Apakah Harga BBM Naik Berakibat Inflasi?
loading...
A
A
A
Salamuddin Daeng
Ketua Dewan Pakar Transisi Energi Indonesia
COBA kita lihat lebih dahulu apa saja penyebab inflasi pada masa masa sebelumnya? Banyak bukan satu penyebab. Yang mengagetkan adalah kenaikan harga rokok menyebabkan inflasi. Mengapa bisa terjadi? Karena pembelian rokok yang cukup besar.
Lalu apakah pemerintah takut dengan inflasi yang berasal dari harga rokok? Tentu saja tidak. Karena kenaikan harga rokok ditetapkan oleh pemerintah sendiri melalui kenaikan cukai rokok. Harga rokok rata-rata separuhnya adalah cukai yang dipungut pemerintah.
Lalu ada inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga properti. Wah ini lebih seru karena inflasi dipicu oleh kenaikan harga barang mewah. Ini inflasi yang diinginkan atau kalau tidak mau disebut inflasi yang dibuat. Hingga hingga harga properti mengalami gelembung besar.
Pertanyaannya mengapa inflasi perlu dibuat? Karena dengan inflasi maka ekonomi akan hidup. Inflasi membuat para produsen penuh harapan akan ada kenaikan harga di masa depan sehingga mereka akan terangsang untuk berusaha, berbisnis, atau berproduksi.
Sebab kalau tidak seperti petani, wlau sampai air liurnya menetes menghargai inflasi harga gabah, itu hanya sebatas mimpi. Bayangkan dalam 10 tahun terakhir harga gabah ditingkat petani di Sumbawa tak pernah bergerak dari Rp3.000 per kilogram. Paling paling naik sedikit jadi Rp3.200 per kg.
Lalu nanti saat panen balik lagi ke Rp3.000 per kilogram atau bahkan lebih rendah dari itu. Petani seluruh Indonesia berharap sampai sekarang kalau bisa harga gabah itu Rp6.000 per kilogram, barulah bisa menutup ongkos produksi. Jadi inflasi hantu atau malaikat penyelamat?
Harga BBM Bagaimana?
Selama masa Pemerintahan Jokowi harga BBM belum menjadi penyumbang terbesar inflasi. Karena memang selama pemerintahan ini inflasi relatif kecil. Bagaimana tidak kecil inflasinya, ekonomi cuma berputar putar di atas, di lingkaran oligarki dalam mega proyek mereka.
Inflasi yang rendah karena ekonomi lemot menjadi makin lemot karena tidak ada faktor yang signifikan yang bisa menimbulkan inflasi. Faktor moneter seperti suku bunga yang tinggi, justru membuat ekonomi makin tidak bergerak. Konsumsi stagnan akibat daya beli yang memang tidak berubah. Di Indonesia kita hidup pas pasan dan cukup dengan pas pasan itu.
Lalu apakah kenaikan harga BBM bisa mengakibatkan inflasi. Bisa saja karena nilai pembelian BBM memang cukup besar sekitar Rp700 triliun sampai dengan Rp800 triliunan. Hampir sama dengan nilai penjualan rokok, atau 2 kali nilai penjualan listrik, atau 3 kali nilai penjualan pulsa.
Tapi bisa saja tidak karena daya beli yang stagnan. Orang akan mengurangi komsumsi BBM, atau beralih mengganti BBM dengan listrik, atau seperti masa pandemi kemarin dimana sebagian besar pekerjaan dilakukan di rumah atau Work From Home (WFH). Akibatnya konsumsi BBM kendaraan bermotor berkurang.
Kalau demikian untuk menghindari inflasi akibat kenaikan harga BBM sebaiknya pemerintah khususnya segera memberlakukan WFH secara masif selama 6 bulan ke depan. Semua sekolah diganti dengan sekolah online. Dijamin kenaikan harga BBM tidak akan memicu inflasi.
Tapi ada pengamat ekonomi yang membuat argumentasi bahwa harga BBM akan mempengaruhi harga barang lain. Ya benar itu harga BBM industri bukan harga BBM subsidi. Kalau harga BBM subsidi mengakibatkan inflasi seperti yang dimaksud, maka kesimpulannya selama ini ternyata industri yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa menggunakan BBM bersubsidi. Padahal itu jelas sudah dilarang!
