Menjulangkan Rekognisi, Mewujudkan Kampus Moderasi

Sabtu, 19 Februari 2022 - 09:54 WIB
loading...
Menjulangkan Rekognisi, Mewujudkan Kampus Moderasi
Wildani Hefni/FOTO/KORAN SINDO
A A A
Wildani Hefni
Kepala Pusat Penelitian LP2M, Dosen Fakultas Syariah dan Pascasarjana UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember pada 21 Februari 2022, memasuki usia yang ke-56. Kampus yang baru saja bertransformasi secara kelembagaan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember menjadi UIN berdasarkan Peraturan Presiden No 44/2021 pada 11 Mei 2021 lalu itu tengah memperingati usianya yang tak lagi muda.

Usia 56 tahun bagi perguruan tinggi keagamaan Islam tentu menjadi modal yang cukup kuat untuk melakukan pelbagai terobosan dalam rangka meraih rekognisi nasional dan internasional. Derap langkah kampus yang berada di ujung timur pulau Jawa ini pun menarik untuk dicermati.

Alih bentuk dari semula Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), kemudian menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan saat ini menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Dari IAIN menjadi UIN dalam hitungan enam tahun. Pertanyaan yang patut diajukan, kontribusi apa yang telah diberikan oleh kampus yang saat ini menggunakan nama tokoh besar yaitu Kiai Haji Achmad Siddiq?

Untuk menjawab pertanyaan itu, saya teringat pada tulisan Mochtar Buchori (2004) yang mengulas tentang makna tradisi akademik. Menurutnya, tradisi akademik tergambar dalam tiga hal, yaitu the continuous search for new knowledge (mengembangkan pengetahuan secara berkelanjutan), the continuous search for truth (usaha mencari kebenaran yang dilakukan secara terus menerus), dan the continuous defense of the body knowledge against falsification (menjaga khazanah pengetahuan dari pelbagai jenis kepalsuan).

Keberlangsungan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, itulah yang sejatinya menjadi akar dari tradisi akademik. Hal itu pula yang menjadi tugas besar perguruan tinggi, termasuk bagi UIN KHAS Jember.

Ragam Konsolidasi
Pasca bertransformasi menjadi UIN, pimpinan kampus ini sering menyampaikan tagline “gas pol, rem blong” untuk membangun daya dobrak inovasi dan kreativitas. Dalam artian, pelbagai terobosan dilakukan untuk meningkatkan reputasi akademik. Hal itu bisa dilihat dalam beberapa hal.

Pertama, konsolidasi akademik. Hal ini diwujudkan dalam orkestrasi perwujudan pembelajaran berkualitas, jejaring komunitas akademik global (international outlook), peningkatan kinerja publikasi (buku, artikel, jurnal), diskusi/seminar/kolokium/konferensi, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan pelbagai kegiatan lainnya yang memberi kontribusi keilmuan kepada publik.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) sebagai penghubung logika keilmuan, melakukan akselarasi dalam mewujudkan kampus sebagai globally recognized research university. Momentum kebangkitan publikasi ilmiah ditandai dengan meningkatnya performa jurnal yang sudah menggunakan Open Journal Systems (OJS) sebanyak 38 jurnal.

Beberapa jurnal telah terakreditasi dan sebagian lainnya dalam proses pengajuan. Tahun 2022-2023, akan lahir dan tumbuh panen raya kesuburan intelektualisme di kampus UIN KHAS Jember.

Kedua, konsolidasi administrasi dan manajemen. Hal itu ditandai dengan pola memperkuat sumber daya manusia (SDM), membangun kepercayaan (trust), dan etos kerja keras (hard working) yang tumbuh secara kolektif.

