan, ingin sharing, saling percaya, ingin saling berkorban, itulah makna cinta," ujar Kak Seto.
Satu tahun pacaran sudah cukup bagi Kak Seto untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Ia pun mengajak Deviana menikah. Tanpa ragu, Deviana bersedia membangun rumah tangga dengan Kak Seto. Kematangan kekasihnya telah membuat Deviana tak bisa pindah ke lain hati.
"Allah Maha Baik. Dia mengabulkan harapan-harapan saya," kata Deviana.
Keinginan menikah juga mendapat restu kedua keluarga. Saking senangnya, Kak Seto kemudian bernazar dirinya akan mendongeng di hadapan anak yatim piatu pada hari pernikahan.
Tepat pada 10 Januari 1988, hari bahagia itu tiba. Kak Seto dan Deviana mengucapkan ijab kabul pernikahan di Masjid Sunda Kelapa dilanjutkan dengan resepsi di rumah Deviana dengan adat Jawa.
Kak Seto dan Deviana tak melupakan nazarnya. Keduanya menanggalkan baju pengantin meninggalkan pesta pernikahan menuju Panti Asuhan Muslimin di Kramat Raya. Orang tua, keluarga, dan tamu undangan pun dibuat bingung karena ditinggalkan begitu saja.
Tak lama setelah menikah, doa Kak Seto ingin segera memiliki momongan dikabulkan. Deviana hamil. Kak Seto gembira mengetahuinya mengingat usianya sudah 36 tahun. Kak Seto lalu mengajukan izin cuti kuliah untuk sang istri.
Meski hamil, Deviana setia mendampingi Kak Seto melakukan kegiatan sosial. Suatu waktu, Deviana terpaksa menyeberangi sungai dengan air sebatas pinggang, ketika menemani sang suami mengunjungi anak-anak kembar di daerah yang sulit dijangkau.
Anak sulung Kak Seto dan Deviana akhirnya lahir. Berjenis kelamin perempuan dan diberi nama Eka Putri Duta Sari. Setelahnya juga lahir anak-anak buah cinta Kak Seto-Deviana, yakni Bimo Dwi Putra Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari.