Sidang ke-144 IPU, Indonesia Capai Target soal Draft Resolusi Perang Rusia-Ukraina
loading...
A
A
A
BALI - Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon mengatakan Indonesia mencapai targetnya dalam memberikan jawaban atas perang Rusia dan Ukraina di sesi debat umum dalam Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU). Hal ini berkaitan dengan emergency item yang diajukan untuk penyelesaian konflik perang antara kedua negara tersebut.
Untuk diketahui, dalam Sidang IPU terdapat tiga negara, yakni Indonesia, New Zealand, dan Ukraina yang memberikan draft resolusi konflik tersebut. Namun, resolusi dari New Zealand yang akhirnya maju untuk diajukan sebagai penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina di Sidang Majelis ke-144 IPU.
“Misi kami tercapai, karena kami ingin memoderasi (membuat moderat). Kami sebagai tuan rumah tidak mau ini (sidang IPU) untuk mengutuk salah satu pihak,” kata Fadli Zon seusai menghadiri general debate di Bali, Senin (21/3/2022).
Rancangan resolusi New Zealand, kata Fadli Zon, mempunyai kemiripan dengan draft yang diajukan Indonesia. Pada intinya, isi draft mengajukan resolusi yang lebih lunak ketimbang draft resolusi Ukraina yang berisi mengecam perbuatan invasi.
“Jadi yang ingin kita lakukan adalah sebetulnya adalah memediasi peran parlemen untuk menjadi jembatan bagi perdamaian dan harus ada semacam dua belah pihak yang diajak bicara,” tuturnya.
“Ini adalah upaya kita untuk memoderasi yang proposal yang sebelumnya sangat keras,”sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana mengungkapkan hal senada. Menurutnya, negara Indonesia sangat menjunjung tinggi tujuan perdamaian, oleh sebabnya emergency item yang mengerucut pada resolusi perdamaian yang dicapai tersebut juga diapresiasinya.
“Prinsipnya, titik temu utama dan kita sudah berhasil memoderasikan. Sudah disampaikan bahwa isu utamanya adalah kita ingin betul-betul terwujudnya perdamaian dan kedamaian di Ukraina dan kita semua bersaudara karena memang esensi utama parlemen kita adalah mempertemukan kebersamaan kita untuk mencari solusi untuk perdamaian dan kedamaian,” tutupnya.
Untuk diketahui, dalam Sidang IPU terdapat tiga negara, yakni Indonesia, New Zealand, dan Ukraina yang memberikan draft resolusi konflik tersebut. Namun, resolusi dari New Zealand yang akhirnya maju untuk diajukan sebagai penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina di Sidang Majelis ke-144 IPU.
“Misi kami tercapai, karena kami ingin memoderasi (membuat moderat). Kami sebagai tuan rumah tidak mau ini (sidang IPU) untuk mengutuk salah satu pihak,” kata Fadli Zon seusai menghadiri general debate di Bali, Senin (21/3/2022).
Rancangan resolusi New Zealand, kata Fadli Zon, mempunyai kemiripan dengan draft yang diajukan Indonesia. Pada intinya, isi draft mengajukan resolusi yang lebih lunak ketimbang draft resolusi Ukraina yang berisi mengecam perbuatan invasi.
“Jadi yang ingin kita lakukan adalah sebetulnya adalah memediasi peran parlemen untuk menjadi jembatan bagi perdamaian dan harus ada semacam dua belah pihak yang diajak bicara,” tuturnya.
“Ini adalah upaya kita untuk memoderasi yang proposal yang sebelumnya sangat keras,”sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana mengungkapkan hal senada. Menurutnya, negara Indonesia sangat menjunjung tinggi tujuan perdamaian, oleh sebabnya emergency item yang mengerucut pada resolusi perdamaian yang dicapai tersebut juga diapresiasinya.
“Prinsipnya, titik temu utama dan kita sudah berhasil memoderasikan. Sudah disampaikan bahwa isu utamanya adalah kita ingin betul-betul terwujudnya perdamaian dan kedamaian di Ukraina dan kita semua bersaudara karena memang esensi utama parlemen kita adalah mempertemukan kebersamaan kita untuk mencari solusi untuk perdamaian dan kedamaian,” tutupnya.
(thm)