Jangan Remehkan Efek Serangan Rusia
loading...
A
A
A
Tapi kode keras yang diberikan Putin ke Ukraina tidak boleh dipandang remeh. Pelan atau cepat kita akan mendapati efek itu. Terutama jika pasokan minyak dunia terganggu dan harga minyak yang sudah tembus USD 100 per barrel ini terus merangkak naik. Jangan lupa Indonesia adalah negara importir minyak. Kemampuan produksi kita sekitar 600.000 barrel per hari. Sedangkan kebutuhan minyak kita di atas 1 juta barrel per hari. Ini akan menjadi serius jika tidak segera diantisipasi oleh para pengambil kebijakan.
Selain sibuk mengatasi Omicron, pemerintah kita juga dibuat pusing dengan kelangkaan minyak goreng dan melonjaknya harga kedelai yang dipicu faktor eksternal. Padahal minyak goreng dan kedelai ini berdampak besar terhadap hajat hidup masyarakat banyak. Di samping itu, pemerintah juga sedang dibuat sibutk dengan berpoles maksimal menjadi tuan rumah pertemuan puncak G20 di Bali akhir tahun ini.
Semua sumber daya dikerahkan agar Presidensi G20 yang dipegang Indonesia bisa menjadi ajang bergengsi untuk meraup untung sebanyak banyak. Ini tentu menyedot anggaran yang tidak sedikit. Belum kesibukan membangun Ibu Kota Negara di Panajam Paser Utara yang hingga saat ini masih mengandalan uang APBN. Belum ada investor asing yang benar benar komit ikut membangun Ibu Kota yang akan super megah itu.
Tak ada jalan lain pemerintah meski fokus pada isu isu penting. Pinggirkan dulu isu isu yang kurang prioritas yang sifatnya hanya untuk memenuhi gengsi dan legasi yang kurang bermakna. Perang Rusia-Ukraina jangan pernah dianggap enteng efeknya ke Indonesia.
Lihat Juga: Paus Fransiskus Singgung Konflik dan Kekerasan di Berbagai Negara Akibat Tak Saling Menghargai
Selain sibuk mengatasi Omicron, pemerintah kita juga dibuat pusing dengan kelangkaan minyak goreng dan melonjaknya harga kedelai yang dipicu faktor eksternal. Padahal minyak goreng dan kedelai ini berdampak besar terhadap hajat hidup masyarakat banyak. Di samping itu, pemerintah juga sedang dibuat sibutk dengan berpoles maksimal menjadi tuan rumah pertemuan puncak G20 di Bali akhir tahun ini.
Semua sumber daya dikerahkan agar Presidensi G20 yang dipegang Indonesia bisa menjadi ajang bergengsi untuk meraup untung sebanyak banyak. Ini tentu menyedot anggaran yang tidak sedikit. Belum kesibukan membangun Ibu Kota Negara di Panajam Paser Utara yang hingga saat ini masih mengandalan uang APBN. Belum ada investor asing yang benar benar komit ikut membangun Ibu Kota yang akan super megah itu.
Tak ada jalan lain pemerintah meski fokus pada isu isu penting. Pinggirkan dulu isu isu yang kurang prioritas yang sifatnya hanya untuk memenuhi gengsi dan legasi yang kurang bermakna. Perang Rusia-Ukraina jangan pernah dianggap enteng efeknya ke Indonesia.
Lihat Juga: Paus Fransiskus Singgung Konflik dan Kekerasan di Berbagai Negara Akibat Tak Saling Menghargai
(ynt)