Perbaiki Infrastruktur Kawasan Wisata Puncak
loading...
A
A
A
Pengembangan kawasan wisata mutlak harus dibarengi dengan pembangunan infrastruktur pendukungnya. Selain akses yang harus memadai, sarana pendukung lainnya juga wajib tersedia untuk memberikan kenyamanan bagi pelancong.
Masalahnya, untuk mengembangkan akses yang nyaman bagi wisatawan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sejumlah tantangan mesti dihadapi, terutama soal pembebasan lahan yang terkadang berlarut-larut.
Akan tetapi, adanya tantangan tersebut bukan berarti jadi penghalang untuk mencari solusi. Yang pasti, apabila ada niat yang kuat disertai dukungan anggaran yang mencukupi, semua hambatan pasti ada jalan keluarnya.
Salah satu yang menantang dalam pengembangan infrastruktur akses wisata adalah kawasan Puncak , Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur ini merupakan titik krusial bagi akses wisata Bogor-Cianjur dan sekitarnya.
Bagaimana tidak, di jalur ini pada setiap akhir pekan kerap disesaki kendaraan yang menuju berbagai lokasi wisata. Kemacetan pun tak terhindarkan. Jika perjalanan dari Jakarta ke Puncak di waktu normal bisa ditempuh dari dua jam, di akhir pekan dapat dipastikan lebih dari itu.
Bahkan tak jarang ada pengunjung yang harus antre naik ke puncak dengan memakan waktu hingga lima jam. Itu pun lalu lintasnya sudah direkayasa sedemikian rupa termasuk sistem ganjil genap atauone way(satu arah).
Kemacetan luar biasa di jalur puncak inilah yang memunculkan wacana pengembangan jalur jalan tol dari Caringin-Puncak-Gunung Mas sepanjang 18 kilometer (km). Dengan adanya jalan tol tersebut, diharapkan dapat membantu masyarakat setempat maupun wisatawan agar lebih nyaman berkendara.
Sedianya, wacana pengembangan infrastrutur pariwisata di Puncak sudah beberapa kali disampaikan. Selain opsi jalan tol, pernah juga muncul wacana pembangunan kereta gantung wisata, dan light rail transit (LRT).
Beruntung saat ini, Pemkab Bogor bersama Pemkab Cianjutr sudah melakukan pembangunan jalur puncak dua yang dengan rute Sentul- Cipanas (Cianjur) meski belum terhubungan sepenuhnya. Jalur itu tepatnya melalui Babakan Madang-Hambalang, Sukamakmur, Pacet-Istana Cipanas.
Adapun untuk kereta gantung dan LRT, keduanya hingga kini tidak jelas kelanjutannya, dan hanya berhenti di tataran wacana. Padahal, semakin banyak opsi yang muncul seharusnya bisa menjadi alternatif solusi yang pada akhirnya membantu masyarakat.
Khusus jalan tol puncak, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Selain antisipasi akses di pintu keluar tol, pemerintah harus juga memperhatikan daya dukung lingkungan di Kawasan puncak. Dalam hal ini, pengembangan infrastruktur wisata juga harus dengan cermat memperhatikan lingkungan dan dampak ikutannya.
Misalnya saja, selain Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) proyek tol, harus diperhitungkan juga dampak setelah adanya jaln tol. Karena dapat dipastikan dengan semakin terbuka dan mudahnya akses wisata ke Kawasan puncak, bukan tidak mungkin akan memunculkan titik-titik lokasi wisata baru di daerah itu.
Di satu sisi, dampak ikutan (multiplier effect) itu sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi sekitar, namun di sisi lain harus diperhatikan daya dukung lingkungannya. Pasalnya, dengan berkembangnya satu kawasan wisata, apalagi berada di kawasan resapan air seperti puncak, bukan tidak mungkin akan memengaruhi ekosistem lingkungan setempat.
Jika jalan tol tersebut jadi dibangun, yang harus diperhatikan ke depan adalah penataan Kawasan di lajur pintu keluar (exit tol). Jangan sampai terjadi penyumbatan karena jalan eksisting tidak ditambah lebarnya.
Kondisi ini kerap ditemukan seperti kasus di exit tol baru yang terhubung dengan tol Jagorawi. Beberapa pintu keluar tol misalnya saja di akses Sawangan, Depok, atau Brigif hingga kini belum sepenuhnya dilebarkan. Akibatnya, terjadi penumpukan dan antrean kendaraan terutama di jam-jam pagi saat berangkat kerja maupun saat pulang kerja di sore hingga malam hari.
Simpul-simpul kemacetan di pintu keluar tol inilah yang mesti benar-benar diperhatikan karena akan menjadi kunci kelancaran lalu lintas menuju jalur arteri.