Ketua Dewan Pakar Transisi Energi Indonesia
COBA kita lihat lebih dahulu apa saja penyebab inflasi pada masa masa sebelumnya? Banyak bukan satu penyebab. Yang mengagetkan adalah kenaikan harga rokok menyebabkan inflasi. Mengapa bisa terjadi? Karena pembelian rokok yang cukup besar.
Lalu apakah pemerintah takut dengan inflasi yang berasal dari harga rokok? Tentu saja tidak. Karena kenaikan harga rokok ditetapkan oleh pemerintah sendiri melalui kenaikan cukai rokok. Harga rokok rata-rata separuhnya adalah cukai yang dipungut pemerintah.
Lalu ada inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga properti. Wah ini lebih seru karena inflasi dipicu oleh kenaikan harga barang mewah. Ini inflasi yang diinginkan atau kalau tidak mau disebut inflasi yang dibuat. Hingga hingga harga properti mengalami gelembung besar.
Pertanyaannya mengapa inflasi perlu dibuat? Karena dengan inflasi maka ekonomi akan hidup. Inflasi membuat para produsen penuh harapan akan ada kenaikan harga di masa depan sehingga mereka akan terangsang untuk berusaha, berbisnis, atau berproduksi.
Sebab kalau tidak seperti petani, wlau sampai air liurnya menetes menghargai inflasi harga gabah, itu hanya sebatas mimpi. Bayangkan dalam 10 tahun terakhir harga gabah ditingkat petani di Sumbawa tak pernah bergerak dari Rp3.000 per kilogram. Paling paling naik sedikit jadi Rp3.200 per kg.
Lalu nanti saat panen balik lagi ke Rp3.000 per kilogram atau bahkan lebih rendah dari itu. Petani seluruh Indonesia berharap sampai sekarang kalau bisa harga gabah itu Rp6.000 per kilogram, barulah bisa menutup ongkos produksi. Jadi inflasi hantu atau malaikat penyelamat?
Harga BBM Bagaimana?
Selama masa Pemerintahan Jokowi harga BBM belum menjadi penyumbang terbesar inflasi. Karena memang selama pemerintahan ini inflasi relatif kecil. Bagaimana tidak kecil inflasinya, ekonomi cuma berputar putar di atas, di lingkaran oligarki dalam mega proyek mereka.
Inflasi yang rendah karena ekonomi lemot menjadi makin lemot karena tidak ada faktor yang signifikan yang bisa menimbulkan inflasi. Faktor moneter seperti suku bunga yang tinggi, justru membuat ekonomi makin tidak bergerak. Konsumsi stagnan akibat daya beli yang memang tidak berubah. Di Indonesia kita hidup pas pasan dan cukup dengan pas pasan itu.
Lalu apakah kenaikan harga BBM bisa mengakibatkan inflasi. Bisa saja karena nilai pembelian BBM memang cukup besar sekitar Rp700 triliun sampai dengan Rp800 triliunan. Hampir sama dengan nilai penjualan rokok, atau 2 kali nilai penjualan listrik, atau 3 kali nilai penjualan pulsa.
Tapi bisa saja tidak karena daya beli yang stagnan. Orang akan mengurangi komsumsi BBM, atau beralih mengganti BBM dengan listrik, atau seperti masa pandemi kemarin dimana sebagian besar pekerjaan dilakukan di rumah atau Work From Home (WFH). Akibatnya konsumsi BBM kendaraan bermotor berkurang.
Kalau demikian untuk menghindari inflasi akibat kenaikan harga BBM sebaiknya pemerintah khususnya segera memberlakukan WFH secara masif selama 6 bulan ke depan. Semua sekolah diganti dengan sekolah online. Dijamin kenaikan harga BBM tidak akan memicu inflasi.
Tapi ada pengamat ekonomi yang membuat argumentasi bahwa harga BBM akan mempengaruhi harga barang lain. Ya benar itu harga BBM industri bukan harga BBM subsidi. Kalau harga BBM subsidi mengakibatkan inflasi seperti yang dimaksud, maka kesimpulannya selama ini ternyata industri yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa menggunakan BBM bersubsidi. Padahal itu jelas sudah dilarang!
(kri)