M. Qodari Sebut 3 Nama Ini Berpeluang Besar Muncul di Pilpres 2024

Sabtu, 25 Juni 2022 - 20:48 WIB
loading...
M. Qodari Sebut 3 Nama Ini Berpeluang Besar Muncul di Pilpres 2024
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari memprediksi ada tiga capres yang bakal muncul pada Pilpres 2024. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari memprediksi ada tiga capres yang bakal muncul pada Pilpres 2024 . Ketiga nama tersebut antara lain, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Hasil survei capres nama-nama paling populer, ada 3 nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan," ujarnya, Sabtu (25/6/2022).

Menurut dia, soal berapa pasang yang bakal muncul pada Pilpres 2024 mendatang itu harus dilihat dari kursi parpol dan hasil survei capres. Pertama, kursi parpol dari 9 di DPR itu 3 partai saja yang bisa dikatakan lolos, yakni PDIP 128 kursi, Golkar 85 kursi, dan Gerindra 78 kursi lantaran mereka leadernya koalisi. "Ini 3 partai yang kalau mereka mau berkoalisi dengan satu saja partai menengah maka sudah bisa maju, bahkan PDIP solo karier pun bisa maju tanpa harus berkoalisi," tuturnya.



Menurut dia, partai politik ingin menang dan suaranya naik sehingga mereka akan mengajukan capres yang popularitasnya tinggi atau papan atas. Itu sebabnya DPW Partai Nasdem paling banyak mengajukan Anies Baswedan-Ganjar Pranowo karena kedua nama itu paling populer dari survei-survei. "Dan relatif Anies tak punya partai, Ganjar masih bisa lepas, nah Prabowo udah enggak bisa karena dia punya partai makanya tak disebut Partai Nasdem," jelasnya.

Penasihat Jokpro 2024 itu menerangkan, dari kemungkinan kombinasi itu bisa melahirkan kemungkinan 4 atau 3 pasang capres-cawapres pula pada Pilpres 2024 mendatang. Simulasi 4 pasang A yakni, pertama Anies Baswedan-AHY yang diusung Nasdem, PKS, dan Demokrat, yang mana Nasdem dan PKS memang konstituen dari hasil survei mendukung Anies.



"Keduanya ini kalau bergabung masih belum cukup lalu AHY-SBY juga datang, saya tak pernah menbayangkan seorang SBY, presiden 2 kali bisa datang ke Nasdem Tower kalau tak ada sesuatu yang sangat penting, misalnya menyodorkan nama AHY menjadi cawapres begitu, jadi koalisi 3 partai ini (Nasdem-PKS-Demokrat) sudah memenuhi syarat dan kemungkinan pasangan calonnya Anies-AHY," jelasnya.

Kedua, pasangan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar yang diusung Gerinda dan PKB. Gerinda merupakan partai nasionalis saat berkoalisi dengan PKB partai Islam tradisionalis kebetulan juga Muhaimin juga NU kuat di Jawa Timur, bisa berkoalisi cukup satu tiket pasangan Prabowo-Muhaimin.

"Ketiga, kabarnya yah koalisi Indonesia baru yang isinya Golkar, PAN, dan PPP katanya disiapkan buat Ganjar yah dengan katakanlah Mr. X kita tak tahu siapa namanya, bisa maju. Lalu keempat, kalau misalnya Ganjar tak jadi lewat PDIP, Mbak Puan Maharani maju sendiri, PDIP bisa maju sendiri jadilah 4 pasangan," terangnya.

Dia memaparkan, simulasi 4 pasangan B yakni, dengan 3 pasangan sama, hanya satu pasangan yang diusung Golkar, PAN, dan PPP saja yang berbeda lantaran mengusung Airlangga dengan Mr. X. Pasalnya, bisa saja Ganjar Pranowo tak berani keluar dari PDIP hingga membuat Golkar, PAN, dan PPP gigit jari.

"Simulasi 3 pasang A di mana Ganjar enggak jadi maju, KIB (Golkar, PAN, PPP) nya bubar akhirnya memilih jalan sendiri-sendiri, saya anggaplah PPP lari ke Anies Baswedan karena di Nasdem, PKS, Demokrat belum ada Islam tradisional, PKS Islam modernis, Nasdem dan Demokrat sama-sama nasionalis jadi supaya punya warna baru Islam, PPP masuk ke AHY," jelasnya.

Pada simulasi 3 pasang A, kata dia, partai pengusung Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar ketambahan PAN lantaran Gerindra itu nasionalis, PKB Islam tradisional, dan PAN Islam modernis. Alhasil, agar lengkap komposisinya PAN pun jadi masuk dalam koalisi tersebut. "Ketiga, PDIP dengan Golkar berkoalisi misalnya Golkar minta kami wakil Presiden majulah Puan-Airlangga, anggaplah keduanya mengandalkan mesin politik yang besar," imbuhnya.

Selain itu, kata Qodari, bisa pula terjadi simulasi 3 B di dalam putaran I Pilpres 2024, dua pasangan masih sama, sedangkan psangan ketiga yang tadingan Puan-Airlangga berubah menjadi Ganjar-Airlangga. "Nah ini 4 pasang, ini 3 pasang bisa gak selesai dalam satu putaran? Tak bisa, sulit sekali, jangankan 4 pasang, 3 pasang pun sulit karena 3 calon ini sama kuat, tak ada yang menonjol banget atau lebih unggul, maka kita punya skenario Pilpres putaran kedua," katanya.

Dia menjelaskan, jika 4 pasang A yang lolos putaran kedua Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin lantaran Ganjar dan Puan itu basis suaranya sama, sama-sama nasionalis, sama-sama Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, khususnya wilayah yang disebut Mataram itu perbatasan Jateng dan Jatim itu basisnya PDIP. Jadi, Ganjar dan Puan justru tereliminasi pada putaran pertama.

"Skenario B jika 4 pasang B yang lolos putaran kedua tetap Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin. Karena 4 pasang B nya yang maju Puan dan Airlangga dari kalangan nasionalisnya, di luar Anies-Prabowo, nah Puan dan Airlangga itu surveinya masih papan bawah, belum papan tengah loh, capres itu ada tiga papan, bawah, tengah, atas, Puan dengan Airlangga ini masih papan bawah kalau masih papan bawah itu sulit bersaing hingga akhirnya kalah, tereliminasi putaran pertama," tuturnya.

Sedangkan pada skenario C jika 3 pasang A yang maju itu Anies, Prabowo, dan Puan maka yang lolos putaran kedua adalah Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin karena Puan surveinya kecil, yang mana papan bawah akan kalah. "Lalu, pada skenario jika 3 pasang B yang lolos putaran 2, kalo yang maju itu ada Anies, Prabowo, Ganjar akan lahir 3 kemungknan putaran kedua, Ganjar-Airlangga versus Anies-AHY atau Ganjar-Airlangga melawan Prabowo-Muhaimin bisa juga Prabowo-Muhaimin lawan Anies-AHY. Semua kemungkinan ini bisa terjadi sebab surveinya Ganjar, Prabowo, Anies pada hari ini relatif sama kuat," katanya.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2139 seconds (0.1#10.140)