Yang juga penting adalah, bagi para pelaku usaha pariwisata, perhatikan juga fasilitas pendukung tempat wisatanya. Paling sederhanada adalah ketersediaan tempat parkir yang memadai agar wisatawan yang datang berkendara bisa lebih nyaman dan aman.
Masalahnya, untuk mengembangkan akses yang nyaman bagi wisatawan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sejumlah tantangan mesti dihadapi, terutama soal pembebasan lahan yang terkadang berlarut-larut.
Akan tetapi, adanya tantangan tersebut bukan berarti jadi penghalang untuk mencari solusi. Yang pasti, apabila ada niat yang kuat disertai dukungan anggaran yang mencukupi, semua hambatan pasti ada jalan keluarnya.
Salah satu yang menantang dalam pengembangan infrastruktur akses wisata adalah kawasan Puncak , Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur ini merupakan titik krusial bagi akses wisata Bogor-Cianjur dan sekitarnya.
Bagaimana tidak, di jalur ini pada setiap akhir pekan kerap disesaki kendaraan yang menuju berbagai lokasi wisata. Kemacetan pun tak terhindarkan. Jika perjalanan dari Jakarta ke Puncak di waktu normal bisa ditempuh dari dua jam, di akhir pekan dapat dipastikan lebih dari itu.
Bahkan tak jarang ada pengunjung yang harus antre naik ke puncak dengan memakan waktu hingga lima jam. Itu pun lalu lintasnya sudah direkayasa sedemikian rupa termasuk sistem ganjil genap atauone way(satu arah).
Kemacetan luar biasa di jalur puncak inilah yang memunculkan wacana pengembangan jalur jalan tol dari Caringin-Puncak-Gunung Mas sepanjang 18 kilometer (km). Dengan adanya jalan tol tersebut, diharapkan dapat membantu masyarakat setempat maupun wisatawan agar lebih nyaman berkendara.
Sedianya, wacana pengembangan infrastrutur pariwisata di Puncak sudah beberapa kali disampaikan. Selain opsi jalan tol, pernah juga muncul wacana pembangunan kereta gantung wisata, dan light rail transit (LRT).
Beruntung saat ini, Pemkab Bogor bersama Pemkab Cianjutr sudah melakukan pembangunan jalur puncak dua yang dengan rute Sentul- Cipanas (Cianjur) meski belum terhubungan sepenuhnya. Jalur itu tepatnya melalui Babakan Madang-Hambalang, Sukamakmur, Pacet-Istana Cipanas.
Adapun untuk kereta gantung dan LRT, keduanya hingga kini tidak jelas kelanjutannya, dan hanya berhenti di tataran wacana. Padahal, semakin banyak opsi yang muncul seharusnya bisa menjadi alternatif solusi yang pada akhirnya membantu masyarakat.
Khusus jalan tol puncak, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Selain antisipasi akses di pintu keluar tol, pemerintah harus juga memperhatikan daya dukung lingkungan di Kawasan puncak. Dalam hal ini, pengembangan infrastruktur wisata juga harus dengan cermat memperhatikan lingkungan dan dampak ikutannya.
Misalnya saja, selain Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) proyek tol, harus diperhitungkan juga dampak setelah adanya jaln tol. Karena dapat dipastikan dengan semakin terbuka dan mudahnya akses wisata ke Kawasan puncak, bukan tidak mungkin akan memunculkan titik-titik lokasi wisata baru di daerah itu.
Di satu sisi, dampak ikutan (multiplier effect) itu sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi sekitar, namun di sisi lain harus diperhatikan daya dukung lingkungannya. Pasalnya, dengan berkembangnya satu kawasan wisata, apalagi berada di kawasan resapan air seperti puncak, bukan tidak mungkin akan memengaruhi ekosistem lingkungan setempat.
Jika jalan tol tersebut jadi dibangun, yang harus diperhatikan ke depan adalah penataan Kawasan di lajur pintu keluar (exit tol). Jangan sampai terjadi penyumbatan karena jalan eksisting tidak ditambah lebarnya.
Kondisi ini kerap ditemukan seperti kasus di exit tol baru yang terhubung dengan tol Jagorawi. Beberapa pintu keluar tol misalnya saja di akses Sawangan, Depok, atau Brigif hingga kini belum sepenuhnya dilebarkan. Akibatnya, terjadi penumpukan dan antrean kendaraan terutama di jam-jam pagi saat berangkat kerja maupun saat pulang kerja di sore hingga malam hari.
Simpul-simpul kemacetan di pintu keluar tol inilah yang mesti benar-benar diperhatikan karena akan menjadi kunci kelancaran lalu lintas menuju jalur arteri.
Yang juga penting adalah, bagi para pelaku usaha pariwisata, perhatikan juga fasilitas pendukung tempat wisatanya. Paling sederhanada adalah ketersediaan tempat parkir yang memadai agar wisatawan yang datang berkendara bisa lebih nyaman dan aman.
(ynt)