Ada sejumlah kejanggalan dalam proses tender gorden untuk anggota DPR. Hal ini diungkap oleh Penanggung Jawab Bidang Legislasi Formappi, Lucius Karus. Foto/SINDOnews
AAA
JAKARTA - Ada sejumlah kejanggalan dalam proses tender gorden untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini diungkap oleh Penanggung Jawab Bidang Legislasi Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus.
Ia mengaku heran bagaimana bisa perusahaan yang mengajukan nilai kontrak paling mahal yang menang. Padahal ada juga perusahaan lain yang mengajukan penawaran dengan harga yang lebih rendah.
"Bagaimana bisa pemenang tender justru adalah perusahaan yang akan menyedot anggaran, bukan perusahaan yang bisa menberikan selisih harga yang menguntungkan negara. Seolah-olah mau bilang anggaran yang sudah dialokasikan harus dihabiskan tanpa perlu memikirkan efisiensi anggaran yang bisa menguntungkan negara," kata Lucius Karus.
Kejanggalan penentuan harga ini kata dia, seolah-olah mau mengatakan bahwa barang yang diadakan tak penting, yang penting anggaran harus dipakai semua.
"Jadi dari segi efisiensi anggaran tender pengadaan gorden DPR jelas bermasalah. Karena bermasalah, saya kira harus dicari tahu betul apa yang terjadi dalam proses penentuan pemenang tender," ungkapnya.
Ia mewanti-wanti jangan sampai pilihan pemenang tender pada perusahaan yang memberikan tawaran tertinggi karena ada kongkalingkong antara perusahaan pemenang dengan penyelenggara proyek pengadaan.
"Tender jadi semacam prosedur formalitas saja. Mungkin saja keputusan siapa pemenang tender sudah ditentukan sebelum tender dilakukan," tegasnya.
"Penentuan pemenang tender yang mendahului tendernya sendiri tentu saja dilakukan karena ingin memastikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan pelaksana proyek tetapi juga penyelenggara proyek," tambah Lucius.
Pasalnya, dengan kepastian pemenang sejak awal,maka kingkalingkong untuk meraup keuntungan pasti sudah jelas pula.
Dugaan di atas kata Lucius sesungguhnya masuk akal jika melihat betapa ngototnya Kesekjenan DPR mengeksekusi proyek ini walaupun banyak masyarakat mengkritik bahkan menolaknya.
Apalagi Lucius mengungkapkan profil perusahaan pelaksana proyek gordyn awalnya adalah perusahaan kontraktor dan IT. Belakangan memang ada perluasan cakupan proyek yang digarap oleh perusahaan pemenang tender dengan memasukkan interior supply sebagai salah satu bidang pekerjaan PT Bertiga Mitra Solusi.
"Kalau perusahaan IT tiba-tiba mengerjakan proyek pengadaan gorden, ya mungkin perlu memang mempertanyakannya," pungkas Lucius.