Dalam manajemen organisasi, kerja cerdas menjadi salah satu kunci di dalamnya. Ketiga, konsolidasi pengembangan kelembagaan dan kerjasa sama, termasuk pengembangan kemahasiswaan. Penataan di pelbagai aspek diwujudkan dengan ritme dan pola yang sama yakni untuk meningkatkan daya saing. Konsolidasi itu digaungkan dengan tujuan membawa kampus UIN KHAS Jember dapat berdiri sejajar dengan universitas besar lainnya di Indonesia.

Tentu, pelbagai konsolidasi itu didasarkan atas pembacaan pada perkembangan mutakhir yang meniscayakan penyesuaian terhadap apa yang disebut oleh Nian Can Liu, Yan Wu, dan Qi Wang sebagai global trends and institutional models dalam buku yang diterbitkan Brill berjudul World-Class Universities (2021), atau Mia Adams (2019) yang menyebut global trends in higher education dengan segala model dan perangkatnya.

Momentum dies natalis yang ke-56 UIN KHAS Jember menjadi titik pangkal kekuatan kolektif untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan yaitu “menjadi Universitas Islam terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2030 dengan kedalaman Ilmu berbasis kearifan lokal untuk kemanusiaan dan peradaban”.

Karena itu, penting untuk mengjulangkan rekognisi dengan memperkuat reputasi, sebagaimana yang diungkap John Niland (2000), “…For universities, world-class standing is built on reputation and perception often seen as subjective and uncertain–and it requires outstanding performance in many events. Performa menjadi titik kunci dalam langkah akselarasi kemajuan.

Kampus Moderasi
Saat ini, tantangan yang dihadapi oleh UIN KHAS Jember, terletak pada adaptabilitas untuk mengintegrasikan pelbagai kajian keilmuan dalam dialektika segitiga yaitu tradisi teks (hadharah al-nash), tradisi akademik-ilmiah (hadharah al-ilm), dan tradisi etik-kritis (hadharah al-falsafah). Perluasan mandat menjadi UIN meniscayakan untuk memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta proses integrasi keilmuan.

Dalam konteks integrasi keilmuan inilah, cara pandang dan cara berpikir diarahkan pada keterbukaan. Tidak lagi ada dikotomi keilmuan, melainkan bersifat dialektis. Praktis, semangat yang harus dikembangkan adalah pendekatan multidisipliner dalam pelbagai disiplin keilmuan. Implikasinya, suasana kampus diwarnai dengan konstruksi nalar kritis untuk memahami keragaman, menghargai perbedaan, dan mengamini kompleksitas.

Penggunaan nama Kiai Haji Achmad Siddiq Jember sebagai tokoh yang dikenal dengan komitmen kebangsaan dan keumatan, salah satunya dengan gagasan cemerlang trilogi ukhuwah, menjadi modal besar bagi kampus UIN KHAS Jember untuk mengokohkan Islam rahmatan lil alamin, yang lebih populer saat ini dengan sebutan Islam moderat dengan narasi pengarusutamaan dan penguatan moderasi beragama.

Jejak aktivisme Kiai Haji Achmad Siddiq yang melekat dalam balutan komitmen berbangsa dengan prinsip wasathiyah yang terdiri dari keseimbangan (tawazun), toleran (tasamuh), adil (i’tidal), tolong menolong (ta’awun), dan mengedepankan musyawarah (syura) menjadi modal sosial bagi kampus UIN KHAS Jember untuk melahirkan para sarjana yang menghargai kebebasan akademik, dialog yang ditopang oleh prinsip kesetaraan, persaudaraan, dan keadilan.

Sebagai refleksi atas derap langkah perjalanan dan capaian yang telah ditorehkan, momentum dies natalis ke-56 bagi UIN KHAS Jember menjadi modal sosial intelektual untuk semakin menguatkan intelektualisme moderat dengan modal dan komitmen kecintaan pada NKRI, kesetiaan pada nilai-nilai Pancasila, serta penerimaan terhadap tradisi dan kearifan lokal.

Selamat dies natalis ke-56 untuk kampus UIN KHAS Jember. Semoga semakin jaya.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1800 seconds (0.1#10.140)