Hasrat Cak Imin, NU, dan Dilema Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nahdlatul Ulama (NU) di bawah kepemimpinan Yahya Cholil Staquf ( Gus Yahya ) membuat hubungan NU dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) nampak renggang. Hal itu nampak jelas sejak pelantikan Gus Yahya dan pengurus PBNU lainnya pada 31 Januari 2022 di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) yang tidak dihadiri oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar ( Cak Imin ).
Gus Yahya pun menyampaikan kejengkelannya terhadap deklarasi dukungan NU Jawa Timur (Jatim) kepada Cak Imin sebagai calon presiden (capres) 2024, sampai yang terakhir Cak Imin mengkritik kebijakan biaya haji 2022 Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang merupakan adik Gus Yahya sekaligus kader PKB.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno juga melihat bahwa kepengurusan PBNU yang baru tidak menguntungkan bagi PKB maupun Cak Imin. Karena, NU secara struktural mengharamkan untuk mendukung hal-hal yang bersifat politik elektoral, termasuk capres.
“Iya, PBNU yang baru ini dalam banyak hal memang tidak menguntungkan bagi PKB dan Cak Imin, karena NU secara struktural mengharamkan dukung-mendukung urusan politik,” kata Adi saat dihubungi, Senin (21/2/2022).
Oleh karena itu, kata dosen UIN Jakarta ini, tidak heran jika deklarasi dukungan pengurus NU di Banyuwangi dan Sidoarjo berujung pada teguran keras dari Gus Yahya. Sehingga, hal ini sangat merugikan PKB dan juga Cak Imin. Apalagi, Cak Imin sudah dideklarasikan sebagai capres 2024.
Padahal selama ini, PKB dan NU dipandang sebagai satu kesatuan. “Itu tentu merugikan bagi PKB, tentu merugikan bagi Cak Imin, karena selama ini publik tahunya kalau melihat PKB ya NU, kalau melihat NU ya PKB, begitu,” ujarnya.
Menurut Adi, ini merupakan salah satu bentuk komitmen politik Gus Yahya bahwa untuk Pemilu 2024, NU tidak mau punya jagoan di pilpres secara kelembagaan. Tapi, tidak menjadi soal jika ada warga nahdliyin yang menyatakan dukungannya kepada PKB maupun Cak Imin secara personal. Karena mengklaim NU secara organisasi hanya akan merugikan NU.
Gus Yahya pun menyampaikan kejengkelannya terhadap deklarasi dukungan NU Jawa Timur (Jatim) kepada Cak Imin sebagai calon presiden (capres) 2024, sampai yang terakhir Cak Imin mengkritik kebijakan biaya haji 2022 Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang merupakan adik Gus Yahya sekaligus kader PKB.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno juga melihat bahwa kepengurusan PBNU yang baru tidak menguntungkan bagi PKB maupun Cak Imin. Karena, NU secara struktural mengharamkan untuk mendukung hal-hal yang bersifat politik elektoral, termasuk capres.
“Iya, PBNU yang baru ini dalam banyak hal memang tidak menguntungkan bagi PKB dan Cak Imin, karena NU secara struktural mengharamkan dukung-mendukung urusan politik,” kata Adi saat dihubungi, Senin (21/2/2022).
Oleh karena itu, kata dosen UIN Jakarta ini, tidak heran jika deklarasi dukungan pengurus NU di Banyuwangi dan Sidoarjo berujung pada teguran keras dari Gus Yahya. Sehingga, hal ini sangat merugikan PKB dan juga Cak Imin. Apalagi, Cak Imin sudah dideklarasikan sebagai capres 2024.
Padahal selama ini, PKB dan NU dipandang sebagai satu kesatuan. “Itu tentu merugikan bagi PKB, tentu merugikan bagi Cak Imin, karena selama ini publik tahunya kalau melihat PKB ya NU, kalau melihat NU ya PKB, begitu,” ujarnya.
Menurut Adi, ini merupakan salah satu bentuk komitmen politik Gus Yahya bahwa untuk Pemilu 2024, NU tidak mau punya jagoan di pilpres secara kelembagaan. Tapi, tidak menjadi soal jika ada warga nahdliyin yang menyatakan dukungannya kepada PKB maupun Cak Imin secara personal. Karena mengklaim NU secara organisasi hanya akan merugikan NU.