4 Kutub Koalisi Pilpres 2024 dan Bursa Capres-Cawapres yang Menjual

Senin, 20 Juni 2022 - 06:36 WIB
loading...
A A A
Untuk itu, dia menyarankan agar Prabowo memilih cawapres yang dapat memberikan insentif elektoral yang signifikan untuknya di pilpres nanti. "Pak Prabowo harus mengambil cawapres yang mampu menyumbangkan insentif elektoral secara signifikan," saran Yusa.

Soal peluang Prabowo-Puan, menurut dia, keputusan itu kembali kepada sikap politik Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Apalagi, kebiasaan Mega ini menentukan pasangan capres-cawapres di menit-menit terakhir.

"Inilah yang membuat Pak Prabowo harus mencari alternatif atau skenario-skenario lain," tuturnya.

Yang pasti, kata Kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Nasional ini, PDIP adalah satu-satunya partai yang punya privilege untuk mengusung capres-cawapres tanpa koalisi. "Jika privilege ini digunakan, maka PDIP akan menjadi poros tersendiri," imbuhnya.

Di luar poros-poros tersebut, Yusa melihat masih ada Nasdem, PKS, dan Demokrat yang ketiganya memiliki 162 kursi. Masuknya Anies sebagai bakal capres hasil Rakernas Nasdem, berpotensi menarik PKS dan Demokrat untuk bergabung dan membuat poros tersendiri.

"Hanya saja, tampaknya Nasdem masih menunggu perkembangan elektabilitas, khususnya antara Anies dengan Ganjar," tambah Yusa.

Adapun potensi kelanjutan Koalisi Semut Merah antara PKB, PKS, dan Demokrat, dia melihat bahwa masalah pada koalisi PKB, PKS, dan Demokrat adalah pada figur capres yang akan diusung. Ketiga parpol tersebut tidak punya stok capres internal dengan elektabilitas tinggi.

"Selain itu, basis pendukung PKS dan PKB yang berbeda secara ideologis, cenderung menyulitkan mereka untuk berkoalisi meskipun kemungkinan berkoalisi tetap ada," pungkasnya.
(rca)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2133 seconds (0.1#10.140)