Jaksa Dakwa Irjen Pol Napoleon Lakukan Penganiayaan M Kece
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jaksa Penuntut Umum (JPU) membacakan dakwaannya terhadap Irjen Pol Napoleon Bonaparte dalam sidang kasus dugaan penganiayaan terhadap M Kece. Sidang ini digelar di PN Jakarta Selatan, Kamis (24/3/2022).
Baca Juga: Napoleon
Dalam dakwaannya, Jaksa menyebutkan, terdakwa Napoleon didakwa melanggar Pasal 170 Ayat (2) ke-1 KUHP, Pasal 170 Ayat 1 KUHP dan Kedua, Pasal 351 Ayat 1 juncto Pasal 55 Ayat (1) KUHP.
Disebutkan, Napoleon telah melakukan tindak pidana bersama orang lain, yakni Dedy Wahyudi, Djafar Hamzah, Himawan Prasetyo, dan Harmeniko alias Choky alias Pak RT.
Jaksa lantas menerangkan kronologis kejdian itu, di mana kejadian berawal saat M Kece ditahan di Rutan Bareskrim Polri terkait kasus penistaan agama pada Agustus 2021 silam, yang mana Napoleon juga menjadi tahanan di rutan tersebut.
Saat itu, saksi bernama Bripka Wandoyo Edi Purnomo memerintahkan saksi Bripda Asep Sigit Pambudi untuk mengantar Kece ke kamar sel nomor 11 sebagai kamar isolasi sesuai perintah lisan dari Kepala Rutan Bareskrim Polri.
Untuk tahanan baru, termasuk Kece ditempatkan ke kamar kosong atau khusus guna menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Saat itu, Kece menggunakan tongkat untuk berjalan, tapi Napoleon meminta agar tongkat tersebut tidak dibawa ke kamar tahanan karena dianggap bisa menjadi senjata.
Setelahnya kata Jaksa, Kece diantar ke kamar tahanan nomor 11 oleh Bripda Asep Sigit Pambudi lalu Napoleon meminta terdakwa Pak RT agar gembok kamar Kece diganti oleh Bripda Asep Sigit Pambudi.
Bripda Asep Sigit Pambudi pun menuruti permintaan tersebut karena takut dengan sosok Napoleon yang secara pangkat jauh lebih tinggi.
"Terdakwa menyampaikan kepada saksi Bripda Asep Sigit mengenai terdakwa ingin bertemu saksi Muhamad Kosman alias M Kace empat mata serta meminta mengganti gembok kamar tahanan nomor 11," ujar Jaksa Faizal Putrawijaya di persidangan, Kamis (24/3/2022).
Baca Juga: Napoleon
Dalam dakwaannya, Jaksa menyebutkan, terdakwa Napoleon didakwa melanggar Pasal 170 Ayat (2) ke-1 KUHP, Pasal 170 Ayat 1 KUHP dan Kedua, Pasal 351 Ayat 1 juncto Pasal 55 Ayat (1) KUHP.
Disebutkan, Napoleon telah melakukan tindak pidana bersama orang lain, yakni Dedy Wahyudi, Djafar Hamzah, Himawan Prasetyo, dan Harmeniko alias Choky alias Pak RT.
Jaksa lantas menerangkan kronologis kejdian itu, di mana kejadian berawal saat M Kece ditahan di Rutan Bareskrim Polri terkait kasus penistaan agama pada Agustus 2021 silam, yang mana Napoleon juga menjadi tahanan di rutan tersebut.
Saat itu, saksi bernama Bripka Wandoyo Edi Purnomo memerintahkan saksi Bripda Asep Sigit Pambudi untuk mengantar Kece ke kamar sel nomor 11 sebagai kamar isolasi sesuai perintah lisan dari Kepala Rutan Bareskrim Polri.
Untuk tahanan baru, termasuk Kece ditempatkan ke kamar kosong atau khusus guna menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Saat itu, Kece menggunakan tongkat untuk berjalan, tapi Napoleon meminta agar tongkat tersebut tidak dibawa ke kamar tahanan karena dianggap bisa menjadi senjata.
Setelahnya kata Jaksa, Kece diantar ke kamar tahanan nomor 11 oleh Bripda Asep Sigit Pambudi lalu Napoleon meminta terdakwa Pak RT agar gembok kamar Kece diganti oleh Bripda Asep Sigit Pambudi.
Bripda Asep Sigit Pambudi pun menuruti permintaan tersebut karena takut dengan sosok Napoleon yang secara pangkat jauh lebih tinggi.
"Terdakwa menyampaikan kepada saksi Bripda Asep Sigit mengenai terdakwa ingin bertemu saksi Muhamad Kosman alias M Kace empat mata serta meminta mengganti gembok kamar tahanan nomor 11," ujar Jaksa Faizal Putrawijaya di persidangan, Kamis (24/3/2022).