Kemenparekraf Sosialisasikan Sadar Wisata di Kawasan Borobudur-Yogyakarta-Prambanan
loading...
A
A
A
"Kita perlu menata dan memastikan upaya-upaya untuk mewujudkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan,” ujarnya saat membuka acara Sosialisasi Sadar Wisata di Wilayah BYP secara virtual, Sabtu (11/6/2022).
Frans menegaskan, kekuatan pariwisata saat ini berada di wilayah pedesaan, sehingga hal paling mendasar dan diperlukan dalam mewujudkan pariwisata berkualitas adalah standar pelayanan sebagai tuan rumah.
“Para pelaku pariwisata tentu berharap para wisatawan merasa betah, nyaman, berkunjung dalam durasi yang lama bahkan akan datang kembali. Untuk itu, aktivitas wisata yang ditawarkan harus memberikan pengalaman terbaik dan unik sehingga menarik bagi wisatawan,” kata Frans.
Lebih jauh ia mengatakan, karakteristik, keunikan, dan nilai-nilai lokal yang dimiliki oleh setiap kampung atau desa wisata harus tetap dipertahankan.
“Jangan kehilangan karakteristik dan lokalitas. Ini harus kita kemas, kita kelola dengan terus berinovasi. Inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, menjadi kunci untuk mendorong industri pariwisata agar semakin berkualitas dan berkelanjutan,” terang Frans.
Sapta Pesona yang terdiri dari unsur-unsur seperti rasa aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan, menurut Frans, harus dipadukan dengan pelayanan yang memberi rasa kepercayaan.
Terkait CHSE, unsur ini harus menjadi formula yang benar benar dipastikan, dikerjakan dan dipantau di desa, sehingga destinasi wisata benar-benar menjadi kawasan yang bersih, sehat, dan memiliki keamanan yang baik dengan menjaga nilai-nilai kelestarian alam, aspek sosial budaya dan kehidupan masyarakat.
“Pariwisata adalah bisnis tentang kepercayaan sehingga semua pelaku pariwsata harus mengambil peran dan berkontribusi, tourism is everybody business,” pungkasnya.
Sosialisasi Sadar Wisata di wilayah Borobudur-Yogyakarta-Prambanan (BYP) ini diikuti oleh para pelaku pariwisata desa yang terdiri dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Karang Taruna, Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pemilik Sanggar Seni Budaya, Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Perajin Kriya, Pematung, Penjual Cinderamata dan sebagainya.
Frans menegaskan, kekuatan pariwisata saat ini berada di wilayah pedesaan, sehingga hal paling mendasar dan diperlukan dalam mewujudkan pariwisata berkualitas adalah standar pelayanan sebagai tuan rumah.
“Para pelaku pariwisata tentu berharap para wisatawan merasa betah, nyaman, berkunjung dalam durasi yang lama bahkan akan datang kembali. Untuk itu, aktivitas wisata yang ditawarkan harus memberikan pengalaman terbaik dan unik sehingga menarik bagi wisatawan,” kata Frans.
Lebih jauh ia mengatakan, karakteristik, keunikan, dan nilai-nilai lokal yang dimiliki oleh setiap kampung atau desa wisata harus tetap dipertahankan.
“Jangan kehilangan karakteristik dan lokalitas. Ini harus kita kemas, kita kelola dengan terus berinovasi. Inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, menjadi kunci untuk mendorong industri pariwisata agar semakin berkualitas dan berkelanjutan,” terang Frans.
Sapta Pesona yang terdiri dari unsur-unsur seperti rasa aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan, menurut Frans, harus dipadukan dengan pelayanan yang memberi rasa kepercayaan.
Terkait CHSE, unsur ini harus menjadi formula yang benar benar dipastikan, dikerjakan dan dipantau di desa, sehingga destinasi wisata benar-benar menjadi kawasan yang bersih, sehat, dan memiliki keamanan yang baik dengan menjaga nilai-nilai kelestarian alam, aspek sosial budaya dan kehidupan masyarakat.
“Pariwisata adalah bisnis tentang kepercayaan sehingga semua pelaku pariwsata harus mengambil peran dan berkontribusi, tourism is everybody business,” pungkasnya.
Sosialisasi Sadar Wisata di wilayah Borobudur-Yogyakarta-Prambanan (BYP) ini diikuti oleh para pelaku pariwisata desa yang terdiri dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Karang Taruna, Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pemilik Sanggar Seni Budaya, Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Perajin Kriya, Pematung, Penjual Cinderamata dan sebagainya.