Cegah Provokasi dan Perpecahan, Mimbar Agama Harus Steril dari Penceramah Radikal

Jum'at, 11 Maret 2022 - 10:47 WIB
loading...
A A A
"Jika tidak disterilkan, maka kita seperti ibarat menunggu kejadian yang ada di Suriah, Libya, Irak, dan beberapa negeri di Timur Tengah itu terjadi di Indonesia. Apalagi jika disulut dengan takfiriyah," kata Darraz.

Dia melihat perlu adanya upaya intensif guna mensterilkan ruang mimbar agama dari penceramah radikal yang membawa dan menyebarkan ideologi transnasional untuk memecah belah bangsa. "Cara yang cukup elegan adalah dengan mengaktifkan peran dari para tokoh masyarakat yang moderat di komunitas terkecil hingga ke lembaga pemerintahan termasuk di lingkungan aparat TNI-Polri itu sendiri," ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga harus lebih aktif untuk mengajak ormas-ormas Islam moderat agar mereka semakin giat dan aktif melakukan dakwah Islam yang wasathiyah. "Masyarakat tentu harus diberikan paham keagamaan yang moderat serta diberikan bekal 'pemikiran kritis' agar dapat menolak dan mencegah potensi pandangan-pandangan radikal," ungkap pria yang juga Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhamadiyah.

Dalam pandangannya, pemahaman keagamaan moderat harus menjadi syarat utama bagi seorang dai atau penceramah diundang pada forum/mimbar keagamaan. Jika hal ini telah dilakukan, maka akan dapat membantu mengeliminasi tersebarnya paham radikalisme-ekstremisme dalam mimbar-mimbar keagamaan. "Ormas keagamaan moderat juga harus aktif melakukan kaderisasi untuk menciptakan para dai/mubalig/penceramah yang memiliki visi keagamaan moderat (Islam wasathiyah)," katanya.

Kaderisasi tersebut menurutnya, dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan dan kampanye yang masif terkait pandangan keagamaan moderat kepada masyarakat dan juga aktif melibatkan penceramah dari luar organisasinya.

Terakhir, ia berpesan kepada para kader dai/mubalig/penceramah agar kedepan juga dapat memiliki pemahaman terkait politisasi agama agar para penceramah tak lagi menjadi alat kenpanjangan kelompok radikal demi meraih keuntungan dan kepentingan politik.

"Sebaiknya para calon dai/penceramah dapat membekali dirinya dengan pandangan-pandangan keagamaan yang moderat, kritis, toleran dalam perbedaan serta memiliki pemahaman terkait politisasi keagamaan," katanya.
(abd)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7039 seconds (0.1#10.140)